"JASMIN, lo udah baca base jurusan? Ada yang confess lagi tuh ke lo."
"Aku udah gak pernah cek base itu lagi." sahut Jasmin cuek.
"Iya sih, gue juga udah gak pernah. Tapi tadi iseng aja buka karena kata anak kelas B ada yang confess lagi ke lo," jelas Selina. "Beneran gak mau liat Jas? Pake akun gue deh nih."
"Gak usah." tolak Jasmin lagi.
"Gue bacain?"
Jasmin terkekeh. "Yaudah terserah kamu aja."
Selina tersenyum puas, kemudian gadis itu duduk dengan tegak seraya berdeham beberapa kali sebelum membacakan isi menfess tersebut, "From seseorang yang udah kagum sama kamu dari lama, to Jasmin Aditya Saputri,"
"Salah tuh, harusnya Ditya." koreksi Jasmin.
"Iya ya salah nih, gimana sih katanya naksir masa nulis namanya aja masih salah. Payah," ejek Selina. "Isi pesannya kamu tuh cantik banget, semoga kita bisa ngobrol suatu hari nanti ya cantik. Udah sih gitu doang isinya."
"Kayanya setiap ada yang confess ke aku selalu bawa-bawa cantik deh? Aneh banget. Kaya gak nyambung."
"Lo mau gue menganggapi perkataan lo dengan jujur apa jujur banget, Jas?" tanya Selina.
"Jujur banget?"
"Jujur banget nih ya, lo emang cantik anjrit. Tapi justru sikap lo yang seolah lo gak sadar kalau lo cantik itu yang bikin orang-orang jadi tertarik. Ibaratnya lo gak narsis lah sama diri lo sendiri."
"Kalau kamu suka sama orang cuma karena cantiknya doang, terus ternyata sikapnya gak sesuai sama yang kamu kira itu gimana? Masih suka?"
"Yaa gatau ya, gue kan bukan cowok. Tapi kebanyakan cowok sih emang liat dari cantik atau enggaknya. Gue pernah tuh ditinggalin pas date gara-gara muka gue gak sesuai sama ekspetasi dia. Kampret banget."
"Kalau gitu malah bikin insecure gak menurut kamu?"
"Kalo gue sih enggak, soalnya ya ngapain gue insecure sama orang yang gak bisa menghargai gue? Gue percaya kok suatu hari nanti gue bakalan dipertemukan oleh laki-laki yang bisa mencintai gue apa adanya. Jadi santai kalo gue sih." balas Selina.
"Setuju. Kalo aku pribadi emang bukan tipe orang yang suka karena paras. Aku suka sama orang yang punya pemikiran luas dan gimana cara orang itu bikin aku nyaman." jelas Jasmin, memberitahu tentang pendapatnya.
"Singkatnya yang kaya Jendra gitu ya?" ucap Selina seraya tersenyum meledek. "Gue tau kok Jendra waktu itu samperin lo ke kamar pas di Puncak. Soalnya gak lama lo pergi dia berenti main abis itu celingukan kaya lagi nyari sesuatu. Terus dia samperin gue, nanya lo kemana. Gue jawab ke kamar. Dia nyusulin lo kan?"
Jasmin mengangguk pelan. "Iya."
"Lo tuh pacaran ya sama dia?"
"Enggak kok, kata siapa?"
"Enggak kata siapa-siapa, nebak aja. Soalnya lo berdua lengket banget kemana-mana berdua mulu." balas Selina.
"Udah gausah dibahas. Mau ke kelas sekarang? Kelasnya mulai jam dua lima belas kan?" ucap Jasmin berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah deh ayo. Keburu bangku belakang penuh, tapi abisin dulu tuh makanan lo dikit lagi. Gue juga mau abisin es gue dulu."
Setelah Selina menyetujui perkataan Jasmin, keduanya kini mulai bergegas menghabiskan sisa makanan dan minuman mereka sebelum beranjak. Namun, segerombolan laki-laki terlihat masuk ke dalam kantin, kemudian duduk tepat di belakang meja mereka. Jasmin dan Selina sontak menghentikan pergerakan mereka dan menjadi saling pandang, ketika tiba-tiba saja, nama Jasmin disebut oleh salah satu laki-laki yang ada di gerombolan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PROSES REVISI] Jangan
FanfictionJangan takut jatuh cinta lagi, apalagi kalau itu bersama Rajendra. ©bcnzie11 2021