Johnny tersenyum meledek kepada Yuta. Ia memutar-mutar pistolnya dan berjalan pelan mendekati Yuta. Ibunya yang berada di dalam mobil terlihat khawatir terhadap Yuta. Yuta memaksakan kakinya yang terluka akibat tembakan Johnny tadi, untuk terus bisa berdiri dihadapan Johnny. Ia akan berusaha mengulur waktu selama mungkin hingga Jaehyun datang.
"Kau sudah berani kepadaku hm?" Tanya Johnny menatap tajam ke arah Yuta.
"Kakak kenapa bisa menjadi seperti ini?" Tanya Yuta dengan sedih dan meringis sakit pada kakinya. Kakaknya yang sebelum dikirim ke Amerika, sering bermain dengannya. Kini berubah menjadi seperti orang asing.
"Apa kau tau penderitaanku saat aku dikirim ke Amerika sendirian dan terkekang tidak bisa kemana-mana?!" Johnny makin berjalan mendekat ke arah Yuta. Yuta menahan segala rasa takutnya kepada Johnny.
"Aku yakin ayah melakukan itu untuk kebaikan kakak juga." Yuta berkata dengan hati-hati agar tidak menyinggung Johnny.
"Cih! Untuk kebaikanku? Dengan cara menyiksaku? Kau tidak akan pernah mengerti apa yang kurasakan, Yuta! Sejak awal memang kau yang selalu disayang dan aku yang selalu dibuang!" Johnny membuang ludahnya.
"Jika kakak marah kepada ayah dan ibu, kakak tidak perlu melampiaskannya menjadi pembunuh seperti ini." Ujar Yuta yang sedang menahan air matanya.
"Kalau begitu, bebaskan aku dari kejaran polisi. Dendamku kepada ayah dan kepada Taeyong sudah tuntas." Ujar Johnny.
"Tapi, kakak tetap saja harus menerima hukuman-" Belum sempat Yuta menyelesaikan kalimatnnya, Johnny langsung memotong.
"Aku depresi, menjadi gila, dan menjadi seorang pembunuy seperti ini karena ayahmu!! Lalu kau masih menyalahkanu?!" Bentak Johnny dengan kencang. Johnny mendorong Yuta hingga tersungkur di jalanan. Lalu menodongkan pistol ke kepalanya. Lalu lintas di jalanan itu mendadak riuh karena kejadian itu. Banyak pengendara yang memfoto dan memvideokan kejadian itu. Mereka takut untuk melerainya karena takit Johnny malah membunuhnya.
"Brengsek kau!" Ibunya Johnny keluar dari mobilnya karena khawatir Yuta akan ditembak. Untungnya datanglah Jaehyun, Doyoung, dan rekan-rekannya yang langsung keluar dari mobil dan menodongkan pistolnya ke arah Johnny.
"Angkat tangan!" Tegas Jaehyun. Johnny langsung menengok ke arah belakang yang sudah terdapat banyak polisi yang mengepungnya.
"Wah wah, kau sampai sekarang belum juga menyerah terhadapku. Kalian sungguh bukan teman yang setia padaku." Sinis Johnny menatap remeh ke arah Jaehyun dan Doyoung.
"Kau sudah berakhir sekarang. Bersiaplah menerima hukumanmu, Johnny. Oh iya, aku dan Jaehyun bukanlah temanmu! Aku dan Jaehyun tidak sudi berteman dengan psikopat sepertimu!" Ujar Doyoung memberanikan diri. Walau jauh di lubuk hatinya, ia takut Johnny akan menekan pelatuk pistol itu padanya.
Johnny langsung menyandera Yuta dengan mengarahkan pistolnya ke kepala Yuta. Lalu membawa Yuta untuk lari bersamanya. Jaehyun dan Doyoung mengejarnya sementara polisi lainnya membantu ibunya Johnny. Johnny berlari menuju ke arah gedung tua. Jaehyun tidak berani menembak Johnny karena takut Johnny akan menembak Yuta juga. Mereka masih saja kejar-kejaran di dalam gedung itu. Hingga akhirnya Johnny berlari ke arah jalan buntu. Jaehyun dan Doyoung tersenyum mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 || END
Fanfiction𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐏𝐃𝐒 (𝐏𝐨𝐥𝐢𝐜𝐞 𝐃𝐞𝐩𝐚𝐫𝐭𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐒𝐞𝐨𝐮𝐥) 𝐝𝐢𝐭𝐮𝐠𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐢𝐝𝐢𝐤𝐢 𝐤𝐚𝐬𝐮𝐬 𝐭𝐞𝐰𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐞𝐫𝐢 𝐜𝐚𝐥𝐨𝐧 𝐤𝐚𝐧𝐝𝐢𝐝𝐚𝐭 𝐩𝐫𝐞�...