Bita Khawatir [15]

1K 184 25
                                    

"Sudah jauh lebih sehat sekarang, Bit?"

"Ya,... begitulah, Kal. Sudah benar-benar lebih sehat. Tadinya gue pucet banget, 'kan? Lesu gitu juga."

"Iya, memang sakit apa?"

DUUAR!

Sakit, ya? Aku nggak sakit Reikaal!

"Ah, sakit? Nggak sakit apa-apa sih,"- gue hamil tahu- masa iya tiba-tiba bilang begitu?

"Memang nggak pernah periksa dokter gitu? Kali aja lo sakit apa, gitu."

"Eng," Aku menggeleng, "Nggak sih, memang nggak sakit apa-apa. Ya,... gue ada darah rendah, mungkin juga karena itu kebetulan lagi kambuh. Lo tahu sendiri, lah. Kemarin-kemarin itu nugas kayak apa tahu! Ya, 'kan?"

Reikal tampak mengangguk, syukurlah dia nggak bertanya lebih lanjut.

Soal darah rendah itu, aku memang penderita darah rendah, "Tapi tumbenan banget lo sebegitu perhatiannya sama, gue? Ayoo!" Candaku padanya.

Reika mengernyit lantas menggaruk kepalanya, "A-ah, yaa,... wajar lah, lo kan sering jadi mate gue karena absen atas bawah juga, 'kan."

Aku menggidik bahu acuh, "Ya, kali aja ada sesuatu,"

"Memang kalau ada sesuatu, lo kenapa?" Tanya Reikal retoris.

"Ya... nggak, kali aja gitu, kan."

"Tapi memang gue pengin bicara sesuatu serius sama lo, Bit."

"Apa?"

"Lo dekat banget sama, Mala?" Tanya Reikal. Aku menggangguk cepat, "Lumayan dekat. Lo tahu sendiri jarang juga cewek di prodi kita ini. Lagipula, Mala orangnya asik. Jadi nggak aneh kalau gue dekat sama dia,-" Aku menutup mulut tiba-tiba, "Oh! Jangan-jangan lo suka ya, sama Mala?"

Reikal tersenyum tipis sambil memandang lapangan! Oh yeah Kaaal!

"Gue nggak harus malu 'kan cerita ini, ke lo?"

"Ya nggak, lah. Ngapain malu? Rasa suka itu tumbuh secara natural, Kal. Let it flow aja,
Aku melirik Reikal, "Lagian kenapa sih nggak coba ngomong langsung?"

"Better gue ngomong ke, lo aja, deh. Lagipula ini sekadar suka, Bit. Gue lebih senang memperhatikan Mala dari jauh."

"Gila-gila... Keren banget lo bisa segitunya? Memang merasa nggak pantas mendapatkan? Kali aja Mala punya perasaan yang sama."

Reikal menggidikkan bahu, "Nggak lah... Kelihatannya Mala nggak tertarik juga sama hal-hal beginian."

"Bukan berarti nggak suka sama lo, 'kan?"

"Ya, ya, terserah lo aja, Bit,"Aku terkekeh, "Nggak, pulang?"

"Ini mau pulang. Tapi gue agak lelah, duduk sebentar dulu, lah."

"Yaudah, gue duluan, ya?"

"Oke..."

Melihat punggung Reikal yang menjauh dari hadapanku membuat garis bibirku terangkat. Ah... ternyata Reikal memang tidak pernah punya perasaan padaku. Sebaliknya, dia justru menaruh perasaan pada Mala. Lucu, kupikir Reikal belakangan ini dekat padaku karena sesuatu yang aku sendiri malu jika mengingat bahwa aku pernah mengkhawatirkannya.

Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang