Kalimat penuh perintah

63 8 17
                                    

Aku tunggu di gerbang ya

Jennie tersenyum membaca pesan dari Alfa. Hari ini mereka berencana hendak belajar di Hungry Beams. Tadi pagi Mamanya baru saja memberikan jatah belanja bulanannya. Jennie berniat hendak menggunakan uangnya untuk melepas dahaganya akan asupan kafein.

"Ngi, lo pulang sama Jeno? " tanya Jennie pada sahabatnya itu.

Anggi menggeleng. "Lagi diem-dieman gue sama dia. Lo duluan aja. Lagian Alfa udah nungguin kan? " ucap Anggi sedikit lemas.

"Trus lo pulangnya gimana? " tanya Jennie khawatir. "Atau lo ikut gue deh, ntar pulangnya dianterin sama Alfa."

Anggi memutar bola matanya malas. Meski pun Jennie sudah pacaran dengan Alfa selama kurang lebih 4 bulan, dia tetap merasa canggung disekitar cowok itu. Setidaknya bila ada Jeno suasananya tidak akan terlalu awkward. Tapi saat ini cowok itu tidak bisa ikut bersama mereka. "Ya kali gue gangguin lo sama Alfa Jen. Gak mau ah. Ntar gue jadi obat nyamuk lagi. Gue pulang naik gocar aja, " tolak Anggi.

Jennie menatap sahabatnya itu khawatir. Belakangan Anggi sedang dalam mood yang buruk. Pasalnya dia dan Jeno bertengkar terus-terusan. Banyak hal yang membuat mereka bertengkar. Terkadang hanya karena masalah sepele tapi bisa berlarut berhari-hari.

"Ya udah. Kalau gitu gue duluan ya? " pamit Jennie. "Ntar pulang lo kabarin gue. "

"Iyaiya! Duh, udah kayak emak gue aja lo! " ucap Anggi seraya mendorong Jennie agar segera pergi menyusul Alfa.

Jennie melangkah meninggalkan kelasnya dan melambaikan tangannya pada Anggi. Tak beberapa langkah dari sana ia mendapati Jeno sedang dalam perjalanan menuju kelas MIPA 5. "Anggi di dalem kan? " tanya Jeno.

Jennie mengangguk. Tanpa bertanya apa pun lagi cowok itu segera menyusul Anggi ke kelas. Jennie menghela napasnya. Semoga saja keduanya bisa menyelesaikan masalah mereka. Jennie tidak ingin pertemanan mereka berempat rusak karena Anggi dan Jeno putus. Walau pun Jeno menyebalkan tapi Jennie lumayan menyukai Jeno sebagai teman.

"Jen, " seseorang tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapannya.

Jennie mendongak. Seorang cowok yang sudah sangat familiar baginya itu menatapnya fokus. Jennie sentak mundur beberapa langkah dan menyilangkan tangannya di depan dada. Kenapa cowok itu ada disini?

"Kak Melvin?"

Cowok itu tersenyum padanya dan melangkah mendekat ke arahnya. "Hai, " sapanya. Kedua sudut bibirnya tak hentinya tersenyum.

Jennie mengangkat sebelah alisnya heran. Untuk seseorang yang berkuliah diluar kota, menurutnya Melvin terlalu bebas berkeliaran. Setahunya Melvin berkuliah dijurusan Teknik Sipil. Apa mahasiswa Teknik sipil itu tidak sibuk ya? Kenapa seolah Melvin terlalu banyak waktu luang? Apa dia bolos kuliah?

"Ada apa?" tanya Jennie tidak begitu tertarik. Dia ingin mengakhiri pertemuan itu segera. Jika ingat janjinya pada Alfa cewek itu menjadi was-was. Pasalnya tempat pertemuan mereka tidak begitu jauh dari kelas Alfa. Untung saja mereka berjanji bertemu di tempat parkir. Tapi tetap saja Jennie takut jika teman sekelas Alfa mengadu yang macam-macam pada cowok itu.

"Aku mau ngomong sama kamu Jen-"

"Ngomong aja. Sekarang." Jennie menatap jam tangannya dan menimbang dengan perasaan kalut. Saat ini Alfa pasti sudah menunggunya. Dia harus cepat sebelum Alfa menyusulnya dan melihat dia sedang berduaan lagi dengan Kak Melvin seperti waktu itu. Bisa-bisa cowok itu salah paham lagi.

"Kamu kenapa gak bales chat aku lagi? Apa aku bikin salah sama kamu? Selama ini kita baik-baik aja. Tapi kenapa kamu tiba-tiba bersikap kayak gini? " protes Melvin frustasi. Dia pikir hubungannya dan Jennie bisa kembali lagi setelah Jennie lulus. Jennie akan kuliah di kota yang sama dengannya dan mereka akan kembali menjadi sepasang kekasih.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang