Abang Rindu Bita [23]

655 110 4
                                    

⸻oke, untuk beberapa part belum masuk karyakarsa ya⸻nggak tahu nanti wkwk.

Jangan lupa vomentnya ya! Terutama komentar kalian tentang cerita ini, sangat aku tunggu loh!

°°°

Gue menatap pantulan diri seorang laki-laki dengan rambut berpotongan rapih. Ya, itu gue, orang yang tampak menyedihkan setelah dua bulan ditinggal istrinya. Konyol memang, sekilas gue terlihat seperti anak muda kebanyakan, namun jauh di dalam sana, ada status yang tersemat, membedakan gue dengan anak seusia gue lainnya. Menempati kamar ini, membuat gue mengingat masa ketika membujang. Sudah hampir dua tahun lebih sejak gue membujang, sekarang, dalam status menikah, gue tampak lebih buruk dari sebelumnya. Membujang tidak, beristri pun tak terlihat jelas. Abu-abu, seperti kondisi hati gue.

Menyentuh dada, gue merasakan nyeri disana. Bukan, gue nggak sakit⸻bahkan baru seminggu lalu gue melakukan medical check up dan semuanya baik⸻belakangan gue sering berolahraga, karena banyak hal yang membuat gue tak fokus, dan olah raga agaknya hobi baru gue semenjak memikirkan Bita dan pernikahan kami yang seperti tak ada harapan. Terakhir gue berkomunikasi dengan bokap mertua sekitar setengah bulan lalu. Ayah mertua gue sedang tidak di Jakarta, beliau ada dinas di pelosok daerah, sehingga gue terpaksa hanya bisa menerka tentang bagaimana kabar Bita.
Gue merindukan Bita.

Mengitari kamar mencari beberapa barang, gue melirik keluar kamar dan melihat Ayah⸻ayah sambung gue⸻turun menuju meja makan. Seperti tak pernah ada yang terjadi pada gue, kami menjalani hidup tanpa saling bertanya soal hal itu. Mama dengan kesehariannya menegur gue setibanya dari kampus, sementara Ayah yang mengajak gue mmemancing sambil membicarakan soal rencana kerja gue kedepannya.

Tak pernah ada bahasan soal Bita, dan kata-kata menyinggung soal gue yang sudah menjadi suami, tapi terlihat seperti kembali membujang. Gue paham, mungkin semua orang mencoba mengerti kondisi gue dengan tidak menambah beban pikiran soal pertanyaan tentang Bita.

Jadi ... Ya, gue mencoba menjalaninya saja seperti apa yang sudah kedua orang tua gue lakukan.

Selain soal Bita, sebetulnya kemarin Papa menghubungi gue lagi, beliau bilang bahwa istri barunya sedang mengandung⸻gue memang nggak begitu ambil peduli, anak ke-berapa pun gue nggak tahu, yang jelas, gue hanya membacanya dan enggan membalas. Gue juga nggak datang ke pernikahannya waktu itu, apalagi menceritakan soal permasalahan gue ini⸻yang biasanya memang sudah lumrah jika anak laki-laki sharing dengan Ayahnya.

Gue hanya tertawa. Cukup tahu bahwa bokap gue⸻bokap kandung⸻nggak akan banyak ambil pusing soal segala permasalahan gue. Walau terkesan meraba-raba, gue mencoba menjalani apa yang sudah terlanjur terjadi berdasarkan insting gue saja. Beruntung Ayahnya Bita sering menasihati gue dan memberikan banyak pesan positif⸻sebelum lose contact beberapa bulan ini.

Ya ... Gue ada Ayah sambung, tapi beliau nggak semata-mata dapat gue paksakan soal pendapat. Beliau banyak memberi wejangan juga setelah Papa, tapi gue sering kali masih merasa sungkan.

So far perjalanan ini memang berat⸻terutama pada part merindukan Bita yang sangat sulit gue hilangkan hingga saat ini. Gue banyak merenungi waktu juga, di samping rasa rindu yang tak terelakkan⸻idih, bahasa gue.

Maksudnya, banyak yang coba gue ambil sebagai pelajaran setelah semua ini. Ternyata berpisah tak selamanya menjadi solusi, terlebih gue bukan orang yang tahan dengan perpisahan setelah kebersamaan selama beberapa waktu lamanya. Begitupun yang terjadi pada gue di masa lalu terhadap Papa⸻ah, orang itu lagi. Lelah kalau harus gue ceritakan semuanya, tapi gue memang menyesali perpisahan ini.

Saatnya Jatuh Cinta! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang