Seorang wanita berumur 36 tahun sedang berjalan menelusuri rumah mewah. Langkah kaki itu menuntunya pergi kesebuah balkon yang menyediakan sofa tempat duduk yang biasa ia gunakan.
Ia duduk, menghirup udara pagi yang sejuk. Angin pagi yang berhasil meniup anak-anak rambutnya. Kicauan burung menghiasi suasana pagi indah itu.
Tangannya bergerak mengambil sebuah album foto, membukanya perlahan dan mengamati foto-foto itu dengan tenang.
Lembaran foto berwarna hitam putih, bergambarkan dirinya. Lembaran kusam yang membawa setumpuk kenangan berharga yang tidak bisa ia rasakan lagi.
Halaman demi halaman ia lewati, hingga ia berhenti pada satu foto. Ia mengusap foto itu dengan lembut, mencoba merasakan kembali suasana foto tersebut.
Foto yang menunjukkan dirinya dimasa remaja yang sedang merangkul seseorang. Seseorang yang selalu mengisi hati dan pikirannya, dulu, sekarang, dan selamanya.
Ia mengusap gambar orang itu, orang yang ia rangkul. Rasa rindu menguasai dirinya. Segala penyesalan kembali ia rasakan. Kalau saja dulu ia tidak salah dalam mengambil keputusan, semuanya tidak akan berakhir seperti ini.
Berakhir dengan ribuan air mata
Berakhir dengan setumpuk penyesalan
Berakhir dengan harapan yang tidak akan pernah terwujud
Berakhir dengan segudang rindu
Dan tidak akan berakhir miris seperti ini.
Tanpa ia sadari setetes air mata kembali menetes dari maniknya. Setetes air mata yang penuh akan rasa penyesalan.
Tangannya bergerak menghapus butiran air mata yang menetes pada pipinya. Memejamkan kedua matanya dan mengusap kedua matanya yang masih ia pejamkan.
Mengusap hadiah teristimewa dari orang yang sangat istimewa. Orang yang selalu ada disisinya, bahkan hingga saat ini, walaupun sudah tidak memiliki fisik.
Seorang wanita lainnya memasuki area balkon, duduk disebelah pasangannya itu. Ia mengusap rambut wanita itu berharap tangisannya mereda.
"Sana... lupakan semuanya, jangan terjebak dalam labirin masa lalu" Ujar wanita itu.
Sana yang sedang terisak hanya bisa menatap wanita yang notabenenya pasangan hidupnya. Wanita itu memberikan segelas susu cokelat kepada Sana, Sanapun menerimanya dan segera meneguknya.
"Terimakasih, susu cokelatnya" Ujar Sana.
"Ya sama-sama"
Sana kembali memandangi album foto itu. Dari sekian banyak lembaran monokrom, matanya hanya tertuju pada selembar monokrom bergambarkan seorang wanita.
Wanita yang ia cinta, cinta pertamanya tetapi bukan takdirnya. Takdir lebih memilih untuk memisahkan mereka, memisahkan antara ruang dan waktu hingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi
"Kuharap kamu tenang disana.... Kim"
X
X
X
X
X
Aku gamau kalian kecewa sudah baca dari awal eh ternyata sad ending, maka dari itu aku sudah kasih tahu terlebih dahulu bahwa cerita ini akan sad ending.
Jadi sekarang keputusan kalian mau lanjut baca untuk mencari tahu alasan yang menyebabkan cerita ini berakhir miris atau memutuskan untuk tidak membacanya.
Mianhae... saya pencinta angst :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome [√]
RomanceHidupku bagaikan lembaran monokrom hitam putih sebelum adanya dirimu yang mampu memberikan berbagai warna berharga dalam hidupku.