- Second wave of heartbreak

351 73 12
                                    

"MAKASIH Jendra udah nganterin, hati-hati di jalan."

"Jas,"

"Ya?"

"Sebenernya pengen ngobrolin sesuatu dulu, sebelum aku pulang."

"Yaudah, masukin motor kamu. Kita ngobrol di teras."

Jasmin membuka pagar kostnya dengan lebar, sehingga Jendra dapat memarkirkan motornya di halaman kost Jasmin. Setelah selesai memarkirkan motornya, Jasmin dan Jendra duduk bersebelahan di kursi kayu yang ada di halaman kost.

Jendra menghembuskan nafasnya pelan, bahkan sebelum dirinya berbicara, membuat Jasmin jadi mengerutkan dahinya, merasa khawatir dengan Jendra.

"Kamu gapapa?" tanya Jasmin pelan.

"Aku bingung Jas," balas Jendra. "Kamu tau kan semester tiga ini aku lumayan sibuk, karena memang matkul yang aku ambil agak berat, menurutku. Tapi ... Tawaran buat jadi ketua pelaksana Mufest masih diarahin ke aku."

"Serius? Aku pikir udah diganti jadi yang anak mesin itu?"

"Iya. Aku pikir juga gitu. Tapi kemarin malem aku didatengin sama ketuplak tahun lalu. Dia masih pengen aku yang maju jadi ketua pelaksana tahun ini."

Mendengarnya, Jasmin tidak langsung menjawab, karena gadis itu paham betul kegiatan Jendra di semester ganjil ini lumayan berat jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.

"Terus, kamu mau gimana?"

"Menurutmu?"

"Menurutku?" ulang Jasmin. "Hm, menurutku kalau memang kamu merasa gak sanggup, ya gak usah Jen. Kamu tau sendiri acara itu bukan acara kecil. Kemarin kita jadi staff aja udah lumayan capek loh, apalagi ketua pelaksana?"

"Aku juga mikir yang sama kaya kamu. Tapi aku juga berpikir ini kesempatan bagus dan belum tentu semua orang dapet. Apalagi, aku sampai ditawarin berkali-kali yang artinya mereka memang pengennya aku yang maju. Aku ... Bingung."

"Udah coba minta saran dari yang lain?"

"Udah. Kata Putra gas aja selagi belum tipes."

Jasmin terkekeh pelan. "Jangan sampai tipes."

"Oh iya," Jendra tiba-tiba saja membuka tasnya dan terlihat mencari sesuatu di dalam sana. Ketika sudah menemukan apa yang dicari, Jendra mengeluarkannya dan menaruhnya di pangkuan Jasmin seraya mengatakan, "Selamat tiga bulan pacaran, bro."

Jasmin mengambil sebatang cokelat yang diberikan oleh Jendra dengan senyum yang mengembang. "Selamat tiga bulan pacaran juga, Jendra."

"Sorry ya kalau aku jarang ngabarin belakangan ini."

"Iya, aku paham. Kamu lagi sibuk banget."

"Minggu depan juga aku sibuk kayanya, deadline praktikum mepet-mepet banget. Kalau ada urusan penting nanti kamu telepon aja ya kaya biasa."

"Oke," balas Jasmin. "Kalau sesekali nyamperin kamu di kost, boleh?"

"Boleh banget, nemenin aku nulis praktikum."

"Ngomong-ngomong baju kamu yang kemarin udah di ambil di laudry?" tanya Jasmin tiba-tiba teringat oleh baju Jendra yang tempo hari mereka taruh di laundry.

"Astaga, belom. Sumpah aku tadi niatnya sekalian pas jalan pulang, tapi gak fokus gara-gara mikirin soal Mufest sepanjang jalan tadi."

"Jangan lupa diambil Jen."

"Oke siap, ntar pulang dari sini aku ambil. Flashdisk kamu udah sampe belom? Yang kemarin aku pesenin."

"Belumm. Tolong track kurirnya dong. Aku lupa terus deh mau bilang kamu. Soalnya minggu depan tuh tugasku dikumpulin pake itu."

[PROSES REVISI] JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang