Tanpa Dahyun sadari, Irene pergi ke kamar mandi bukan untuk urusan pencernaan melainkan untuk urusan perasaan. Irene menangis sambil membengkap mulutnya, berusaha menahan isakannya agar tak terdengar Dahyun.
Irene sayang Dahyun... Irene ingin selalu menjaga Dahyun.... Irene ingin selalu bersama Dahyun dengan jangka waktu yang panjang. Tapi akankah semuanya akan terkabulkan?
Dulu Irene sangat menginginkan seorang adik, tapi ternyata Tuhan tak mengabulkannya. Tetapi Tuhan itu baik, Tuhan selalu ada cara untuk menyenangkan hati kita.
Tuhan mengirimkan Dahyun kepada Irene sebagai adik sepupu, umur mereka yang hanya berbeda beberapa bulan saja mampu membuat mereka cepat akrab.
Berbeda beberapa bulan saja tapi Irene jauh lebih bersikap dewasa dibandingkan Dahyun. Dari situ Irene menganggap bahwa Dahyun adalah adiknya, orang yang harus ia jaga sampai kapanpun itu.
Walaupun disaat mereka kelas 8 SMP harus berpisah dikarenakan eomma Dahyun dipindah tugaskan ke Busan, alhasil dengan berat hati Irene menerima kepergian Dahyun ke Busan.
Irene dan Dahyun sudah lama bersama jadi tak heran jika Irene mengetahui segala rahasia Dahyun begitu juga sebaliknya. Irene tahu kelebihan dan kekurangan Dahyun, bahkan Irene lebih mengerti Dahyun dibandingkan Mrs.Kim sendiri.
Dan saat ini Irene menangis karena ia tau kelemahan Dahyun. Kelemahan yang tidak mungkin bisa Dahyun hilangkan, bahkan Dahyun tak bisa menghadapinya.
Irene takut..... Seandainya Dahyun tak bisa melawannya... Seandainya Dahyun lelah dengan segala beban ini...... Seandainya Dahyun lebih memilih untuk menyerah.... Seandainya Dahyun pergi meninggalkan Irene.....
Irene berusaha menepis semua pemikirannya itu, tapi berkali-kali kenyataan menampar dirinya, menyadarkan Irene bahwa semua pikirannya itu bisa saja terjadi besok, lusa, minggu depan, kapan saja.
Mau diberi waktu selama apapun, Irene tidak akan bisa menyiapkan mentalnya. Irene sudah terlalu menyayangi Dahyun. Dahyun satu-satunya orang yang bisa mengertinya. Dahyun adalah pemberian dari Tuhan yang sangatlah sempurna baginya.
Dahyun bagaikan sebuah lilin di kelamnya hidup Irene. Jika sebuah lilin yang berdiri ditengah goa gelap mati tertiup angin, apa yang akan terjadi dengan goa itu? Semakin sunyi, semakin gelap, semakin dingin.
Selesai dengan tangisannya, Irene segera membasuh wajahnya. Setelah dirasa sudah segar, Irene segera berjalan menghampiri Dahyun yang tertidur dikasurnya.
Irene duduk dikursi sebelah Kasur Dahyun, ia mengelus kepala Dahyun dengan penuh kasih sayang, layaknya kakak yang menyayangi adik kandungnya.
"Jangan nangis, aku masih berjuang dan akan terus berjuang selama Tuhan belum memanggilku" Ujar Dahyun tiba-tiba.
Ya Dahyun sedari tidak tidur, Dahyun sedari tadi mendengarkan isakkan Irene. Walau Irene mencoba untuk menahan isakkannya, pendengaran Dahyun lebih tajam hingga bisa mendengarnya.
Irene yang mendengar itu kembali menangis, Irepun menelungkupkan wajahnya pada tangan Dahyun yang tak terinfus.
Dahyun bisa merasakan tangannya basah, dibasahi air mata Irene. Dahyunpun mengelus surai Irene, bukan Irene saja yang menyayangi Dahyun tapi Dahyun juga menyayangi Irene.
"Janji untuk terus bertahan?" Tanya Irene.
"Ya... janji"
"Baiklah, sudah waktunya kamu tidur, have a nice dream"
"You too"
Merekapun tidur bersama dengan Irene yang setia duduk dikursi sebelah tempat tidur Dahyun. Kebersamaan mereka memanglah hangat tapi entah akan bertahan sampai kapan.
Bukankah didunia ini tidak ada yang abadi?
Harta
Sahabat
Pasangan hidup
Umur
Semua itu tidak abadi. Semua sudah diatur oleh-Nya dan kita hanya bisa menerima tanpa memberontak.
Kita hanya bisa meminta padaNya, meminta yang terbaik bagi kita walau belum tentu dikabulkan.
Haripun berlalu, kini matahari sudah menyambut Dahyun yang baru saja bangun dari mimpinya. Dahyun menoleh kearah kamar mandi, terdengar suara percikan air menandakan bahwa Irene sedang membersihkan tubuhnya.
Atensi Dahyun berpindah pada infus dan juga jarum infus yang menusuk punggung tangan kirinya. Dahyun menghela nafas kasar, sebenarnya dia sudah muak keluar masuk rumah sakit tapi dia harus bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Pintu kamar mandi terbuka dan muncullah Irene yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Irene yang melihat Dahyun sudah bangun dari tidurnya segera menghampirinya.
"Good Morning, kenapa kamu bangun pagi? Kamu bisa tidur lagi, perbanyak istirahat agar cepat pulih" Nasehat Irene.
"Ya... baiklah suster Irene" Malas Dahyun.
Irene yang mendapat tarpon malas seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Mau dibelikan apa?" Tawar Irene.
"White chocolate dan 2 pack lembar polaroid" Jawab Dahyun.
"Lembar polaroid? Haruskah?" Malas Irene.
"Ya harus!"
"Ckk udahlah gausah foto objek dirumah sakit, nanti malah hantu yang kamu foto" Ujar Irene.
"Jangan menakutiku! Setelah kamu pergi kesekolah aku akan sendiri" Takut Dahyun.
Irene hanya tertawa melihat ekspresi Dahyun yang mirip dengan anak kecil.
"Baiklah baiklah akan kubelikan, aku pergi dulu bye" Pamit Irene.
"Bye"
TBC
Part rest dulu lah ya, ku kasih momment DahRene noh muehehehe
Mau double up kah? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome [√]
RomanceHidupku bagaikan lembaran monokrom hitam putih sebelum adanya dirimu yang mampu memberikan berbagai warna berharga dalam hidupku.