D

1.5K 47 17
                                    

"mau jalan" ucap Rangga.

Setelah mengatakan itu, Laras menuntun Rangga menuju Kearah dapur untuk mencari anaknya. Divya.

Sesampainya di dapur, Rangga dan Divya langsung saling tatap tanpa mengatakan satu katapun. Mamanya yang berada diantara dua anaknya itu langsung berdehem guna menyadarkan mereka dari tatapan mereka.

"Hek hem, udah tatapannya?" Ucap mamanya.

"Apa si ma, orang ga tatapan" elak Divya.

"Eh Tante, saya mau ngajak Divya keluar, boleh kan Tan?" Tanya Rangga, lagi.

"Sudah berapa kali mama bilang, panggil mama, jangan Tante. M.A.M.A. MAMA" ucap Laras, mamanya Divya.

"Iya ma" ucapnya lalu menarik tangan Divya keluar rumah begitu saja.

Rangga langsung melajukan motornya dengan kecepatan rata rata, sedangkan Divya hanya diam duduk di jok penumpang, yaitu dibelakang Rangga.

"Div, peluk gue" ucap Rangga tiba tiba.

"Apaan peluk peluk, engga ada gitu ya!" Jawab Divya sedikit ngegas.

"Gue mau ngebut" kata Rangga lalu melajukan motornya lebih kencang.

"RANGGA SIALAN, JANGAN NGEBUTT, GUE TAKUTT" teriak Divya dibelakang Rangga.

"Makanya peluk biar gak jatuh" kata Rangga.

"Modus Lo"

Rangga malah semakin kencang melajukan motornya, hingga Divya kembali berteriak.

"IYA RANGGA IYA"

Perlahan tangan Divya memeluk pinggang Rangga dan Rangga hanya diam sambil sesekali tersenyum memandangi wajah Divya yang terlihat kesal dari kaca spion.

Rangga mulai memelankan sepedanya dikala dia sudah sampai ketempat tujuannya.

"Div, turun"

"Ngapain kesini?" Tanya Divya kepada Rangga.

"Makan, tadi Lo belum sempet makan kan?" Ucap Rangga lalu membantu Divya untuk melepas helmnya.

"Kenapa gak makan dirumah gue aja? Kan tadi gue masak, nyesel Lo ga coba masakan gue" ucap Divya yang hanya ditertawakan oleh Rangga.

"Apaan Lo ketawa"

"Gak, nanti pas kita nikah kan gue nyoba masakan Lo terus" ucap Rangga yang diakhiri dengan kedipan sebelah mata.

"Dih"

Mereka berdua memasuki kafe seperti pengantin baru, tangan Rangga yang memegang pinggang Divya, takut hilang. Sedangkan Divya hanya diam dengan sikap Rangga yang seperti itu. Toh nanti bakal terus begini pas sudah nikah, pikir Divya.

Mereka berdua menuju meja nomor 5 yang letaknya tidak begitu jauh dari pintu masuk. Mereka melihat buku menu yang sudah berada diatas meja dan memanggil pelayan disaat mereka ingin memesannya.

"Lo pesen sesuka Lo"

"Lo serius? Gue gak ngeluarin duit dong ya, haduhh enaknya jadi calon mantu bapak Randi dan ibu Luna" ucap Divya sambil melihat lihat menu dibuku yang dia pegang.

"Enaknya jadi istri Rangga ganteng, harusnya Lo bilang gitu" ucap Rangga yang matanya tetap terpokus ke satu titik, Divya.

Divya langsung menaruh buku menu kembali diatas meja dan dia langsung menatap mata Rangga yang mengakibatkan pandangan mereka saling bertemu.

"Iya Rangga sayang" ucap Divya dengan halus sehalus halusnya.

Blushhh Rangga sedikit tersipu, sebab ini kali pertama Divya memanggilnya dengan sebutan sayang.

RAVYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang