Matahari sudah terbit, sinarnya begitu terang hingga mampu membangunkan seorang Kim Dahyun. Dahyun menggeliat untuk mengurangi rasa pegal diseluruh tubuhnya. Dirinya tersadar bahwa ia tidur dikursi dengan kepala yang bersandar dipinggir kasur rumah sakit, pantas saja seluruh tubuhnya pegal.
Dahyun menoleh ke seorang gadis yang berada dikasur, dirinya menghela nafas lega saat mendapati gadis itu masih tertidur nyenyak. Dahyunpun berdiri secara perlahan, melepas genggaman tangan Sana dan dirinya secara perlahan agar tak membangunkan Sana.
Sebelum pergi, Dahyun mengusap pipi kiri Sana dan diakhiri dengan kecupan singkat didahi Sana. Setelah itu ia pergi kearah pintu ruang rawat Sana dan membukanya perlahan.
Tepat saat pintu itu terbuka, kedua mata Dahyun juga terbuka lebar saat mendapati sahabatnya sedang berdiri sembari membawa bingkisan buah. Keduanya saling menatap dengan perasaan terkejut hingga Chaeyoung terlebih dahulu membuka mulutnya.
"Kau mengunjungi Sana?!" Marah Chaeyoung.
Dahyun segera menutup mulut Chaeyoung menggunakan tangan kanannya. Dirinya juga mendorong Chaeyoung untuk keluar dari ruangan Sana dan berbincang sebentar diluar ruangan Sana.
"Wae?! Kenapa kamu menjenguk Sana?! Kau benar-benar mempersulit proses pendekatanku!" Marah Chaeyoung.
"Diamlah Chaeng! Pelan-pelan nanti kita ketahuan! Lagipula kemarin aku berpura-pura sebagai kamu, Sana tidak tau aku menjenguknya" Jelas Dahyun.
"Kau yakin Sana tidak tau kalau kau menjenguknya?" Tanya Chaeyoung memastikan.
"Iya aku yakin! Jadi nanti kalau Sana cerita atau bertanya kenapa kamu kemarin malam diam saja, bilang saja kau sedang sakit gigi, saking sakitnya kamu sampai di infus" Ujar Dahyun.
"W-wow alasannya yang sangat masuk akal bro" Ujar Chaeyoung tak percaya akan alasan bodoh milik Dahyun.
"Aishh terserahmulah, kamu kan pandai mengarang, bahkan kau bisa mengarang cerita tentang diriku dan Eunbi" Sindir Dahyun.
Chaeyoung lantas terdiam, lagi-lagi ia merasa bersalah pada Dahyun. Walau dirinya sudah meminta maaf, tetap saja dirinya masih merasa bersalah sekalipun Dahyun sudah memaafkannya.
"Mianhae" Lirih Chaeyoung.
"Hahaha aku hanya bercanda Chaeng, jangan dipikirkan! Akukan sudah memaafkanmu" Ujar Dahyun.
"Tapi tetap saja aku sala-"
Ucapan Chaeyoung terpotong dengan ringisan Dahyun. Sontak Chaeyoung mendongak untuk melihat Dahyun, dilihatnya Dahyun sedang meringis kesakitan sembari memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Yak! Kau kenapa?!" Panik Chaeyoung.
"Ke-kepalaku sakit" Keluh Dahyun.
"Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?" Bingung Chaeyoung bercampur dengan rasa panik.
Ditengah kepanikan Chaeyoung, terdengar suara langkah kaki yang begitu keras. Chaeyoung menoleh ke asal suara dan mendapati Irene sedang berlari ke arah mereka lengkap dengan wajah khawatirnya.
"Yak! Tahu busuk! Kau kemana saja! Astaga, Chaeyoung bantu aku membawa Dahyun ke ruang rawatnya!" Panik Irene.
Chaeyoung sontak menaruh bingkisannya dikursi yang ada dikoridor rumah sakit, ia menggendong Dahyun dipunggungnya sedangkan Irene mendorong infus Dahyun. Kebetulan ditengah perjalanan, mereka berpapasan dengan ayah Irene sehingga Dahyun bisa segera ditangani oleh ayah Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome [√]
RomanceHidupku bagaikan lembaran monokrom hitam putih sebelum adanya dirimu yang mampu memberikan berbagai warna berharga dalam hidupku.