31. Kasus Telah Selesai

103 22 135
                                    

Keesokan harinya, kantor PDS menyelenggarakan acara upacara kenaikan pangkat dan juga apresiasi kepada Jaehyun, Doyoung, dan juga Jungwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, kantor PDS menyelenggarakan acara upacara kenaikan pangkat dan juga apresiasi kepada Jaehyun, Doyoung, dan juga Jungwoo. Upacara itu berjalan dengan hikmat. Pewira pusat yang langsung memimpin penyerahan piagam dan ucapan sabutan kepada Jaehyun dan Doyoung.

"Saya selaku pewira pusat akan resmi mengangkat Jung Jaehyun menjadi kepala unit kejahatan I dan Kim Doyoung menjadi wakil kepala unit kejahatan I." Pewira pusat itu menyerahkan bros tanda kenaikan jabatan kepada Jaehyun dan Doyoung.

"Terima kasih." Ujar Jaehyun dan Doyoung yang tersenyum sambil membungkukkan badannya.

"Dan ini piagam apresiasi untuk pengabdian dan perjuangan kalian dalam memecahkan kasus ini." Pewara pusat itu memasangkan kalung medali kepada Jaehyun dan Doyoung. Tak lupa juga menyerahkan piagam untuk mereka berdua. Seluruh polisi PDS yang ada disana bertepuk tangan lalu kembali memberikan hormat.

"Kepada Kim Jungwoo juga saya berikan apresiasi karena telah membantu Jung Jaehyun dan Kim Doyoung dalam menyelidiki kasus ini." Pewira pusat menyerahkan piagam kepada Jungwoo.

"Terima kasih." Jungwoo tersenyum sambil membungkuk. Dan acara itu berakhir dengan khidmat. Jaehyun, Doyoung, dan Jungwoo sedang duduk di ruangan kerja barunya.

"Sudah ku bilang pasti kalian bisa menyelidiki kasus ini." Ujar Jungwoo berbangga diri.

"Sangat melelahkan menyelidiki kasus yang berkaitan dengan politik. Sepertinya aku sudah kehilangan banyak berat badan karena ini." Ujar Jaehyun tertawa.

"Aku juga tidak menyangka aku bisa menyelidiki ini. Padahal aku termasuk polisi yang baru beberapa bulan bekerja di PDS dan juga ini pertama kalinya aku menyelidiki kasus berat. Tapi pada akhirnya aku senang dan bangga sekali bisa menangkap penjahat." Ujar Doyoung yang sedari tadi melihat ke arah piagamnya.

"Seandainya masih ada Irene disini. Pasti kita berempat bisa merayakannya bersama-sama. Dan pasti dia senang bisa bersikap sombong karena kenaikan pangkatnya." Jungwoo tersenyum kecut sambil mengatakannya. Irene gugur dalam memenuhi tugasnya. Itu juga termasuk hal membanggakan dan mengharumkan nama Irene.

"Sudahlah yang berlalu biarkan berlalu. Aku yakin Irene ikut senang karena melihat kita bisa menangkap Johnny dan membalaskan dendamnya." Ujar Jaehyun.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸

Dua bulan kemudian bu Seulgi melaksanakan acara penikahannya dengan Mark Lee. Pernikahan itu sangat meriah. Bu Seulgi sudah berjanji akan merubah sikapnya dan tidak menggoda pria demi bisa bekerja sama dalam pekerjaan. Karena saat ini dia telah resmi menikah dengan Mark Lee. Bu Seulgi berada di tengah panggung dengan Mark Lee yang menggandeng tangannya. Mark Lee mamasangkan cincin ke jari manis bu Seulgi.

"Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu." Bisik bu Seulgi.

"Aku juga berjanji akam selalu bersamamu dikala suka maupun duka." Bisik Mark Lee sambil tersenyum.

Para pejabat yang diundang ke acara itu ikut bahagia dan bertepuk tangan. Wartawan dan media ikut bertepuk tangan dan meliput momen ini. Semoga saja keduanya hidup bahagia dan menepati janjinya.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸

Yuta dan ibunya pindah ke Canada dikarenakan Yuta akan melanjutkan kuliahnya disana. Tentunya ibunya ingin menemaninya karena mereka hanya memiliki satu sama lain. Pak Seo di penjara dan Johnny pun dipenjara.

"Ibu jika ingin berjalan-jalan bersamaku, katakan saja padaku agar aku bisa ambil libur di hari kuliahku untuk menemani ibu." Ujar Yuta yang akan berusaha membuat ibunya tetap bahagia atas keadaan menyedihkan saat itu.

"Ibu tidak apa-apa. Kau kuliah saja yang rajin." Ibunya tersenyum sambil mengelus kepala Yuta.

"Ibu sekarang sendirian dirumah. Tidak ada ayah dan tidak ada kak Johnny. Jadi aku akan terus berusaha meluangkan waktuku untuk ibu." Yuta memeluk ibunya. Yuta adalah anak yang baik dan  berbakti pada orang tuanya. Tidak heran mengapa ibunya sangat bersyukur memiliki Yuta.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸

Taeyong yang semakin lama semakin merubah sikapnya dan menjadi lebih baik selama di penjara. Ia disenangi oleh teman-teman di ruang penjaranya. Ia memulai hobinya lagi membuat lukisan di dalam sel. Melukis memang sudah bakatnya dejak di panti asuhan. Namun yang membedakan adalah dia tidak melukis hal yang aneh-aneh lagi.

"Waktunya makan." Petugas memberikan makanan kepada Taeyong dan teman-temannya.

"Bolehkah kau bawakan cat air dan canvas lagi?" Tanya Taeyong tersenyum menatap petugas itu.

"Kau selalu meminta hal itu hampir setiap hari. Sebenarnya apa yang kau lakukan?" Tanya petugas itu dengan penasaran. Taeyong menyerahkan hasil lukisan yang selama ini ia lukis.

"Wah bagus sekali. Baiklah aku akan membawakanmu canvas dan cat air. Kau harus menggambarkan panda untuk ku berikan kepada anakku ya." Ujar petugas itu yang senang dan kembali untuk membawakan pesanan Taeyong yaitu canvas dan cat air.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸

Pak Seo di penjara selalu memikirkan Johnny. Ia masih merasa bersalah kepada Johnny, terlebih lagi ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Johnny dihukum flagela 300 kali. Sungguh sangat menyesakkan di dadanya. Namun ia bersyukur masih memiliki istrinya dan Yuta yang sesekali mengunjunginya meskipun jarang karena istrinya dan Yuta berada di Canada. Meskipun begitu, kadang banyak barang dan pesan yang dikirimkan untuknya dari istri ataupun Yuta.

"Pak, apakah ada kiriman pesan atau barang untuk saya?" Tanya pak Seo kepada petugas polisi.

"Tidak ada. Nanti ketika ada pesan atau barang untukk anda, saya akan segera memberikannya kepada anda." Ujar petugas polisi itu.

╺╌╌╌╌╼⃘۪۪╾╌╌╌╌╸

Baru lima tahun kemudian, Johnny sudah seperti orang gila di dalam penjara sendirian. Ia sering melakukan percobaan bunuh diri dan juga sering berhalusinasi yang menyebabkan polisi harus membawa dokter dari rumah sakit jiwa untuk memberi Johnny obat penenang.

"Jaehyun, sudah lama kita tidak bertemu. Apa kabar?" Johnny menatap dinding sambil tersenyum.

"Ayo kita berjalan-jalan bersama Doyoung dan Irene." Johnny mendekati tembok itu.

"Sialan! Kau ingin menangkapku?!" Johnny menjedotkan kepalanya berkali-kali ke tembok itu.

"Ayah tolong aku. Aku takut di astrama. Aku merindukanmu." Johnny langsung terduduk sambil menangis dan meremas rambutnya.

"Mana gelang kuku miliku! Kembalikan gelangku!" Johnny berteriak heboh sambil mengambil kaca dan ingin menyayatkan kaca itu ke tangannya. Polisi yang melihat itu langsung menekan tombol darurat dan memanggil dokter kejiwaan.  Dokter dan polisi itu berusaha mengambil kaca itu dan menyuntikkan obat penenang ke tubuh Johnny. Johnny langsung jatuh terdiam namun ia masih saja berbicara pelan.

"Kembalikan gelang kuku milikku" Gumam Johnny yang mulai tenang. Dirasa sudah tenang, polisi kembali mengunci sel penjara itu. Dokter kejiwaan pun pergi meninggalkannya.

Hampir tiap hari Johnny seperti itu. Penjara itu sangat sepi dan juga sangat gelap. Kadang ketika kesehatan jiwanya membaik, ia hanya duduk termenung di pojokan. Dan bila kesehatan jiwanya kambuh, ia langsung mengamuk, berhalusi nasi, dan ingin menyakiti dirinya sendiri seperti tadi. Dan semakin lama, kesehatan jiwanya Johnny makin memburuk dan ia selalu gagal untuk bunuh diri. Penampilannya sudak tidak setampan dahulu. Kini penampilannya rambut panjang berantakan, pakaian yang lusuh, tatapan mata yang lesu dan menghitam, dan juga badannya yang bau. Tiap malam ia juga sering mimpi buruk tentang kejahatannya saat itu yang membuat kepalanya hampir meledak. Selama seumur hidup Johnny akan merasakan ini.

║▌│█║▌│█║▌│█│║▌║
║▌│█║▌│█║▌│█│║▌║
. The End ♡

𝐉𝐮𝐬𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang