Bel istirahat berbunyi, para muridpun mulai melangkahkan kaki mereka meninggalkan kelas. Sana dengan sigap segera berdiri menarik lengan Irene, sedangkan Irene hanya menatap datar Sana.
Mereka berdua sampai didepan gudang yang jauh dari keramaian. Sana menatap Irene dengan pandangan serius sedangkan Irene hanya menatap tanpa minat.
"Dimana Dahyun?" Tanya Sana to the point
"Dimanapun Dahyun berada, apa urusannya denganmu?" Sinis Irene
"Aku serius Irene!" Kesal Sana
"Kau kira aku bercanda? Apa hak mu hingga harus mengetahui keberadaan Dahyun? Memangnya kamu siapanya?" Tanya Irene
"Sa..sahabatnya"
"Oh sahabat.... Wah kamu sahabat yang baik sekali, kamu rela membiarkan Dahyun duduk ditaman dengan kondisi hujan deras, aku salut akan sikapmu itu"
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Tzuyu tiba-tiba kecela—"
"Tidak ada yang minta penjelasanmu, lagipula aku tak tertarik dengan alasanmu itu"
Sana hanya bisa memandangi Irene dengan tatapan frustasi, sungguh saat itu Sana benar-benar lupa akan janjinya dengan Dahyun. Sana terlalu panik mendengar Tzuyu kecelakaan.
Irene sendiri sudah muak berdiri didepan Sana, ia segera melangkahkan kakinya ke kantin, pergi meninggalkan Sana.
Sana hanya bisa menunduk sembari merutuki dirinya sendiri. Bahkan matanya sudah berair, hanya tunggu waktu saja air mata itu akan keluar membasahi pipinya.
Ting...
Sana membuka notifikasi dari kontak bertuliskan Nenek Lampir dan membaca pesan yang dikirimkan orang itu.
'Seoul Hospital, Ruang Sakura nomor 7'
'Hanya dari jam 3 sampai jam 4 sore, cukup satu jam!"
Sana segera menyunggingkan senyuman kecil, walau Irene terlihat galak dan sinis tapi hatinya lembut dan tak tegaan. Sana segera mengetikkan ucapan terimakasih dan segera berjalan ke kantin menyusul sahabat-sahabatnya.
Waktu terus berlalu hingga tibalah saat bagi Sana untuk menjenguk Dahyun. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal, jarak rumah sakit dengan sekolahnya memang terbilang lumayan jauh, kurang lebih butuh 40 menit.
Sesampainya dirumah sakit, Sana segera memakirkan mobilnya dan berjalan menuju resepsionis untuk menanyakan letak kamar Sakura nomor 7
Setelah mendapat jawaban, Sana segera berjalan cepat menuju ruangan Dahyun. Sana membuka pintunya dan mengintip, ia takut salah masuk ke ruang rawat pasien lain.
Sana melihat tubuh Dahyun yang sedang dalam posisi berbaring dengan infus yang menancap di tangan kirinya. Sana menatap sendu Dahyun dan mulai menghampirinya.
Entah karena langkah kaki Sana yang terlalu kencang atau indra pendengaran Dahyun yang sangat tajam, Dahyun terbangun dan menatap Sana.
"Hai.." Sapa Sana gugup.
"Hai, kenapa bisa disini?" Ujar Dahyun.
Mendengar suara Dahyun yang serak dan terkesan lemas membuat Sana semakin merasa bersalah. Sana menarik kursi disebelah Kasur Dahyun dan mendudukinya.
"Maaf" Gumam Sana.
"Untuk?" Heran Dahyun.
"Aku tidak menemuimu ditaman, aku telat 2 jam dan lupa memberimu kabar, maaf karena membiarkan kamu kehujanan" Ujar Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome [√]
RomanceHidupku bagaikan lembaran monokrom hitam putih sebelum adanya dirimu yang mampu memberikan berbagai warna berharga dalam hidupku.