Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
"Youn, gimana keadaan Sejin?"
Seungyoun yang duduk di bangku tunggu menatap rombongan teman-teman nya. Jinhyuk, Chan, Hangyul, Seungwoo bahkan Byungchan tahu kalau laki-laki itu habis menangis.
Chan menarik leher baju Seungyoun membuat laki-laki itu terpaksa berdiri. "Jawab anjing! Gimana keadaan Sejin!"
Seungwoo menarik laki-laki berlesung pipi itu, menjauhkan Chan dari Seungyoun.
"Gue bego banget ya? Gue bodoh banget..." gumam Seungyoun. Laki-laki itu terjatuh ke lantai. "Maaf, maafin gue Chan. Gue emang laki-laki brengsek!" maki Seungyoun pada dirinya sendiri.
Byungchan menghampiri Seungyoun, mengelus punggung laki-laki itu. "Kakak mungkin dulu salah, tapi kakak cerita dulu gimana keadaan Sejin sekarang?"
"S-sejin, Sejin koma Byung. Ini salah gue, salah gue karna nggak bisa jagain Sejin."
Semuanya tentu saja terkejut mendengar itu. "Terus, bayinya gimana kak? Bayi kalian gimana?"
Seungyoun tersenyum tipis, air matanya tidak bisa berhenti. "Tuhan terlalu baik buat orang jahat kaya gue, Byung. Midam selamat, prematur, dia ada di inkubator. Kenapa orang jahat kaya gue masih dikasih kesempatan Byung? Kenapa?"
"Bro lo nggak jahat, lo mau berubah dan Tuhan mau bukti. Jadi, lo harus kasih bukti ke Tuhan kalo lo bisa berubah. Mulai sekarang lo harus jagain Sejin sama Midam," ucap Hangyul yang di setujui semuanya.
Jinhyuk mengulurkan tangannya. "Selamat ya Youn. Udah jadi bapak, udah ah jangan nangis terus. Cengeng amat bapak-bapak."
Seungyoun mau tidak mau tersenyum, kemudian menerima uluran tangan Jinhyuk. "Makasih, Hyuk."
"Gue minta maaf." Heo Chan mendekat kearah Seungyoun, kemudian memeluk laki-laki itu. "Gue mohon buat kali ini jagain Sejin yang bener, dia udah gue anggep kayak adek gue sendiri."
