Kini Sana hanya berdiam diruang rawatnya. Chaeyoung sedang pergi ke sekolah sehingga tidak ada yang menemaninya saat ini. Ia bingung ingin melakukan apa, bermain ponsel? Bahkan Sana tak tahu dimana ponselnya berada, semuanya gelap gulita.
Sana takut tapi Chaeyoung selalu meyakinkannya bahwa ini hanya sementara saja. Chaeyoung juga berjanji akan berada disisi Sana setiap saat, bahkan gadis itu sempat ingin membolos sekolah demi menjaga dirinya.
Jelas saja Sana melarangnya, yang benar saja gadis itu membolos hanya untuk menjaga dirinya. Lagipula Sana bisa memanggil suster jika ia butuh sesuatu. Seperti saat ini, Sana meraba untuk mencari tombol yang berfungsi untuk memanggil sang suster.
Sana tersenyum kecil kala tangan kanannya berhasil menekan tombol yang ia cari. Sana kembali keposisi duduknya yang tegak sembari menunggu kedatangan sang suster. Pintu terbuka, suara perempuan paruh baya yang terdengar asing menubruk indra pendengaran Sana.
"Ada apa nona? Anda butuh sesuatu?" Tanya sang suster ramah.
"Ehmm... bolehkah suster membantu saya berjalan menuju taman rumah sakit?" Tanya Sana ragu.
Sang suster tersenyum lebar, dengan senang hati ia membantu Sana untuk menuruni ranjangnya itu. "Tentu saja boleh nona, mari saya tuntun".
Sanapun berjalan menuju taman sembari dituntun oleh sang suster. Selama perjalanan menuju taman, Sana terus mengajak sang suster berbicara yang pastinya direspon positif oleh sang suster. Semua itu Sana lakukan agar dia tak merasa kesepian, lagipula suster yang membantunya sangat ramah pada dirinya.
"Sudah sampai, nona duduk dulu ya" Ujar sang suster membantu Sana duduk.
"Terima kasih suster, untung aja ada suster, kalau tidak pasti saya sudah nabrak sana-sini deh" Ujar Sana.
"Tenang saja nona, kalau butuh apa-apa tinggal panggil saya saja, mau saya temani nona?" Tawar sang suster.
"Bolehkah?"
"Tentu boleh nona"
"Terima kasih suster, aku kasih rating bintang lima deh hehe" Canda Sana.
"Nona ada-ada saja, memangnya saja ojol" Tawa sang suster.
Sana terus saja mengobrol dengan sang suster, mereka saling melempar canda tawa hingga seseorang mendatanginya. Orang itu hanya diam tak bersuara sembari menatap sang suster untuk mengikuti dirinya.
Suster itu mengerti, ia segera pamit dan Sana hanya tersenyum kecewa. Sang suster yang melihat wajah kecewa Sana jadi tak tega dan mengatakan bahwa dirinya akan kembali lagi. Sana segera tersenyum lebar lagi, setidaknya dia tak merasa kesepian.
Suster itu pergi bersama dengan orang asing itu. Sana lagi-lagi hanya terdiam, ia bingung ingin melakukan apa. Sekarang ia sendiri tak ada orang yang bisa ia ajak mengobrol. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara kamera yang sedang mengambil gambar.
Sana mengernyit heran dan menoleh kearah suara itu. Tentu saja orang yang sedang mengambil gambarnya tersentak kaget tapi tetap menahan suaranya agar tak terdengar.
"Siapa?" Tanya Sana.
Dahyun hanya diam saja, bingung mau menjawab apa. Hingga seorang suster mendatangi mereka lalu kembali duduk disamping Sana.
"Ada apa nona?" Tanya sang suster melihat Sana yang mengernyit heran.
"Itu tadi ada suara kamera, apakah ada yang mengambil foto diriku?" Tanya Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome [√]
RomanceHidupku bagaikan lembaran monokrom hitam putih sebelum adanya dirimu yang mampu memberikan berbagai warna berharga dalam hidupku.