9. Mercusuar dan Teropong kehidupan

20 10 2
                                    

Dalam diam aku mengamati, siapa peduli siapa mengkhianati. Siapa tulus siapa pembohong sejati. Pikirmu aku bodoh hanya diam ketika seluruh dunia mem-bully? Kamu hanya terlalu naif menganggap diamku adalah kepasrahan.

Dalam diam aku mengerti, siapa bahagia siapa tersakiti. Bagaimana bisa? Tanyamu. Ku jelaskan juga kau tak akan mengerti. Perlu sunyi untuk sendiri, perlu sendiri untuk memahami bahwa dalam canda sekalipun ada sakit dan luka yang menyelimuti.

Dalam sunyi aku mendengar suara hati. Suara hati insan bentala yang menjerit nyeri, karena terhimpit ancala keegoisan. Ah, kamu terlalu bermain diksi mana ada ancala keegoisan? Mungkin kamu belum sadar atau tidak sadar, ancala keegoisan itu ada kalau tidak mana mungkin kamu menjerit pilu atas ketidakadilan.

Dalam sunyi aku jadi memiliki, kepekaan terhadap suasana yang membahayakan diri. Hingga tidak jarang aku jadi takut sendiri, benarkah ini? Haruskah aku selalu curiga seperti ini, padahal belum tentu terjadi. Namun kembali aku disadarkan oleh sunyi, lebih baik mawas diri daripada nantinya sakit hati.

Apakah untuk semuanya itu aku harus diam dan dalam sunyi? tanyamu

Tidak.

Dalam canda kamu mendapati bahwa kamu harus bersyukur masih bisa tertawa. Saat yang lain bingung harus apa dengan lika liku kehidupan.

Dalam canda kamu mengerti cara mudah untuk bahagia. Bersyukur atas nikmat dari yang Kuasa, masih diberi kesempatan untuk memperbaiki akhlak lewat setiap nafas tersisa.

Dalam tawa kamu mendengar gelak bahagia, atau mencoba bahagia ditengah himpitan pandemi yang masih melanda. Bukankah hati yang gembira adalah obat?

Dalam tawa kamu memiliki kesempatan untuk berbagi. Sebuah kisah lucu yang tak perlu terlalu berarti asal bisa mengurangi beban di hati.

Kalau begitu aku harus selalu bercanda dan tertawa tanpa pernah diam dalam kesunyian?

Tidak!

Hai kamu para musafir kehidupan, hidup itu harus tidak hanya selalu tentang tawa bahagia atau tentang kesedihan karena ditinggalkan. Hidup itu harus seimbang, terkadang terlalu lama dalam bahagia kita lupa bersyukur bahwa masih banyak yang belum seperti kita. Terlalu lama bersedih membuatmu lupa cara untuk bahagia.

Hai kamu para musafir kehidupan, bersyukurlah atas segala aspek kehidupanmu. Jalanilah hidupmu bukan dengan menggerutu, itu tidak akan menyelesaikan masalahmu. Masih banyak sisi dunia yang belum kamu jelajahi.

Inilah pesan dariku yang tak pernah sendiri merapah bentala. Selalu ada mercusuar gembala yang mengingatkan, untuk tetap duduk bersimpuh dibawah kaki-Nya dan mendengkarkan setiap firman-Nya yang menjadi teropong untuk melihat dari kejauhan setiap sisi kehidupan.

#Day9

#JumlahKata378

#30HSMK

#SeiraAsa

#EventSeiraAsa

#MenulisKebaikan

#BelajardanBertumbuh









Zindagi - Solilokui lika liku kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang