Rama Itu Gue, Bita itu Istri [2]

3.7K 445 14
                                    

"Gila nggak sih njir, lo mesti beli spuit¹ harga hampir sejuta Cuma buat praktikum?"

"Nyari mati lo kalau sampai nggak beli."

"Gue duit dari mana Ya Allah, sedih amat jadi pengangguran."

"Tenang teman, kita punya Bapak Rama yang duitnya no limit-limit."

Gue melirik Defha, Kul dan Tris. Nih tiga orang kenapa ngerujuk ke gue sih, "Ram, duit antum no limit-limit kan?" Tanya Defha

"Boro-boro, gue nggak kerja semenjak semester ini praktek semua. Lo kira gue makan duit siapa? Istri gue, man."

"Baik banget yang jadi istri lo. Kapan mau kenalin ke kita? Jangan-jangan lo cuma ngekhayal doang kan udah kawin? Ya Allah Ram, istigfar Ram. Lo mesti ke rumah sakit jiwa."

Well, sejak gue mengaku sudah menikah, sejak saat itu pula gue sepakat bersama Bita untuk merahasiakan siapa pasangan kita masing-masing di depan umum- terutama di kampus. Bahkan jika tidak perlu, kami tidak memberitahu kalau kami sudah berstatus menikah.

Tris mencubit lengan gue. Gue mengaduh sakit, "Gila aja gue ngayal, kali! Bisa ancur dunia gue main sama kalian. Udah lah, gue mau ke sekret. Mau sidang," Gue melirik Tris, "Cut, lo jadi sidang hari apa? Nggak mau gue di PHPin BEM lo." Tegur gue. Cut- sapaan untuk Tris yang kepanjangannya Cangcuters- grup band kesukaan nih orang.

Tris menggerakkan tangannya sambil berujar, "Selow dong, Mas Rama. Nanti gue kabarin ya."

"Cepet, gue sibuk. Dah ya, gue cabut dulu."

Gue berdiri, hendak melangkah sebelum akhirnya pas gue berbalik, pemandangan indah itu menyapa gue, "Bang Rama? Mau ngasih proposal buat departemen minat bakat. Minggu depan udah rakoord². Nih,"

Gue melongo. Ini bukan mimpi kan, "Kok nggak langsung taro di sekret?" Tanya gue dengan tenang. Takut-takut tiga orang dibelakang gue ini curiga.

Dia menggidikkan bahu, "Nggak papa, sekalian lewat ngelihat lo, Bang." Lo- ya, ini panggilan kami di kampus.

Dan perempuan berhijab rapih namun casual ini adalah Bita, istriku.

Aih, geli kali, Ram!

"Yaudah," Gue menoleh sebentar kebelakang, "Gue nggak bawa tanda terimanya tapi, nanti ambil di sekret dulu ya? Bilang aja Rama yang pegang."

Dia mengangguk, "Oke. Yaudah Bang, gue duluan."

"Mau kemana?" Tanya gue refleks. Bita mengernyit memandangi gue, kepalanya miring sedikit ke kanan, memperhatikan tiga teman gue seperti memberi sinyal 'hati-hati'

"Lo kepo banget sih, Ram. Ya terserah lah mau kemana juga. Bilang gitu kalau lo mau minta di traktir." Tegur Defha dengan nada sebal.

Bita didepan gue berdecak deengan senyum miring, "Tahu nih Bang Rama. Kepo banget," Dia tertawa!

Bita mengejek gue!

"Udah sana Bit, jangan dengerin Rama. Ganggu aja dia tuh. Bareng yuk jalannya." Tiba-tiba Tris yang notabennya sesama anak Bem, berdiri mengajak Bita pergi bersama. Ini tak terelakkan. Dan gue hanya bisa diam mematung memandangi Bita yang berjalan menjauh bersama Tris. Walaupun mereka tidak berdiri sejajar, tapi kenapa rasanya menyebalkan, sih!

Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang