22. Bodoh, Emosi dan Si Pintar

11 6 0
                                    

Bodoh… Sungguh banyak kebohodan terjadi karena emosi

Bodohnya manusia ketika dikuasai emosi. Tidak akan bisa melihat kejanggalan didepan mata. Bagaimana kamu tidak menyadari tidak mungkin itu terjadi karena suatu keterbatasan diri.

Bodohnya manusia ketika dikuasai emosi. Tidak akan bisa berpikir jernih, yang ada hanyalah amarah. Menghantam ke segala arah, tanpa prakata tanpa bukti akhirnya menuduh.

Bodohnya manusia ketika dikuasai emosi. Telinga seakan tuli untuk mendengar rintihan sakit, akibat emosi yang menghantam berbagai sisi. Termasuk hati yang harusnya dikasihi.

Bodohnya manusia ketika dikuasai keposesifan. Mengasihi boleh. Mencintai apalagi, namun bukan posesif yang di kedepankan. melainkan kepercayaan.

Bodohnya manusia ketika ketika dikuasai keposesifan. Menggenggam terlalu erat manusia, tidaklah berarti. Manusia itu seperti pasir yang kamu genggam terlalu erat malah akan lepas di sela jemari dan diterbangkan angin.

Bodohnya manusia yang berusaha mempengaruhi. Woy! Manusia punya akal budi, sekeras apa pun kamu mempengaruhi jika orangnya tetap 'waras' maka sia-sia lah usahamu.

Bodohnya manusia yang menyebarkan informasi fiktif. Awalnya kamu akan dipercaya, namun ketika penasaran sudah meraja Lela. Meski dilarang akan tetap diterjang. Jika kenyataan tidak sesuai perkataan, bukankah itu berarti kamu ketakutan.

Ketika berbicara kebodohan manusia seakan tiada habisnya.

Karena kebodohan manusia adalah hasil pembodohan si Pintar.

Si Pintar yang pandai memainkan emosi. Emosi para insan duniawi, terutama yang mendekatkan diri. Mereka dilibatkan dalam konflik layaknya sinetron dilayar televisi.

Si Pintar yang pandai mengambil hati. Hingga tak sadar diri ini harus terpenjara dalam sepi, jika ingin tetap dihati. Hati si Pintar yang tak bisa diselami atau dimiliki.

Si Pintar yang terkadang tergelincir. Tergelincir karena nafsu memiliki, hingga lupa bahwa manusia memiliki akal budi. Mungkin awalnya mereka tidak menyadari, lambat laun ketika cengkeraman semakin erat pemberontakan mulai ada, akhirnya menyadarkan bahwa selama ini telah di bodohi si pintar.

Si pintar yang terkadang juga bisa di bodohi. Di bodohi oleh si bodoh yang tak dianggap. Bingung? Tidak semua orang yang tampaknya 'bodoh' itu benar-benar bodoh. Bodohnya dia hanya untuk menjaga diri dan mengawasi agar tidak terjerumus pada si pintar yang hobi mempermainkan hati.

#Day22

#JumlahKata328

#30HSMK

#SeiraAsa

#EventSeiraAsa

#MenulisKebaikan

#BelajardanBertumbuh


Zindagi - Solilokui lika liku kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang