- Maaf dan selamat jalan

381 90 6
                                    

"SAYA minta maaf karena pernah marah-marah sama kamu ya Jasmin," ucap seorang lelaki bernama Renan. "Saya ngaku kalau saya gak dewasa dalam menyikapi suatu hal. Saya hanya merasa kehilangan, tapi harusnya saya sadar kalau kamu juga pasti merasa kehilangan."

Jasmin hanya terdiam. Ujung jarinya bergerak memutar diatas meja membentuk pola lingkaran berulang-ulang kali, menandakan bahwa gadis itu sebenarnya sedang gugup.

Jendra yang ada disebelahnya juga turut merasa gugup. Jendra takut jika keputusannya untuk mempertemukan Renan dan Jasmin adalah keputusan yang salah. Namun, rasa gugup Jendra seketika berubah menjadi rasa bangga, ketika tiba-tiba saja Jasmin menegakan kepalanya dengan percaya diri, kemudian menjawab.

"Iya gapapa. Saya ngerti apa yang kakak rasain." jawab Jasmin.

Mendengar jawaban Jasmin yang terlewat santai, Renan sempat dibuat kebingungan. "Serius nih saya dimaafin segampang ini? Kamu gak mau marahin saya balik Jas? Biar hati kamu lega."

"Saya gak pernah dendam sama kakak," balas Jasmin cepat. "Setelah berantem sama kakak kemarin saya langsung pulang ke Bandung. Saya udah bilang ke Gion kalau ada orang baik kaya kakak yang masih inget sama Gion."

"Kamu ke makam Gion?"

"Iya. Kalau kakak punya waktu, nanti jenguk Gion ya kak. Gion pasti seneng kalau ada temennya yang datengin makamnya."

"Boleh saya minta alamat makam Gion?"

Renan menyerahkan ponselnya pada Jasmin, mempersilahkan Jasmin untuk menuliskan alamat makam Gion yang ada di Bandung. Jasmin menerima ponsel Renan dengan senang hati, kemudian mengetikan alamat makam Gion dengan jelas.

Setelah selesai, Jasmin mengembalikan ponsel Renan seraya berkata, "Kalau memang lagi mampir ke Bandung dan mau ke makam Gion, kakak bisa chat saya. Makam Gion gak jauh dari rumah saya yang di Bandung."

"Makasih banyak ya Jasmin. Sekali lagi saya minta maaf."

"Sama-sama kak, dan dimaafkan," kata Jasmin dengan senyum lebarnya. "Kalau gitu saya pamit duluan ya kak, saya mau ngejar kereta."

"Mau pulang?"

"Iya."

"Yaudah kalau gitu. Makasih udah mau dateng Jasmin. Semoga perjalanannya lancar. Selamat liburan." ucap Renan panjang lebar. "Saya juga pamit kalau gitu."

Renan bangkit, kemudian disusul oleh Jendra yang juga turut bangkit dari duduknya. Mereka berdua telihat saling berjabat tangan, Jasmin bahkan sempat mendengar sekilas kata terimakasih dari Renan untuk Jendra karena sudah mau mempertemukannya dengan Jasmin hari ini.

Setelah berpamitan dan berpisah dengan Renan, Jasmin dan Jendra kini masuk ke dalam mobil (yang Jendra pinjam dari temannya), untuk mengantar Jasmin ke stasiun.

Liburan akhir semester ganjil sudah dimulai. Jasmin memutuskan untuk pulang ke Bandung dan akan kembali ke Depok ketika perkuliahan semester genap akan dimulai. Jendra dan Jihan juga melakukan hal yang sama, mereka akan pulang ke Bogor. Jihan sudah pulang lebih dulu, sedangkan Jendra baru akan pulang setelah mengantar Jasmin ke stasiun.

Jendra memakirkan mobilnya ketika mereka sudah sampai di stasiun. Untuk sesaat, Jasmin dan Jendra saling bertatapan, kemudian tergelak dalam tawa begitu saja.

"Hebat," puji Jendra kepada Jasmin. "Hebat bisa maafin orang semudah itu, gue bangga sama lo."

"Kan kamu yang ajarin aku, katanya kita gak boleh terpaku sama masa lalu?"

"Iya, makanya gue bangga sama lo." ucap Jendra. Ia memberikan sebuah elusan kecil di kepala Jasmin sebagai bentuk reward untuk gadis itu. "Baik-baik di Bandung ya. Walaupun lagi jauh-jauhan, kalo ada yang pengen lo ceritain ke gue, lo bisa telepon gue kapan pun."

[PROSES REVISI] JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang