Secangkir mimpi. Impianku tidak seluas samudra atau setinggi angkasa. Cukup secangkir mimpi yang selalu menemani. Layaknya secangkir kopi yang menemani di pagi hari, sebelum memulai hari.
Secangkir mimpi bagi seorang pemimpi, lebih berharga dari apapun. Apalagi jika impian si pemimpi pernah direnggut, ketika ada kesempatan lagi untuk bermimpi jangan harap dia pernah berbagi atau melepaskan. Dia akan mempertahankan apa yang di impikan.
Secangkir mimpi bagi seorang pemimpi, adalah simbol harapan bahwa apa yang diharapkan bisa terjadi. Impian layaknya tujuan hidup bagi insani. Tanpa mimpi mereka hanya manusia robot tanpa hati.
Secangkir imajinasi. Imajinasiku sering bergerak liar tak terkendali. Seakan terlepas bebas dari segala penjara yang membelenggu diri untuk berekspresi dan berkreasi.
Secangkir imajinasi adalah teman sejati. Layaknya teh di sore hari untuk menenangkan hati yang terombang-ambing sana sini karena Lika liku kehidupan, yang harus di hadapi. Bukankah butuh tenang untuk bisa melihat apa yang di mau diri ini, ditengah carut marut dunia.
Secangkir imajinasi bagi penulis fiksi, adalah harta karun berharga yang harus dijagai. Imajinasi adalah nyawa dari fiksi, karena terkadang realita yang begitu rumit butuh di hibur oleh fiksi gila penuh imajinasi.
Setangkup sandwich berisi keinginan mau belajar dan dikurasi. Belajar lewat buku yang di baca, lewat tayangan yang dia lihat, dan berita yang dia dengar. Kritik memang tak jarang menjatuhkan, tapi itu berarti saatnya kamu membungkam lewat prestasi literasi.
Setangkup sandwich berisi keinginan mau dan selalu bermimpi. Bermimpi memiliki teman hidup yang seperti apa, bermimpi memiki perjalanan hidup seperti apa, bahkan ada yang bisa memimpikan seperti apa jalan hidup orang lain. Inilah yang dinamakan impian yang menjadi imajinasi.
Sejatinya kita semua bisa menjadi penulis fiksi. Hanya butuh secangkir mimpi, secangkir imajinasi dan ditemani setangkup sandwich kemauan untuk belajar dan di kurasi, serta keinginan untuk terus bermimpi agar imajinasi tetap menghampiri dan akhirnya bisa dituangkan dalam literasi.
Sejatinya kita semua adalah penulis. Bukan fiksi, tapi non fiksi. Kok bisa? Ya layaknya seorang penulis, setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil akan jadi goresan sejarah dalam buku kehidupan. Bukankah itu berati kita semua adalah penulis non fiksi?
#Day26
#JumlahKata337
#30HSMK
#SeiraAsa
#EventSeiraAsa
#MenulisKebaikan
#BelajardanBertumbuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Zindagi - Solilokui lika liku kehidupan
PoetrySenandika atau solilokui tentang apa yang ditemui, apa yang dirasa, dalam lika liku kehidupan, yang tidak mungkin di suarakan, namun ingin diungkapkan. Suara hati yang terdalam, yang mungkin terlalu kasar, namun kini diperhalus lewat sastra.