15+
(Ada apa ya?)♡♡♡
Satu minggu berlalu, moodku sudah kembali baik. Abang juga tidak membahas soal Jihan dan sikapnya yang cukup membuat kami kaget waktu itu. Entah bagaimana bisa Jihan begitu berani berkata hal yang menurutku cukup riskan untuk ditanyakan. Terlebih soal masa lalu kami yang kupikir, dia tahu apa?
Abang juga bilang dia akan berusaha mengurangi interaksi dengan Jihan- tapi jika dia tidak tiba-tiba datang.
Seminggu ini juga Abang bilang dia nggak berhubungan dengan Jihan lagi. Niat baik yang disalahgunakan itu membuat kami sangat tidak nyaman. Dan Abang akhirnya cerita bahwa Jihan memang kerap mengajak Abang untuk berinteraksi. Abang bilang karena tidak enak, mau tidak mau Abang menanggapinya. Tapi lama kelamaan Jihan tampak berlebihan. Terlebih ketika meminta tolong saat itu. Bukannya kami enggan menolong, tapi caranya membalas kami bukan seperti apa yang aku bayangkan.
Membandingkanku dengan dia? Berandai-andai soal hubungan kami? Apa itu pantas.
Bukan aku gila feedback karena sudah membantu- tapi ini bukan hal yang tepat dalam bersikap. Setidaknya kepadaku yang tidak begitu mengenalnya.
Tapi sudahlah, sudah berlalu dan Jihan pun tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan kami.
Selepas mandi sore Abang yang hari ini kebetulan pulang cepat, janji akan membawakanku makanan.
Entah mengapa aku justru mengidam sesuatu baru-baru ini. Nafsu makanku makin meningkat dan aku takut makin melar nantinya!
Duh! Abang pasti masih cinta, kan?!
“Assalamualaikum! Kacang, kuaci, tomat! Abang pulang nih bawa donat!”
Menoleh kearah pintu kamar, kudapati kepala Abang menyembul dengan senyum tertarik lebar. Seruan cerianya kubalas dengan senyuman lantas berhambur kepelukan Abang saat pintunya telah dia buka lebar, “Abang!” Seruku girang.
Lucunya kami. Bak anak-anak yang senang ketika bertemu teman mereka, “Kok lebih cepat? Ih! Donatnya banyak banget!”
“Senang nggak? Kebetulan fee Abang bulan ini turun. Mantap, ‘kan?!”
“Emang Abang tuh dabest!”
Abang melepaskan tas ranselnya diatas kursi riasku, “Ceria banget, Bit.”
“Iya dong! Kan dapet hadiah banyak masa nggak bahagia ...”
“Bahagia sama hadiahnya aja, nih? Kangen nggak sama yang bawa hadiah?”
Aku memukul bahunya pelan, “Ya kangen dong! Kalau nggak ada yang bawa, masaa hadiahnya jalan sendiri?”
Abang tertawa, “Kirain Cuma senang sama hadiahnya.”
“Ya, nggak lah Bang!”
Abang memelukku lagi. Pelukan erat sambil bergerak-gerak pelan saking gemasnya memelukku. Abang kadang-kadang bersikap seperti ini. Terutama belakangan. Rasa bahagianya bak aliran listrik yang dapat menyambar langsung kedalam tubuhku ketika kami berpelukan. Aroma keringat bercampur parfume ringan punya Abang itu sangat khas. Walaupun agak asam- haha, tapi tetap selalu nyaman bagiku. Selain Ayah, pelukan Abanglah yang saat ini sangat aku sukai!
KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]
ChickLit'Saatnya' The Series #1 [Chapter Hilang, Bab terakhir dan Extra Part dapat dibaca di KaryaKarsa @TaeIlss] Selamat Datang Para Hadirin! Selamat Datang di Pernikahan Bita dan Rama. Rama si mahasiswa Tata Boga yang manis dan penuh perhatian. Bita, m...