Apa gue lakuin aja?

78 14 16
                                    

"Lo pikir-pikir aja dulu, " Alfa mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, dan menghubungi sebuah nomor. Tak lama ponsel Jennie bergetar di sakunya, membuat cewek-cewek itu buru-buru mengeluarkannya.

Alfa tersenyum miring. Cowok itu menggoyang-goyangkan ponselnya di udara, secara tidak langsung memberitahu Jennie bahwa dialah yang menghubungi cewek itu. "Itu nomor gue. "

Jennie mengerutkan dahinya. Melihat ekspresi kebingungan itu Alfa tertawa geli. Cowok itu pun mendekat ke arah Jennie. Jennie meringkuk dengan perasaan terkejut, takut, sekaligus heran.

Sebelah tangan Alfa menepuk pelan kepala Jennie. Perbedaan tinggi keduanya membuat Alfa terlihat sedang mengasihi cewek itu seperti ia mengasihi anak anjing. "Gue tunggu jawaban lo. "

Jennie merinding. Entah kenapa suara Alfa yang lembut itu membuat bulu kuduknya berdiri. Nada itu terdengar cocok dengan wajah tampannya yang indah seperti malaikat. Akan tetapi sangat berlawanan dengan kelakuannya yang lebih mirip iblis penggoda.

Namun sebelum Jennie berhasil mengucapkan sesuatu dalam keadaan itu, sosok Alfa telah meninggalkan dirinya sendirian disana. Jennie cuma bisa menatap pintu atap yang bergoyang pelan dengan perasaan tak menentu.

"Hah, gue bisa gila, sialan! "

***

Malam itu Jennie tak bisa tidur. Ia berguling ke kanan dan ke kiri, namun tak menemukan posisi yang tepat untuk mengirim dirinya ke alam mimpi. Akhirnya cewek itu menyibak selimutnya dan duduk seraya meniup rambutnya yang berantakan.

"Agghhh, apa gue lakuin aja ya?" pikirnya. Lagi pula kan tidak ada ruginya pura-pura jadi pacarnya Alfa. Cuma beberapa bulan kan hingga mereka lulus?

"Ahhh, enggak enggak!" Jennie menggeleng menolak pemikiran itu. "Udah gila kali. Gue sama Alfa? Dia kan orangnya resek banget! Lagian, geli juga kali kalo ngaku-ngaku jadi pacarnya dia. "

Jennie menghempaskan tubuhnya dan kembali tidur. "Aah, gak tau ah!! " Ia menendang-nendang diudara.

***

"NABILAAAAAAAA!! " Terdengar sebuah teriakan dari ruang keluarga. Ya, siapa lagi kalau bukan Kakak laki-lakinya, Alfa.

Nabila yang sedang belajar di kamarnya terpaksa menghentikan kegiatannya sejenak. Dalam hati dia cuma bisa mengumpat kesal.

"Apaaaaa? " dia balas teriak. Apa lagi sih nih abangnya. Bisanya gangguin orang aja.

"SINIIIIII! CEPETAAAN! " teriak Alfa lagi.

Ih, kebiasaan. Dia yang butuh, malah Nabila yang harus nyamperin dia. Ck, nyebelin.

Walau pun malas dan kesal, Nabila terpaksa bangkit dari kursi belajarnya. Ia tahu kalau dia tidak mengikuti kemauan abangnya itu, dia akan dapat masalah nanti. Sosok Alfa itu sudah seperti setan pengganggu di rumah ini baginya. Setiap keinginannya harus dituruti. Kalau dilanggar, dia pasti akan mengerjai Nabila nanti.

Menuruni anak tangga menuju ruang keluarga, Nabila menerka-nerka apa yang hendak dilakukan Alfa. Pastinya hal yang akan membuatnya kesal. "Apa sih baaang? " tanyanya dengan nada mengeluh setelah ia berada di ujung tangga.

Alfa menunjuk remot tv yang jaraknya hanya beberapa cm dari ujung jemari kakinya. "Tolongin remot dong. "

What? Nabila menatap Alfa dan juga remot itu dengan perasaan tidak percaya. Jadi dia capek-capek turun, cuma buat ngambilin remot yang jaraknya cuma beberapa senti dari kakinya Alfa? Arggghhh. Nabila meniup poninya dengan kesal. Ya tuhan, kenapa dia harus punya abang seperti Alfa? Dengan menekan kuat-kuat rasa kesalnya, Nabila mengambil remot TV dan menyerahkannya pada Alfa. "Nih! "

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang