Sudah beberapa minggu ini bu Seulgi merencanakan pembangunan sarana olahraga lansia yang bekerja sama dengan perusahaan milik Mark Lee. Dan akhirnya rencana itu berhasil dilakukan. Bu Seulgi sangat beruntung bisa mengenal Mark Lee. Begitupun sebaliknya karena sama-sama menguntungkan. Menguntungkan dalam pekerjaan, dan juga menguntungkan dalam hawa nafsu.
"Bekerja sama denganmu sangat menyenangkan sayang." Ujar Mark Lee tersenyum sambil sesekali mengecup pucuk rambut bu Seulgi.
"Untung saja kau 15 tahun yang lalu tidak jadi menyerahkan proyek ini ke Seo." Ujar bu Seulgi yang bersandar di bahu Mark Lee dengan tersenyum.
"Berkat itu juga aku bisa lebih mengembangkan proyek ini meskipun butuh 15 tahun." Mark Lee mengelus paha bu Seulgi. Bu Seulgi langsung menlumat bibir Mark Lee. Hampir saja hawa nafsu mengembara di tubuh mereka, tiba-tiba sekertaris bu Seulgi masuk. Ia membawa sebuah berkas dan menyerahkannya ke bu Seulgi. Bu Seulgi dan Mark Lee langsung buru-buru melepas tautan bibirnya lalu bersikap normal.
"Lusa, ibu Seulgi dan bapak Mark akan melakukan acara pembukaan sarana olahraga lansia di gedung Namsan. Saya sudah membuat jadwalnya dan juga hal yang harus anda persiapkan." Ujar sekertaris itu sambil tersenyum camggung karena tadi menyaksikan pemandangan tidak senonoh itu.
"Baiklah. Terima kasih. Silahkan keluar karena saya sedang banyak pekerjaan yang akan didiskusikan bersama pak Mark." Ujar bu Seulgi dan sekertarisnya segera pergi terburu-buru dari ruanga itu. Ia sepertinya tau hal apa yang akan terjadi.
╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸
Suasanya kebebasan yang sangat berbeda dengan di Korea menyeruak di sekitar Jaehyun, Doyoung, dan Irene yang sudah tiba di Amerika. Mereka langsung menuju astrama putra Chicago Style, tempat astrama Johnny ketika kecil hingga remaja. Bahkan mereka tidak memesan hotel terlebih dahulu. Sungguh mereka sangat terobsesi dengan kasus ini. Mereka kaget ketika supir taksi mengantarnya ke tempat yang familiar.
"Sepertinya kita pernah kesini. Benar kan?" Gumam Jaehyun yang menyeritkan dahinya melihat sekitar lokasi itu.
"Ah! Aku ingat. Ini kan jalan menuju panti asuhan Làveena!" Ujar Doyoung heboh sambil membukatkan mata dan mulutnya.
"Pak, apakah kita salah alamat?" Tanya Irene kepada supir itu.
"Tidak. Memang benar astrama itu ada di sekitar sini. Itu yang bangunan berwarna abu-abu. Sedangkan panti asuhan Làavena ada di belakangnya." Ujar sang supir yang juga menunjuk bangunan berwarna abu-abu.
"Berarti astrama itu dekat dengan panti asuhan Làavena." Ujar Doyoung yang masih sedikit terkejut.
"Iya memang benar. Karena pemiliknya juga sama." Ujar supir itu. Sepertinya supir taksi itu sudah sangat hafal dengan berbagai lokasi karena pekerjaannya.
"Apa?! Sepertinya aku menemukan titik terang!" Jaehyun sedikit berteriak dan langsung menemukan ide.
"Kenapa?" Tanya Irene yang menatap Jaehyun dengan kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 || END
Fanfiction𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐏𝐃𝐒 (𝐏𝐨𝐥𝐢𝐜𝐞 𝐃𝐞𝐩𝐚𝐫𝐭𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐒𝐞𝐨𝐮𝐥) 𝐝𝐢𝐭𝐮𝐠𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐢𝐝𝐢𝐤𝐢 𝐤𝐚𝐬𝐮𝐬 𝐭𝐞𝐰𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐞𝐫𝐢 𝐜𝐚𝐥𝐨𝐧 𝐤𝐚𝐧𝐝𝐢𝐝𝐚𝐭 𝐩𝐫𝐞�...