"...dari proker yang ketiga ini memang tidak didapati banyak evaluasi melihat kerjanya yang sudah baik dan feedback para hadirin juga bagus. Maka untuk poin satu dari proker ini, nilainya A..."
Aku hanya menatap layar proyektor yang menayangkan slide presentasi hasil kerja organisasiku yang kini tengah dinilai oleh DPM atau Dewan Perwakilan Mahasiswa. Berkali-kali aku menguap dan malas untuk membuka mata melihat siapa orang yang tengah menjelaskan penilaian hari ini. Siapa lagi kalau bukan ketua komisinya. Bang Ihra.
Suaranya sejak tadi mengalun-ngalun ditelingaku. Bak nyanyian tidur, bukannya semangat mendengar aku malah mengantuk. Bang Ihra berbicara panjang lebar. Tapi aku tidak minat sama sekali.
"Sampai di proker kedua, apa ada sanggahan?"
Bang Ihra memandang sekeliling. Dari Bemku, semuanya hanya diam. Tapi Bang Ihra memandangiku yang diam sedikit bengong dengan mata yang beberapa watt saja menghadap layar proyektor, "Karena waktu semakin sore, sepertinya mulai pada lelah, kalau memang ada yang mengantuk, silahkan cuci muka dulu. Sidang saya tunda satu kali sepuluh menit." Suara palu yang diketuk mengaggetkanku. Bang Ihra berdiri meninggalkan mejanya. Aku yang kebetulan duduk dan hendak berdiri di sudut meja tepat disamping jalan yang akan dilewati para anggota DPM, mendadak berhenti setelah dengan cepat Bang Ihra berbisik, "Abang tunggu didepan."
Aku mengangkat kepala. Bisa-bisanya didepan banyak orang Bang Ihra berbisik padaku?! Kalau orang disamping kanan kiri dengar atau lihat gimana?
"Itu kenapa Bang Rama nunduk disamping lo tadi? Ngebisikin sesuatu ya, Bit?" Tegur Ziad menggodaku. Aku menggeleng, "Nggak. Tadi itu Bang Rama mau nyomot kertas jatuh, trus gue bilang aja pake tangan. Nggak usah."
"Masa? Mana kertasnya sekarang?"
"Udah gue pegang lah."
"Bohong. Gue tahu lo nunduk abis Bang Rama lewat tadi buat ngambil pulpen, kan?"
Ish! Ziad ini kenapa sok kepo banget sih?!
"Lo ngaku aja kali, Bit kalau ada hubungan sama Bang Rama," Ujar Ziad sambil membuka pintu keluar untukku. Aku melangkah duluan. Lalu dengan cepat kabur meninggalkan Ziad.
"Dasar Bita!" Teriak Ziad mengejekku yang sudah kabur meninggalkannya.
Ish, jangan sampai ada yang tahu kalau aku sedekat itu dengan Bang Ihra!♡♡♡
Gue ketinggalan subuhan di masjid tadi pagi. Ya Allah gue ngerasa berdosa banget. Ini semua gara-gara gue nggak bisa tidur. Nggak tahu semalam itu gue nggak bisa tidur melihat sikap Bita yang tiba-tiba nyetop tontonan ditengah jalan. Gue jadi kepikiran aja terus.Dan gue kesiangan. Mau nggak mau gue akhirnya subuhan dirumah. Bangun tidur, gue melihat kamar sangat sepi. Baru jam setengah enam dan sudah sepi. Biasanya Bita jalan ke kampus jam setengah tujuh. Itu juga kalau dia lagi rajin. Gue tahu, ini hari rabu. Dan jam kuliahnya agak siang. Tapi Bita suka nongkrong di sekretariat. Entah apa hari ini dosennya minta waktu lebih pagi. Wallahua'lam.
Selesai mandi gue membuka lemari. Kemeja apa ya hari ini?
Gue teringat chat Ina semalam. Salah satu teman organisasinya Bita. Dia minta sidang dipercepat jadi hari ini. Dan gue mengiyakan. Berarti hari ini gue ketemu Bita. Gue harus tanya dia kenapa pagi-pagi udah berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]
ChickLit'Saatnya' The Series #1 [Chapter Hilang, Bab terakhir dan Extra Part dapat dibaca di KaryaKarsa @TaeIlss] Selamat Datang Para Hadirin! Selamat Datang di Pernikahan Bita dan Rama. Rama si mahasiswa Tata Boga yang manis dan penuh perhatian. Bita, m...