Jadi cewek gue

92 14 20
                                    

Tak terasa sudah satu bulan lamanya sejak Jennie membuat perjanjian dengan Mamanya. Selama kurun waktu itu Jennie belajar dengan giat untuk meningkatkan kemampuannya. Hampir setiap malam dia habiskan di kamarnya untuk mengulang materi yang dipelajari di sekolah dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Hasilnya, nilai Jennie meningkat pesat di mata pelajaran yang bersifat hafalan. Jennie mampu menguasainya dengan baik. Akan tetapi di mata pelajaran eksak seperti matematika, fisika, dan kimia, Jennie masih belum ada kemajuan. Mata pelajaran tersebut membuat Jennie benar-benar kewalahan. Dia merasa dirinya tidak bisa paham sekeras apa pun dia berusaha pada mata pelajaran tersebut.

"Baik, hari ini ibu akan bagikan hasil ulangan kita minggu lalu. "

Hari ini tepat satu minggu sejak mereka ulangan Fisika. Buk Win telah memegang kertas hasil ulangan harian ditangannya. Ia memanggil siswa dikelas itu satu persatu ke depan kelas.

Jennie meremas tangannya takut dengan hasil yang akan dia dapatkan. Ya, dia sudah berusaha sebisanya, tapi dia yakin hasilnya tidaklah memuaskan. Jennie ingat dia tidak mampu menjawab 3 dari 10 pertanyaan yang diberikan. Dan ia juga tidak yakin benar di 7 soal yang dia jawab. Duh, semoga saja ada keajaiban dan dia bisa mendapatkan nilai yang bagus.

"Jennie-" panggi bu Win agar ia maju ke depan.

Jennie bangkit dari kursinya untuk menerima kertas ulangannya. Perlahan ia melihat hasil ulangan yang diterimanya. Dengan gugup ia membuka matanya ke arah angka yang digores menggunakan tinta merah tersebut. Namun apa yang diterimanya membuatnya membelalak dengan rasa tak percaya. Sangat bertolak belakang sekali dengan ekspektasinya. Hatinya tercabik-cabik mendapatkan angka tersebut. Jennie berharap setidaknya dia akan mendapatkan nilai 50. Tapi ternyata nilainya lebih buruk dari itu.

"Baiklah. Jadwal remedial nanti akan ibu beri tahu. Sekarang kita masuk dulu ke materi pelajaran yang baru. "

Jennie kembali ke mejanya dengan lemas. Dia rasanya ingin menangis.

"Nilai lo berapa Jen? " Dita yang duduk dibelakangnya melihat kertas ulangan Jennie.

Jennie dengan sigap menutupi lembar jawabannya. Namun, Dita sudah lebih dulu melihat nilainya.

"30? Yah, bagusan gue dong! Gue 45 Haha!"

Jennie mengusap keningnya. Bahkan temannya yang tidak berusaha keras dan hanya mengandalkan contekan mendapatkan hasil yang lebih baik darinya. Hatinya terasa sangat hancur.

Kalau begini tidak ada bedanya dengan saat dia tidak belajar dulu. Kenapa nilainya saat dia berusaha lebih keras tidak ada bedanya dengan saat dia malas-malasan? Kalau seperti ini bagaimana dia bisa membuktikan pada mamanya kalau dia bisa berada di ranking 5 besar?

Jennie bodoh! Bodoh! Bodoh!

***

Saat jam istirahat Jennie memilih pergi ke atap. Ia ingin menyendiri untuk menenangkan pikirannya. Pikirannya saat ini berkecamuk. Ia dipenuhi ketakutan akan kegagalan. Apa yang akan dikatakan mamanya nanti setelah melihat nilai Jennie? Pasti dia akan menertawakan Jennie karena sudah sesumbar akan mendapatkan ranking 5 besar di semester ini.

Jennie mengusap air mata yang menyesak keluar. Ia merasa semua ini tidak adil. Jennie merasa dirinya sama sekali tidak berdaya melawan dunia ini.

"AAAAGHHHH KENAPA SIH HIDUP GUE KAYAK GINI?? KENAPA SIH GUE ITU SUSAH BANGET!! EMANGNYA DUNIA INI TEMPAT ORANG YANG PINTER AKADEMIK AJA HAAAH!! GA ADIIIILLL!! "

Helaan napas lega lolos dari mulutnya setelah melepaskan unek-unek tersebut. Air mata lolos melewati pipinya. Jennie dengan cepat menghapusnya. Dadanya masih terasa sesak tapi dia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Saat ini yang dibutuhkannya bukan menangis. Tapi mencari cara agar bisa keluar dari masalahnya. Ya, Jennie harus berusaha lebih keras lagi supaya diulangan berikutnya dia bisa mendapatkan nilai sempurna. Ya, dia harus.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang