September kali ini berbeda, karena penuh dengan drama. Drama mencari ide, karena harus bersenandika. Drama karena berhubungan dengan penerbitan. Terakhir drama atas roman picisan orang lain.
September kali ini berbeda, karena semakin ke sini, ada yang semakin menjadi. Menjadi sebuah drama yang tak henti membawa warna emosi dalam hidup ini.
September kali ini berbeda, karena penuh dengan melihat sandiwara sana sini. Menampilkan sosok berbeda pada setiap situasi, hanya demi menggali atensi. Atensi didapat namun tak bisa berhenti, karena seakan terlanjur menjadi jati diri.
September kali ini berbeda, karena seakan bermain dalam film thriller. Thriller berjudul chat bocor tanpa di hack. Entah kebetulan, entah benar terjadi. Setiap chat yang ada seakan diketahui. Kemudian menjadi serangan esok hari, lewat setiap status yang dimiliki.
September kali ini berbeda, karena seakan bermain dalam detektif. Menjadi detektif untuk mencari bukti, segala kebohongan dan kepalsuan yang ternyata mencuri. Mencuri dari media sosial yang di miliki.
September kali ini berbeda, karena menantang situasi. Situasi yang tadinya damai ku buat penuh emosi. Jangan salahkan diri ini, karena diri ini hanya ingin mencari kepastian akan penghargaan kreasi yang selama ini digantung tak pasti.
September kali ini berbeda, karena penuh pergolakan batin. Intuisi memberi sinyal ada bahaya, bahaya permainan emosi dan jati diri. Dirinya berusaha mengelola emosi, emosi hawa yang mengagumi. Hawa yang merupakan sahabat sendiri, bingung harus mengatakan atau menjadi rahasia intuisi.
September ini berbeda, selain karena penuh emosi nyatanya aku harus berterima kasih. Pada sosok yang menimbulkan drama dan emosi, tanpanya imajinasi tak akan tertuang di sini
September kali ini berbeda. Berbeda karena menantang diri untuk kembali borkumitmen menulis. Menulis itu mudah jika yang ditulis hanya nama, alamat, tempat tanggal lahir. Namun yang ditulis kali ini sebuah monolog diri.
September kali ini berbeda. Menulis monolog diri, seakan curhat kepada seorang kawan meski nyatanya yang dijadikan tempat curhat adalah sebuah kertas, handphone, dan laptop. Terkesan datar tanpa dialog apalagi tokoh terpeinci. Namun benar-benar berisi luapan hati dan emosi, selama bulan September ini.
Inilah akhir monolog diri. mad'September bulan yang berbeda dibanding tahun sebelumnya. Bulan penuh dengan naik turunnya emosi, namun akibatnya bisa berimajinasi hingga bisa menamatkan challenge literasi ini.
#Day30
#JumlahKata350
#30HSMK
#SeiraAsa
#EventSeiraAsa
#MenulisKebaikan
#BelajardanBertumbuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Zindagi - Solilokui lika liku kehidupan
PoetrySenandika atau solilokui tentang apa yang ditemui, apa yang dirasa, dalam lika liku kehidupan, yang tidak mungkin di suarakan, namun ingin diungkapkan. Suara hati yang terdalam, yang mungkin terlalu kasar, namun kini diperhalus lewat sastra.