Tembok Penghalang Takdir

286 67 40
                                    


Sore hari sudah tiba, Dahyun sudah menyelesaikan makan siangnya. Kini lagi-lagi rasa bosan menyerang dirinya, ia bingung ingin melakukan apa. Irene? Oh manusia itu sudah tertidur cantik di sofa yang terletak di ruangan Dahyun.


Sungguh sepupu yang bisa diandalkan bukan? Dahyun rasanya ingin bersyukur, saking ingin bersyukurnya, rasanya Dahyun mau bakar Irene hidup-hidup. Dahyun mana tega membangunkan Irene dengan alasan untuk menemani dirinya yang sedang bosan, yang ada dirinya mendapat geplakan maut dari Irene.


Dahyun menoleh kearah jendela ruangannya, dirinya mulai berdiri dan berjalan menuju jendela itu. Dibukanya tirai jendela tersebut, pemandangan taman yang sedang sepi namun terlihat sangat menenangkan segera menerpa indra pengelihatan Dahyun.


Dahyun memutuskan untuk pergi ketaman, meninggalkan si putri tidur sendiri diruangannya. Dahyun berjalan perlahan sembari mendorong infusnya. Beberapa suster yang melihatnya segera menawarkan bantuan tapi Dahyun menolaknya, toh dia masih bisa melakukannya sendiri.


Sesampainya ditaman, ia segera mendudukan dirinya disalah satu kursi taman. Dirinya hanya berdiam diri sembari menikmati sejuknya taman itu. Mengingat soal taman, Dahyun jadi ingat hari dimana ia merencanakan akan menyatakan perasaanya pada Sana ditaman.


Rencana itu bahkan sudah Dahyun persiapkan hingga matang, namun sayangnya rencana itu gagal karena Sana telat datang ke taman itu. Ya tapi mau gimana lagi? Itu sudah takdir, Dahyun harus menerimanya.


Lagipula, jika mereka tidak menjadi sepesang kekasih, seharusnya Dahyun senang karena itu artinya Sana tidak harus mendapatkan luka jika dirinya pergi untuk selamanya. Ya Dahyun ingin pergi dengan tenang, tanpa meninggalkan luka dan kesedihan bagi orang banyak.


Miris memang, tapi setidaknya Dahyun masih bersyukur karena masih diberikan nafas kehidupan hingga detik ini. Masih diberi waktu untuk menikmati keindahan dunia ini. Masih diberi kesempatan untuk membangun sebuah peristiwa bersama dengan orang-orang yang ia sayangi.


Dahyun terus saja melamun memikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini, dimana dirinya pindah kesekolah baru. Bertemu dengan Chaeyoung sahabat baiknya, bertemu dengan Irene sepupunya yang cerewet, bertemu dengan teman baru seperti Twice, dan pastinya bertemu dengan seseorang yang berhasil memenuhi hati dan pikirannya saat ini, Minatozaki Sana.


Jika dipikir-pikir, pertemuan pertama mereka sangatlah aneh dan lucu. Dahyun terkekeh kecil saat mengingat kembali reaksi Sana yang menatapnya dengan pandangan terkejut dan takut.


'Huh.. saat itu dia berfikir bahwa aku ini hantu' Batin Dahyun sembari tersenyum.


Sibuk dengan pikirannya, hingga ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk disebelahnya. Dahyun yang sudah sadar dari lamunannya segera menatap kearah sampingnya, sepasang matanya melebar.


Dirinya melihat seorang gadis sedang duduk disebelahnya sembari menunduk hingga rambut pajangnya itu menutupi wajahnya. Gadis itu menangis pelan, badannya juga bergetar menahan isakan.


Sontak Dahyun berteriak keget melihat rupa gadis yang ada disebelahnya. Yang benar saja? Dahyun baru membahas Sana yang mengiranya hantu dan kali ini ada hantu yang duduk disebelahnya. Sungguh karma yang sangat instan.

Monochrome [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang