31

1.4K 107 3
                                    

Arumi berada di halte dekat dengan kampusnya, dia baru saja pulang dari kegiatan yang di adakan di universitas nya untuk mahasiswa ataupun mahasiswi baru.

Dari kejauhan seorang lelaki yang memakai kemeja berwarna hitam dan celana jeans yang melekat di tubuhnya, berjalan menghampiri Arumi.

"Hai"

Arumi menoleh ke sumber suara "Lo, mau ngapai lo?" Tanya Arumi dengan tegas.

"Heh, nggak usah marah-marah nanti cantiknya hilang"

Arumi hanya memutar bola matanya dengan malas, Arumi mengabaikan perkataan orang itu dan fokus ke jalan menunggu angkot atau Taxi yang lewat.

"Lo mau pulang?"

"Iya, mending lo diam deh Fahmi nggak usah banyak bicara"

Ya dia Fahmi, orang yang mengakibatkan ustadz Reihan masuk rumah sakit dia juga masuk di universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, padahal awalnya dia mau masuk di universitas Negeri Makassar tapi dia mendapat kabar kalau Arumi masuk di universitas UIN dia juga ikut pasalnya karena dia mau dekat dengan Arumi.

"Kalau begitu lo pulang bareng gue aja" Fahmi tersenyum manis ke arah Arumi, Arumi yang melihat senyum Fahmi merasa ilfil.

"OGAH!" Setelah mengucapkan kalimat itu Arumi berjalan meninggalkan Fahmi, tapi bukan Fahmi namanya kalau dia nggak mengejar Arumi.

"Lo kenapa menghindar dari gue?"

Arumi berhenti dan menatap Fahmi dengan tajam "Lo bisa nggak, nggak usah ganggu gue"

"Nggak bisa"

"Kenapa nggak bisa?"

"Karena Lo bukan tipe gue, paham gak"

Fahmi tersentak kaget mendengar perkataan Arumi tapi dia berusaha tenang "kenapa, karena gue nggak kayak suami lo yang pakai sarung serta baju koko kemana-mana?"

Arumi kaget mendengar ucapan Fahmi darimana Fahmi tahu kalau dia sudah menikah?.

"Darimana lo tau kalau gue, sudah menikah?" Arumi berkata dengan serius.

"Lo nggak perlu tahu, lagipula lo kenapa sih mau sama dia nggak ada menarik-narik nya bajunya aja seperti santri nggak cocok lo sama dia mending sama gue banyak duit terus pakaian gue trend trend terus gue tampang" ucap Fahmi membanggakan dirinya.

Arumi yang mendengar perkataan Fahmi tersenyum miring seperti meremehkan "Ingat ya Fahmi gue itu mandang akhlak bukan mandang fisik jadi lo nggak usah banyak tingkah lagipula gue nggak tertarik tuh sama duit lo apalagi gaya lo aduhh nggak ada di kamus gue, mending seperti suami gue udah ganteng, baik, sholeh lagi" Arumi berkata dengan serius dan membanggakan ustadz Reihan suaminya, gimana-gimana cari suami seperti ustadz Reihan itu susah!.

Tepat setelah berbicara panjang lebar dengan Fahmi sebuah angkot berhenti tepat di depan Arumi, tidak mau berlama-lama karena Arumi pun akan segera ke rumah sakit Arumi masuk kedalam angkot meninggal Fahmi yang masih setia di tempatnya.

Angkot berjalan menuju rumah sakit Arumi tersenyum karena akhirnya dia bebas dari manusia seperti Fahmi, tapi Arumi masih kepikiran dimana Fahmi tahu kalau dia sudah menikah apa Fahmi punya mata-mata?.

***

20 menit dalam perjalanan akhirnya Arumi sampai di depan rumah sakit dimana ustadz Reihan di rawat Arumi membayar ongkos angkot dan berjalan masuk ke rumah sakit menelusuri Beberapa ruang dan dia berhenti tepat di depan ruang inap suaminya.

Arumi membuka pelan pintu ruangan Tersebut dan mengucap salam, di sana Arumi melihat mama mertuanya yaitu Ayu yang sedang melaksanakan sholat dhuhur, Arumi menyimpan tasnya di atas nakas dan duduk di kursi samping kasur ustadz Reihan.

Arumi meraih tangan ustadz Reihan dan menciumnya, setelah itu dia mengusap rambut ustadz Reihan Arumi tidak tahan membendung air matanya akhirnya air mata itu lolos dan membasahi pipi Arumi.

Arumi memandangi wajah suaminya yang tertidur tenang, Ayu yang sudah selesai shalat menghampiri menantunya itu.

"Sudah lama nak?"

Arumi menghapus air matanya dan menatap ibu mertuanya itu "belum umi, Arumi baru saja datang" Arumi tersenyum ke arah Ayu, lantas Ayu pu membalasnya.

"Oh iya nak, kamu sudah makan?"

Arumi menggeleng kepala, sudah beberapa hari ini selama ustadz Reihan koma Arumi malas sekali makan biasanya hanya dua suapan Arumi sudah merasa kenyang, dan itu juga membuat berat badan Arumi menurun dia kelihatan kurus karena makannya tidak teratur.

Nafisah maupun Ayu sudah memaksa Arumi untuk makan akan tetapi hasilnya nihil Arumi tetap keras kepala untuk tidak makan, dia akan makan kalau ustadz Reihan sudah sembuh.

"Ya Allah nak, kamu dari kemarin tidak makan, makan ya umi bawakan kamu makanan" Ayu berusaha membujuk Arumi.

"Iya umi, nanti Arumi makan oh iya umi kan sekarang Arumi sudah ada di sini Arumi pulang aja nanti Arumi yang jaga Mas Reihan"

Ayu mengangguk "Iya sayang, kalau begitu umi balik dulu ya, Assalamu'alaikum"

"Waa'alaikumussalam" Arumi meraih tangan Ayu dan mencium punggung tangannya.

Ayu berjalan keluar dari ruang ustadz Reihan, setelah Arumi melihat ke arah pintu mertuanya sudah balik Arumi kembali menatap wajah tampang suaminya.

"Mas"

"Mas Reihan emang nggak rindu sama Arumi? Sudah satu Minggu lebih loh Mas Reihan tidur" Arumi terus berbicara sambil menatap suaminya.

"Emang Mas, mimpi apa sih sampai nggak mau bangun, Arumi rindu loh" Arumi terus saja memandangi suaminya dengan air mata yang terus menerus mengalir dan membasahi pipinya.

Capek berbicara sendiri, akhirnya Arumi memutus untuk tidur di samping suaminya seperti biasa tidur dengan keadaan duduk.

**"

Huhuyyy akhirnya aku up lagi hehe.

Absen dari kota mana aja nih?

Oh iya di daerah kalian sudah pada belajar tatap muka ya? Kalau di daerah aku ka Alhamdulillah sudah belajar tatap muka meskipun itu terbatas hehe.

Pesan author JANGAN LUPA JADIKAN AL-QUR'AN BACAAN PERTAMA KALIAN YA.

see you😊

Pengagum Rahasia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang