“... Thanks ya, Dean, Mas Kanda.”
“Sama-sama, Ta.”
“Ini rumah siapa sih, Ta? Lo nggak bilang ini rumah siapa?”
Aku turun dari mobil kemudian berdiri di depan rumah tujuanku, rumahku bersama Abang.
Dean yang ikut turun untuk berpindah duduk, masih memegangi lenganku. Nada suaranya terdengar khawatir. Aku memang tak memberitahu Dean soal rumah ini, aku hanya bilang padanya untuk di antar kesini. Rasanya belum bisa menjelaskan pada Dean dan Mas Kanda.
“Nggak apa-apa, Dean. Ini rumah kenalan gue. Terima kasih ya,” Kataku lembut memegang kedua tangan Dean.
Kulirik Mas Kanda sekilas.
“Terima kasih Mas Kanda.”“Oke, Ta.”
“Serius? Siapa sih dia? Cewek atau cowok⸻”
“Sudah, Yan. Kamu kepo banget sih?” Potong Mas Kanda sambil melirik dari dalam mobil.
Dean melirik Mas Kanda sekilas, kemudian bergantian denganku. Aku menatapnya sambil mengangguk yakin.
“Ada lah, Yan. Pokoknya nggak masalah. Gue masuk dulu ya? Sekali lagi thanks banget.”
“Hati-hati ya, Ta, pulang nanti.”
Aku mengangguk, Dean kemudian menggenggam tanganku sekilas, masuk kembali ke dalam mobil. Beberapa menit bersiap, mereka pun pergi meninggalkan area rumahku.
Menarik napas dalam, aku membuka pagar. Memasukkan kunci kedalam kenop pintu yang salah satunya aku pegang, kemudian melangkah dengan yakin. Sudah sejak beberapa hari lalu aku rasanya merindukan rumah ini. Abang tak disini⸻dan sepertinya tak kesini⸻dan aku belum ingin menemuinya.
Tapi ketika berjalan menuju kamar, aku melihat pigura besar itu. Menampilkan hasil tangkapan gambar saat hari pernikahan kami.
Ah ... hari itu kami sangat bahagia. Bahkan Abang selalu tersenyum senang. Aku benar-benar menjadi putri dalam sehari yang berdiri menerima pujian dari beberapa tamu yang hadir.
Tiba-tiba de javu itu membuatku tak kuasa menahan air mata yang ingin turun. Aku terduduk lemas, kepalaku spontan saja terasa berat. Penglihatanku perlahan mengabur, dan hal terakhir yang aku ingat adalah aku yang berdiri dalam genggaman Abang yang tersenyum menatapku.
🤍🤍🤍
"Sudah bangun, Ta? Apa yang lo rasa?”
“Gue dimana, Dean?”
“Lo dirumah sakit, Ta. Saat gue balik lagi ke rumah itu, lo nggak sadarkan diri. Lo kenapa? Ada yang membuat lo sakit? Gue sama Mas Kanda khawatir banget.”
Aku ingat sebelumnya sedang berada di rumahku bersama Abang, tapi kenapa tiba-tiba aku sudah disini, yang terakhir kali aku ingat adalah kepalaku tiba-tiba pusing, pandanganku mengabur dan tahu-tahu aku sudah terbangun disini dengan Dean di sampingku.
Sepertinya akibat ingatan itu lagi, kondisi mentalku tak benar-benar kuat untuk menahannya sehingga mengakitbatkan pada keadaan tubuh yang tiba-tiba saja menjadi drop.
“Kayaknya gue kelelahan, Dean.”
“Lo sudah pingsan hampir lima jam, Ta. Sebelumnya saat meninggalkan lo disana, perasaan gue nggak enak. Gue khawatir banget. Akhirnya gue minta Mas Kanda putar balik untuk lihat lo, kalau memang sudah ketemu orang yang mau di temui gue nggak masalah. Tapi ketika lihat rumah itu terbuka pintunya begitu saja, gue dan Mas Kanda masuk. Ternyata lo pingsan disana. Habisnya lo disana ngapain sih? Itu rumah siapa memangnya, Ta?” Terang Dean soal kondisi ku sebelum ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]
ChickLit'Saatnya' The Series #1 [Chapter Hilang, Bab terakhir dan Extra Part dapat dibaca di KaryaKarsa @TaeIlss] Selamat Datang Para Hadirin! Selamat Datang di Pernikahan Bita dan Rama. Rama si mahasiswa Tata Boga yang manis dan penuh perhatian. Bita, m...