Rama and The Gang [Side Story]

2.1K 248 11
                                    

Halo, hari ini belum update dulu ya... Silahkan dinikmati cerita lucu Rama dan gengnya. Sekalian memperkenalkan teman-teman Rama.
Selamat Membaca semuanya!

•••

Eh, eh, muka apa karpet masjid di jemuran? Kaku beut, Ram.”

“Tampak kurang jatah, Bung Rama.”

“Bacot lah.”

“Galak juga tulang sapi.”

“Ram, udah nugas belum? Nggak mau gua backup lo dua kali.”

Sesampainya di kelas, ternyata dewi nawang mulan nggak berpihak pada gue. Ketiga teman gue yang sengklek bin titan, malah memberikan ejekan yang membangkitkan kekesalan. Bukan makin bahagia, gue malah merasa makin terpuruk. Apa iya muka gue sebegitu kusutnya hari ini?

“Ada masalah apa sih, Ram? Cerita lah. Lo biasanya kalau diam-diam gini, kalau nggak duit abis, kaga di bagi jatah. Coba di terangkan dulu.”

Gue melirik Tris yang dengan songongnya meletakan tangan di kepala gue, “Anjir geli banget di usap-usap gitu, Cut!” Gue bergidik kesal, “Adalah masalah rumah tangga yang kadang-kadang rumit.”
“Masalah apaan sih, Ram? Jangan terlalu di bawa berat. Dosa lo aja udah banyak, bego.”

“Benar kata Cangcut, lo jangan banyak ngebebanin pikiran sendiri, Ram. Cerita yuk sini ke om.”

Dan Dhefa menjadi bulan-bulanan karena kata-katanya yang menjijikan, “Biasa lah. Kadang-kadang namanya hidup naik turun banget.”

“Lah? Yang naik turun hidup apa lo?”

“Ya anjir otak lo, Cut. Tai ayam tuh cium.” Timpal Kul sambil menoyor kepala Tris, “Kasih solusi lah anjir lo pada nggak guna banget jadi manusia.”

“Cerita dulu lah, Ram masalah lo apaan. Gimana kita pada tahu.”

Gue mengangguk, lantas berpikir sejenak. Mereka semua ini sahabat gue. Bahkan Kul dan Dhefa sebelumnya teman SMA gue yang memang sudah dekat sejak dulu. Beberapa rahasia hidup udah pernah gue ceritakan ke mereka. Termasuk status menikah gue. Cuma memang, soal siapa orangnya, mereka pun nggak tahu.

Tapi kali ini gue memang benar-benar butuh pencerahan otak akan ketidakbahagiaan gue akibat Bita yang tiba-tiba punya keinginan aneh.

Merugikan sekali memang, tapi gue juga nggak bisa menyalahkan Bita atas ini. Gue nggak tahu seberapa nggak enaknya jika gue masih memaksa Bita. Dan gue juga nggak mau jadi laki-laki pemaksa. Apalagi Bita begitu juga karena dia sedang mengandung anak gue.

Dan omong-omong soal cerita, rasanya gue memang pengin banget cerita ke teman-teman gue soal ini. Soal kehamilan Bita dan kegamangan gue.

“Jadi? Lo kenapa, Ram? Buruan keburu kelas.”

“Janji nggak bakal bacot ya lo pada?” Tanya gue memastikan janji para kacang goreng kegosongan ini, “Ya apaan dulu tapi. Kalau yang jorok-jorok gue mundur ya. Kecuali joroknya masih cantik-“

“APAAN DAH SI ANJIR!”

“EH LO LAKI PADA BACOT BANGET SIH. BERISIK ANJIR.”

Dhefa menggumamkan maaf kepada salah satu teman kelas gue. Dasar emang si Tris otaknya udah ilang, “Ram, lo mah sih! Pulang aja deh gue jadi disalahin se-RT,” Ujar Tris berlagak dirugikan. Gue menggeleng sambil terkekeh, “Kasian banget anak Bapak Gun. Dah, jangan nangis dulu. Dengerin cerita gue,”
Gue menarik napas dalam. Sekiranya gue udah memprediksikan bagaimana reaksi para kacang gosong ini. Semoga aja nggak malah jadi boomerang keras buat gue, “Jadi cerita awalnya, sekadar info, gue berhasil menghamili bini gue.”

“Wow!”

Astagfirullah Rama sudah dewasa ya, Bun.”

“Anak lo bukan?”

Gue tertawa lantas menepuk kepala Dhefa, “Ya anak gue lah. Emangnya istri gue cewek apaan.”

“Ragu gue lo bisa setangguh itu,” Terang Dhefa, “Yaudah lanjut dah gimana?”
Gue mengangguk, “Jadi bini gue ngidam parah. Ngidamnya itu nggak mau ketemu gue. Udah dua harian dianggurin. Gue bahkan nggak tidur sekamar sama dia.”

“Tragis Ram. Tragis banget.”

“Gimana rasanya teman-teman?!”

Aaah! Mantap-“

“BERISIK LAGI KAN SI ANJIR PADA!”

“Sori-sori,” Gue dan ketiga teman konyol gue tertawa. Dasar emang si Tris biang kerok, “Nah, udah pada paham, ‘kan? Kasih solusi biar gue bisa sabar dan tahan.”
Dhefa mengangguk-ngangguk, “Oke gue paham,” Dhefa tampak berpikir, “Jadi karena itu lo kusut? Tapi emang muka lo dah jelek si Ram kaga lagi galau juga, mah.”

Gue tertawa, “Sial,” Dhefa terkekeh, “Ya bagus sih lo curhat sama kita selaku orang yang masih tahan temenan sama lo. Cuma nih ya, Ram, Cuma aja nih.”

“Apaan?”

“Gue mana tahu rasanya udah nikah dan tetek bengeknya? Tahu ibu gue ngidam aja nggak. Gue juga anak satu-satunya, Ram. Mon maap.”

Gue mendesah lelah. Benar juga kata-kata Dhefa. Salah tanya berarti gue, “Cuma, Ram. Memang cobaan kita hampir sama. Karena sama-sama kekurangan kasih sayang dari wanita. Mungkin kalau saran gue, sabarin aja dulu. Akan ada fase membahagiakan tersendiri nantinya. Mungkin sekarang belum. Tapi nanti, Ram.”

“Bener juga kata lo, Fa. Gue setuju sih.” Imbuh Kul.

Benar kata Dhefa. Akan datang fase membahagiakan nantinya. Mungkin juga karena gue kurang sabar mangkanya nggak akan bisa merasakan perasaan lebih ikhlas.

Gue sayang banget sama Bita. Nggak akan ada yang gue lakukan kecuali buat kebaikan Bita sendiri. Dan ini juga komitmen kita di awal untuk saling mendukung satu sama lain.

Oke, mulai saat ini gue harus bisa lebih bersabar.

“Benar sih kata lo, Fa. Memang harus bersabar kalau begini, mah,” Dhefa mengangguk sambil menepuk bahu gue, “Tapi kok kayaknya lo lagi bijak banget? Ada yang aneh. Lo pada nggak tahu apaan?” Gue melirik Kul dan Tris yang saling menggeleng, “Baru dapet lotre kali si setan.”

“Kaga anjir,” Dhefa memukul kepala Kul, “Gue lagi agak kepikiran sesuatu aja sih. Jadi mendadak serius.”

“Apaan emang?” Tanya gue.

“Ya..., itu. Nyokap kemarin suruh gue nikah lulus kuliah.”

“Anjir? Demi apa?”

“Iya. Nggak tahu juga lah gue.”

“Sama siapa?” Tanya Tris antusias.
Dhefa menggidikkan bahunya. Tampak lemas juga, “Katanya sih dosen-“

“ANJIR FA! DOSEN FA! YA ALLAH FA! HEBAT ITU!”

“HEI! KALIAN LAGI NGOMONGIN SAYA?!”

Gue dan ketiga temen gue mendadak menoleh ke arah depan. Dan pemandangan itu membuat mata gue mendadak ingin mengeluarkan air mata. Gue lirik Dhefa dan Tris nampak buru-buru merapihkan meja dan duduk dengan rapih.

Sementara Kul, anehnya gue lihat dia udah duduk rapih di kursi.

Dan gue? Dengan songongnya masih duduk di atas meja!

Damn! Dosen killer gue pagi ini!

●●●

Halo kawanssss...
Aku nggak up dulu ya, main2 dulu sama side storynya abang dan kawan2 wkwkw Pada kangen nggak nih ama Capamud sama Camamud?

Kuy yaa ditunggu nextnyaaa muaahhh!!!

Love,
Rass

Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang