Jennie merangkai langkahnya mengikuti Alfa. Saat ini mereka berada di koridor sekolah yang cukup ramai oleh siswa siswi yang baru keluar dari kelas. Berpasang-pasang mata mengikuti pergerakan pasangan teranyar yang membuat heboh sekolah itu.
"Lo jalan duluan, " ucap Alfa menghentikan langkahnya tiba-tiba.
Jennie mendongak menatap cowok yang jauh lebih tinggi dari pada dirinya itu. Alfa mengenakan hoodie berwarna abu dan ransel berwarna navy. Dari jarak sedekat ini, Jennie pun bisa membaui aroma parfum yang ia kenakan. Aroma musk yang memberi kesan lembut dan elegan. Jenis aroma yang disukai oleh Jennie.
"Jen? "
Jennie buru-buru tersadar dari keterpesonaannya. Ia menggedikkan bahu menanggapi pernyataan Alfa. "Lo aja yang duluan. Lagian gue gak tau, mobil lo diparkir dimana. "
"Ah, ya. " Alfa mengangguk paham. Langkah cowok itu mendahului Jennie. Selang beberapa saat akhirnya mereka sampai di tempat parkir. Alfa menekan door lock mobilnya dan membukakan pintu untuk Jennie. Jennie pun masuk dalam diam.
"Kita mau kemana? " tanya Alfa setelah menutup pintu mobilnya. Aroma parfum cowok itu menjadi kian pekat dipenciuman Jennie. Tanpa sadar Jennie menatap Alfa. Dari jarak sedekat itu dia bisa melihat wajah cowok itu dengan sangat jelas. Wajah cowok itu putih mulus tanpa bekas jerawat. Hanya ada sedikit bekas seperti cakaran di pipi kirinya. Sepertinya itu dia dapatkan saat masih kecil.
Alfa menjentikkan jarinya di depan muka Jennie. "Hello? "
Jennie tersadar dari lamunannya. Matanya berkedip menatap Alfa yang juga sedang menatapnya. Wajah cowok itu semakin dekat hingga membuat jantungnya berdebar dengan sendirinya. Jennie dengan cepat membuang pandang ke jendela mobil. Ia berusaha menghindar dari kemungkinan tertarik pada cowok yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya itu.
"Ke HB aja gimana? Gue lagi kepengen kopi, " ucap Jennie berusaha untuk terdengar cool. HB adalah singkatan dari Hungry Beams yaitu sebuah Coffe Shop yang terletak tak jauh dari sekolah mereka.
Alfa mengangguk. Tanpa kata ia menghidupkan mesin mobilnya, mengeluarkannya dari parkiran, lalu melajukannya ke jalanan.
***
Siang itu Hungry Beams tidak seramai biasanya. Biasanya tempat itu selalu ramai saat jam istirahat siang. Hal itu tak mengherankan karena lokasinya berada di dekat gedung perkantoran.
Alfa memesan di depan meja bar. "Iced Americano dan Latte, " ucapnya pada Barista yang berdiri di depan layar komputer.
Selang beberapa menit kemudian, keduanya telah duduk di sebuah meja yang berada di dekat jendela. Jennie mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tempat itu membuatnya nyaman. Furniturnya didominasi oleh kayu yang dipernis dengan cat berwarna maple. Diatas kursi kayu yang memanjang ke arah jendela terdapat bantalan sofa berwarna putih gading. Dindingnya dihiasi oleh pajangan kayu bertuliskan quotes nan aestetik.
Jennie mengeluarkan ring binder dan tempat pensilnya. Kedua tangan cewek itu tertumpu di atas meja.
"Ehhem, jadi, ada beberapa hal yang harus kita omongin tentang kesepakatan kita. " Jennie menatap Alfa dengan serius.
Alfa mengangkat sebelah alisnya menatap Jennie. Meminta cewek itu melanjutkan.
"Pertama, kita harus satuin cerita kalau ada yang nanya, gimana ceritanya elo sama gue bisa jadian. "
Alfa manggut-manggut. "Terus? "
"Tadi lo bilang ke Anggi kalau lo yang suka sama gue duluan dan elo yang nyatain perasaan ke gue duluan. Clear? "
KAMU SEDANG MEMBACA
JeNa (Jennie and Alfa) || COMPLETE ||
Roman pour Adolescents"Gue tau lo kesulitan di mata pelajaran eksak, dan gue ahli dibidang itu. Gue bisa bantu lo jadi tutor lo supaya misi lo semester ini berhasil. " Ucapan Alfa tersebut berhasil menarik perhatian Jennie. Cewek itu terlihat tengah memikirkan ide yang d...