Jarak diantara Kita

290 73 35
                                    

Kedua mata itu mulai terbuka, pemilik sepasang mata indah itu mengernyit bingung kala pandangannya itu masih gelap gulita. Dimana ia sekarang? Apakah tidak ada lampu yang menyinari sekitarnya? Mengapa sangat gelap?

Kedua tangannya mulai meraba sepasang matanya, mencoba mencari sesuatu yang menutupi matanya, namun tidak ada yang menutupi matanya. Kedua tangan itu lanjut bergilya meraba kedepan dan kesampingnya hingga ia menemukan sebuah tangan.

Ia menggenggamnya, sembari mencoba menebak siapa pemilik tangan tersebut. Sibuk dengan pikirannya, hingga ia dikejutkan dengan sebuah suara dari seorang gadis.

"Kau sudah sadar?"

"Chaeyoung? Aku dimana? Bisakah kamu nyalakan lampu? Ini sangat gelap aku tak bisa melihat apapun" Ujar Sana.

Sana tak mendengar jawaban atau balasan dari Chaeyoung, ia hanya bisa mendengar helaan nafas kasar dari Chaeyoung. Tak lama kemudian, ia merasakan genggaman erat dari Chaeyoung, ia juga merasakan tangan Chaeyoung yang berkeringat.

"Ada apa? Kenapa tanganmu dingin dan basah?" Tanya Sana.

"Hmm... Aku tahu ini sulit bagimu, tapi aku harus mengatakannya. Kamu kecelakaan dan sekarang kamu dirumah sakit. Soal kenapa pandanganmu gelap, itu bukan karena lampu diruangan ini mati tapi kamu... Kamu mengalami buta permanent Sana" Lirih Chaeyoung.

"Jangan bercanda Chaeng! Cepat nyalakan lampunya, jangan menipuku lagi!" Marah Sana.

"A-aku serius San"

Setelah Chaeyoung mengatakan hal itu, ia tak mendengar balasan dari Sana lagi. Ia hanya mendengar isakan tangis Sana. Chayeoung tidak bisa melakukan apapun, ia hanya bisa mengelus punggung tangan Sana mencoba menyalurkan kekuatan.

"Chaeng.. bisakah kau keluar dulu? Tinggalkan aku sendiri disini" Ujar Sana disela-sela tangisnya.

"Baiklah" Ujar Chaeyoung.

Chaeyoung berjalan menuju pintu kamar Sana, membukanya lalu menutupnya kembali dengan raga yang masih didalam ruangan Sana. Ya dia berpura-pura keluar, dirinya tidak tega meninggalkan Sana dalam keadaan kacau seperti ini.

Tak lama kemudian Chayeoung mendengar teriakan frustasi Sana, dirinya juga menyaksikan beberapa barang yang berada dinangkas dilempar oleh Sana. Vas bunga yang Sana lempar kini sudah berada dilantai dengan keadaan hancur lebur seperti hati Chaeyoung saat ini.

Chaeyoung membekap mulutnya, berusaha meredam isakannya agar kehadirannya tak dirasakan oleh Sana. Suara tangis dan teriakan frustasi terus terdengar hingga Chaeyoung tak sanggup lagi menahan gejolaknya.

Chaeyoung berjalan menuju Sana, memeluknya dan mengusap surainya. Aksi Chaeyoung tak luput dari keterkejutan Sana, tapi Sana lebih memilih untuk memeluk Chaeyoung erat sembari menumpahkan air mata didalam pelukan erat tersebut.

"Hey, hey tenang. Aku akan mencarikan donor mata. Ini hanya sementara Sana, jangan seperti ini kau membuatku sangat terluka dengan segala kefrustasianmu" Ujar Chaeyoung tepat didepan telinga Sana.

"Aku janji Sana, kau akan melihat keindahan dunia lagi, kamu hanya perlu menunggu, tolong bersabar San" Ujar Chaeyoung menenangkan Sana.

Chaeyoung terus memberikan Sana kata-kata penenang hingga Sana berhasil menghentikan tangisannya. Pelukan itu masih belum terlepas, bahkan kian mengerat. Dari sini terlihat jelas jika Chaeyoung sangat tulus dalam mencintai Sana, Sana juga merasakan ketulusan seorang Chaeyoung. Siapapun yang melihatnya pasti tahu bahwa Sana sudah berada ditangan yang tepat, Chaeyoung adalah orang yang tepat untuk menjaga Sana. Dan ya... Dahyun melihatnya, dan Dahyun dapat merasakan ketulusan itu.

Monochrome [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang