" ... saya akan siapkan surat rujukan untuk segera dilakukan proses operasi pengangkatan janin karena kehamilan nya sudah berada di atas usia dua puluh minggu, dan janin sudah tidak menunjukkan pergerakan, begitupun dengan detak jantung yang tidak terdengar lagi. Saya minta maaf atas kabar yang tidak mengenakkan ini, semoga Bunda bisa ikhlas dan menerima kondisi ini. Saya tahu ini pasti berat, baik Bunda maupun Ayah, tapi semoga ada hikmah yang bisa diambil."
Masih jelas ingatanku tentang perkataan dokter semalam. Setelah melalui pemeriksaan kehamilan, telah dinyatakan bahwa kandungan ku mengalami kegagalan. Janin tidak berkembang sempurna dengan sebab yang agak sulit dipastikan. Setelah beberapa jam melalui proses operasi pengangkatan janin, aku dalam proses pemulihan.
Semalam penuh aku hanya bisa menangis dalam pelukan Abang karena Kakak akhirnya benar-benar pergi meninggalkan kami. Bunga tidur itu menjadi kenyataan, walau ini sudah takdir dan tak ada hubungannya sama sekali dengan mimpi⸻yang ku analogikan sebagai ketakutanku kemarin. Ketakutanku ketika kurasa Kakak terasa berbeda di dalam kandungan ku, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Abang tengah tidur disampingku, wajahnya kelelahan. Bukanhanya aku saja yang merasakan kesedihan itu, semua keluarga kami yang mengunjungi ku pun merasakan hal yang sama.
Ketika membuka mata tadi, tak ada siapapun di ruangan. Hanya ada Abang yang tertidur menopang dengan tangannya di sampingku. Aku merasa gagal, merasa tak bisa menjaga calon bayiku dengan baik. Merasa menyesal pada Abang yang begitu berjuang menjagaku dan kandunganku. Tapi aku justru lalai.
"Bit? Sudah sadar?"
Aku yang masih menewarang keatas, melirik Abang yang sudah membuka mata. Air mukanya terlihat baik-baik saja walau aku tahu, Abang sama terlukanya dengan diriku.
Aku merasa gagal menjadi istri yang baik.
"Abang ... Bita minta maaf." Ujarku lirih, membuat Abang menatap dengan tanya.
"Minta maaf kenapa? Bita nggak salah apa-apa, kok. Jangan menyalahkan diri Bita sendiri, ya? Ada Abang, bukan hanya Bita yang sedih. Ya ..."
"Tapi karena Bita kurang menjaga, Kakak jadi pergi, Bang. Mimpi Bita kenyataan." Terangku tiba-tiba air mataku menetes.
Ah ... Aku menangis lagi. Menangisi kepergian calon bayiku.
"Namanya belum rejeki, Kakak belum bisa lahir sebagai anak pertama kita, tapi Kakak sudah menjadi anak pertama yang hadir di rahim Bita. Abang sudah kuburkan tadi pagi, Abang sudah beri nama juga." Ujar Abang membuatku semakin tak kuasa menahan tangis.
Aku lemah, aku tak bisa bergerak banyak karena masih ada nyeri bekas jahitan proses persalinan.
Aku tak bisa melihat anakku untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
"Dia cantik, Bit. Abang yakin Kakak disana akan lebih bahagia, akan menunggu kita di surga untuk bisa kumpul sama-sama. Dia perempuan, Bit. Abang beri nama dia Rayhana, cantik ya. Seperti Bita, Bundanya."
Aku makin tersedu setelah mendengar cerita Abang. Anak perempuan.
"Terima kasih karena Abang sudah mau sabar untuk menjalani ini semua, Bita minta maaf, Bita akan usahakan untuk kedepannya jika ada amanah anak lagi, Bita akan jaga dia baik-baik." Ujarku meyakini Abang walau tangis itu belum sirna.
"Jangan begitu, Bit. Ini kaitannya sama takdir, sudah takdir jika Kakak belum bisa membersamai kita di dunia. Kapanpun, nanti atau sekarang, Bita sudah jadi calon Bunda yang baik. Bita sudah mengusahakan yang terbaik untuk Kakak, walau takdirnya nggak lagi bersama kita di dunia. Jangan terus menyalahkan diri sendiri, ya. Kita jalani kehidupan ini lebih baik lagi kedepannya. Sama-sama dengan Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]
ChickLit'Saatnya' The Series #1 [Chapter Hilang, Bab terakhir dan Extra Part dapat dibaca di KaryaKarsa @TaeIlss] Selamat Datang Para Hadirin! Selamat Datang di Pernikahan Bita dan Rama. Rama si mahasiswa Tata Boga yang manis dan penuh perhatian. Bita, m...