Rama Punya Banyak Masalah! [12]

2.1K 265 15
                                    

Aku merapihkan ranjang setelah selesai mandi sore. Kasihan Abang harus mengerjakan semua urusan rumah seminggu ini.

Jam dua siang tadi, Mamanya Abang main kerumah. Aku senang karena Mama datang kerumah dengan membawa beberapa makanan. Seperti bertelepati denganku, Mama tahu saja kalau aku belum makan sejak Abang pergi pagi tadi dan hanya baru menyiapkan bubur kacang hijau untukku.

Dan barusan Mama pamit pulang karena Ayahnya Abang pulang.

Ya, Abang sebetulnya punya Ayah tiri, karena Mama sudah menikah lagi. Dan Ayah tiri Abang lah yang menjodohkan kami. Beliau orang yang baik dan hangat. Abang pun cukup dekat dengan beliau. Abang beberapa kali cerita mengenai beliau, walaupun beliau tidak memiliki hubungan darah dengan Abang.

Bang Ihra tidak terlalu bercerita soal Papa kandungnya. Yang aku tahu, beliau orang yang cukup keras dalam mendidik Abang semasa Abang kecil. Banyak pula hal memilukkan yang aku tahu dari orang tuaku tentang kenyataan Papa kandungnya itu. Abang punya cerita kelam sebelum akhirnya mendapat kehidupan yang lebih baik dari Ayah tirinya.

"Bitanya Abang! Lagi ngapain, nih?"
Ketika aku hendak merapihkan ujung seprai, Abang masuk kedalam kamar. Suara bernada tinggi yang menyapaku diiringi senyuman sumringah itu tersampai dengan hangat, "Eh udah pulang, Bang?" Aku menghampiri Abang lantas mengecup punggung tangannya, "Udah enakan? Nggak mual lagi?" Tanya Abang beruntun. Aku mengangguk, "Udah enakan, kok. Tadi juga Mama main loh, Bang. Kabarin Abang nggak?"

Bang Ihra menggeleng, "Nggak, Bit. Abang baru tahu. Lama nggak?"

"Ya lumayan. Trus buru-buru pulang karena Ayah Ari jemput," Ayah Ari- Ayah tiri Abang- Aku menangkat tas tangan Abang, "Udah makan, Bang?"

"Belum sih kalau sore. Siang udah. Kamu nggak masak, 'kan? Nanti Abang keluar-"

"Nggak usah. Tadi Mama bawa banyak makanan. Aku hangatin, ya?"

Hendak melangkah, Abang menahanku, "Abang aja nanti."

"Nggak papa, Bang. Udah enakan kok."

"Yaudah, Abang mandi dulu, ya."

•••

Sudah sejak seminggu lamanya, Aku dan Abang tidak duduk berdua ketika makan malam seperti ini. Sejak beberapa hari lalu sepertinya hanya Abang yang makan sendiri disini. Menatap Abang di depanku, tahu-tahu senyum terpatri di wajahku. Wajah Abang yang tampak lelah di tambah gerakannya ketika makan. Aku selalu rindu kebersamaan dengan Abang seperti ini.

Ah, makin sayang Abang!

"Tambah nasi ya, Bang?" Tawarku.
Abang menggeleng, "Iya nanti Abang tambah sendiri."

"Sini Bita aja. Abang fokus makan aja, ya." Tolakku. Bergegas aku mengangkat piring nasi Abang dan membawanya kedepan rice cooker di pantry, "Bit, Abang sebentar lagi kan PKL. Udah dapat tempat juga, sih. Ngobrol-ngobrol sama Rio, dia tawarin Abang tempat di start-up Food Stylish gitu. Bagus sih udah Abang cari juga di websitenya. Tapi belum tahu bagaimana situasi kerjanya."

"Ya nggak papa Bang kalau memang Abang suka."

Aku meletakan piring Bang Ihra di depannya. Memandangi Abang membuatku merasa sudah kenyang, "Bita makan dong. Masa Cuma Abang sendiri."

"Kenyang tahu lihatin Abang makan."

"Lah? Bisa gitu."

Aku tertawa, "Abang jangan kemana-mana, ya. Bita nggak tahu bisa melewati ini semua apa nggak kalau nggak sama Abang."

Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang