30

1.5K 100 2
                                    

Arumi yang sudah sampai di rumah sakit di mana ustadz Reihan di rawat, Arumi turun dari motor dan membayar ojek tersebut setelah selesai Arumi berlari masuk ke dalam rumah sakit dia tidak peduli oleh tatapan orang-orang yang melihat ke arahnya.

Di depan sana Arumi melihat Rafli dan mama mertuanya, sebelum Arumi datang Rafli mengabari orang tua Reihan kalau Reihan terkena musibah. Arumi berlari tergesa-gesa menuju ke ara mereka sampainya di sana Arumi melihat bundanya menangis di bahu ayahnya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Bunda keadaan mas Reihan gimana?" Tanya Arumi dengan air mata yang tidak berhenti menetes.

"Belum tau Nak, dokter belum keluar dari ruang suami kamu ditangani" ucap Ayu, Ayu yang melihat menantunya yang begitu rapuh saat ini.

"Ya Allah" lirih Arumi.

15 menit kemudian pintu ruangan ustadz Reihan terbuka dan menampilkan seorang dokter laki-laki dengan jas putih yang melekat ditubuhnya, Arumi berdiri dan mendekati dokter itu.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?" Tanya Arumi.

Dokter tersebut hanya diam tidak menjawab pertanyaan Arumi.

"Dokter tidak pikun kan, bagaimana keadaan suami saya dok!" Ucap Arumi begitu tegas, Ayu yang mendengar suara Arumi meninggi mengusap Bahu Arumi sambil menenangkannya.

"Benturan di kepala pasien sangat serius yang mengakibatkan pasien mengalami koma" ucap dokter tersebut.

Arumi yang mendengar perkataan dokter tersebut luluh ke lantai dan menangis histeris, begitu juga dengan Ayu yang mendengar kabar anaknya menangis.

Dunia Arumi seketika berwarna hitam semuanya, baru saja dia merasa bahagia karena lulus dan suaminya akan pulang ke Indonesia tapi apa semuanya hancur ketika mendengar kalau suaminya koma.

Arumi tidak menyalahkan takdir Allah semua orang mempunyai takdir masing-masing Arumi paham di setia musibah pasti ada hikmahnya. Arumi bangkit dari duduknya.

"Apakah saya bisa masuk dok?" Tanya Arumi.

"Bisa, tapi cuman satu orang saja" ucap dokter, Arumi mengangguk dan segera masuk ke ruangan ustadz Reihan, air mata Arumi jatuh membasahi pipinya ketika melihat suaminya berbaring lemah di atas kasur rumah sakit, Arumi berjalan mendekati ustadz Reihan dan duduk di kursi yang di sediakan.

"Mas Arumi kangen banget sama Mas" menolong ke dirinya sendiri.

"Emang mas nggak kangen gitu sama Arumi?"

Arumi meraih tangan ustadz Reihan dan mencium punggung tangan itu "Oh iya mas, Arumi lulus loh di universitas yang Arumi mimpi-mimpikan dengan jalur SNMPTN lagi usaha Arumi selama ini nggak sia sia loh mas, mas pasti senang" sekarang Arumi layaknya seperti orang gila yang berbicara sendiri tapi dengan begini Arumi bisa melepaskan rindunya.

"Mas Reihan jangan lama-lama tidurnya ya, cepat bangun supaya kita segera pulang ke rumah" ucap Arumi menghapus air matanya dia nggak boleh terus menerus menangisi dia harus tegar.

Arumi membuka tasnya dan mengambil handphonenya dia harus memberitahu orang tuanya dan abangnya kalau suaminya masuk rumah sakit.

"Halo assalamu'alaikum bang"

"Wa'alaikumussalam, ada apa dek?"

"Mama sama papa di mana bang?"

"Ada tuh di ruang tamu lagi ngobrol, emang kenapa? Eh tunggu suara kamu serak seperti habis nangis kamu kenapa dek?" Tanya Arya khawatir takut ada apa-apa dengan adek satu-satunya.

"Nggak papa bang, ada sesuatu yang mau Arumi beritahu"

"Sesuatu apa dek?"

"Itu Abang mas Reihan" Arumi mengigit bibir bawahnya supaya Arya tidak mendengar isakan pilu darinya.

"Iya dek, Reihan kenapa Reihan sudah pulang kan, kamu lagi sama Reihan kan"

"Bukan abang" Arumi mengambil nafas panjang dan menghembuskannya "Itu bang Mas Reihan masuk rumah sakit akibat kecelakaan Beberapa waktu yang lalu"

Arya yang mendengar perkataan Arumi kaget sekaligus sedih biar gimana ustadz Reihan itu adik iparnya "astaghfirullah innalilahi yang tabah ya dek, nanti abang bilangi ke mama sama papa abang akan segera menuju ke rumah sakit kamu jangan nangis harus kuat, kalau begitu abang matikan telfonnya assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" Arumi menyimpan handphone di atas nakas dan berjalan ke arah suaminya hari ini Arumi begitu lelah akhirnya Arumi tertidur di pinggir tempat tidur Reihan dengan lengannya sebagai bantalnya dan tangan yang satu setia memegang tangan ustadz Reihan.

***

Pukul 12:05 suara adzan dari handphone Arumi membangunkan Arumi dari tidurnya, Arumi bergegas masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu, setelah selesai Arumi berjalan ke arah musholla rumah sakit dan meminjam satu buah mukena di sana karena Arumi hanya ingin sholat di kamar rawat suaminya.

Arumi melaksanakan sholat dhuhur 4 rakaat dengan khusyuk. Beberapa menit Arumi selesai melaksanakan sholat.

Arumi berdoa kepada Allah "Ya Allah hanba mohon sadarkan suami hamba, hamba Sangat rindu dengan perhatiannya hamba tidak tega melihat suami hamba berbaring lemah seperti sekarang ini ya Allah" setelah berdoa Arumi mengaminkan doanya setelah selesai Arumi melipat kembali Mukena tersebut tapi tidak membawanya ke musholla karena nanti asar dia akan memakainya lagi.

Arumi keluar dari kamar rawat ustadz Reihan, Arumi melihat di sana ada mertuanya dengan orang tuanya tak lupa juga Arya dengan Rafli.

"Kamu yang sabar ya nak" ucap Nafisah memenangi anaknya.

Arumi hanya mengangguk lemah.

"Oh iya kamu sudah makan nak?" Tanya Rahmat.

Arumi menggeleng kepala serasa Arumi Sekarang tidak nafsu makan.

"Makan ya Nak, ini mama bawakan nasi dan ayam goreng kesukaan kamu" ucap Nafisah.

Arumi menggeleng kepala "Arumi tidak ada nafsu buat makan Ma, Arumi sekarang hanya butuh mas Reihan" ucap Arumi lagi dan lagi air matanya turun membasahi pipinya.

"Nggak boleh gitu nak, Arumi harus makan supaya nggak sakit, nanti kalau Arumi sakit yang jagain Reihan siapa?" Bujuk Ayu ke menantunya mau makan gimana juga Arumi harus  menjaga kesehatannya.

"Iya bun nanti Arumi makan"

***

Seperti katanya tadi Arumi mulai memakan makanan yang mamanya tadi bawakan meskipun sangat sulit untuk menelannya tapi Arumi paksa gimana pun dia harus makan supaya dia tidak sakit.

Setelah selesai makan Arumi membersihkan tempat nasi tersebut dan memasukkan di paper bag.

Ini hari kedua ustadz Reihan koma serasa Arumi tidak ada gairah hidup tapi karena semangat kedua orang tuanya akhirnya Arumi bisa kuat.

Setiap pagi yang mejaga ustadz Reihan adalah bundanya karena Arumi harus kuliah dan kalau selesai kuliah Arumi segera ke rumah sakit dan bergantian dengan bundanya untuk menjaga ustadz Reihan.

***

Gimana part-nya?
See you

Pengagum Rahasia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang