Demi apa?

87 10 9
                                    

"JADI LO BENER-BENER JADIAN SAMA ALFA? SERIUS? DEMI APA? "

Teriakan Anggi yang berpotensi merusak gendang telinga itu membuat Jennie membekap lubang telinganya. Saat ini jam istirahat. Ia ditodong oleh Anggi agar menceritakan semuanya tanpa terlewat. Jennie yang diseret oleh Anggi ke kantin itu tentu tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk pertama kalinya dia jadian dengan cowok tapi tidak cerita pada Anggi sama sekali. Dan cowok ini juga bukan orang asing lagi. Tapi musuh bebuyutan Jennie yang katanya tidak akan mungkin dia pacari.

"Bisa gak sih lo, ngomongnya pelan-pelan? " bisik Jennie, seraya mengedarkan pandang ke sekitarnya waspada. Namun apa boleh buat. Tanpa teriakan itu pun, dari tadi kehadirannya di kantin sudah menjadi pusat perhatian anak-anak lain. Berita tentang Jennie jadian dengan Alfa dengan cepat telah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan ada yang merekam kejadian dikelas tadi dan menyebarkannya ke grup sekolah. Hal yang membuat Jennie malu bukan kepalang.

"Ya gue gak nyangka aja gitu. Beneran kalian pacaran?" tanya Anggi memastikan. Pasalnya dia masih belum bisa percaya. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada berita seperti itu.

Jennie mengangguk pelan. "Terjadi gitu aja, " ucapnya, berusaha melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan Anggi. Tapi bukan Anggi namanya kalau melepaskan Jennie begitu saja.

"Ya gimana prosesnya? Siapa yang bilang suka duluan? Buruan cerita!" desak Anggi, membuat Jennie gelagapan dalam hati. Sial. Dia belum menyiapkan cerita apa-apa tentang itu. Dia dan Alfa juga belum membahas itu. Gimana nih? Gimana kalau cerita versi Alfa berbeda dengan apa yang dia ceritakan pada Anggi? Bisa-bisa kedok mereka terbongkar.

Seseorang tiba-tiba muncul disebelahnya. Sentak, Jennie pun menoleh. Dan betapa terkejutnya dia saat menemukan Alfa dan Jeno kini bergabung dengan mereka. Alfa berkedip jahil padanya, membuat Jennie mengernyitkan dahinya.

Hening selama sesaat lamanya. Hingga Jeno membuka pembicaraan. "Hmm, suasananya rada awkward ya? "

"Hehe iya... " Anggi menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Ia mendelik ke arah Jennie lalu melirik kepada Alfa. Memberi isyarat pada sahabatnya itu. Namun Jennie pura-pura tidak melihat tatapan Anggi. Membuat Anggi kesal padanya karena merasa diabaikan.

"Kalau ada yang mau ditanya, tanya sama gue aja, " ucap Alfa dengan nada dinginnya --membuat Jennie menoleh ke arah cowok itu. Sosok Alfa yang ada disebelah Jennie sekarang berbeda sekali dengan Alfa biasanya. Apa cowok itu memang sedingin itu pada semua cewek yang pernah suka padanya?

"Hmm, Anggi cuma penasaran kok, siapa yang suka duluan antara gue sama lo, " Jennie berusaha mencairkan suasana yang mendadak terasa dingin seperti dikutub. Penyebabnya adalah tatapan dingin yang Alfa berikan pada sahabatnya.

Alfa menumpu wajahnya dengan satu tangan dan tersenyum manis kepada Jennie. "Kira-kira siapa ya? " tanyanya dengan kilat mata jahil. Sebelah matanya berkedip menggoda.

Jennie mendelik ke arahnya. Membuat Alfa jadi semakin senang melihat reaksi cewek yang sangat imun dengan pesonanya itu. Ia terkekeh sendiri. Menegakkan tubuhnya, Alfa menjelaskan hubungannya dan Jennie secara ringkas. "Gue yang suka Jennie duluan dan gue yang menawarkan diri duluan. Ya kan Jen? "

Jennie meringgis. Ucapan Alfa sebenarnya ada benarnya juga. Kecuali dibagian dia yang suka pada Jennie duluan. Gila sih. Ini cowok pinter juga aktingnya. Gimana bisa dia berbohong dengan muka polos tanpa dosa begitu? Jennie geleng-geleng kepala.

"Oh iya. Waktu itu lo pernah bilang ya, kalau lo suka sama cewek yang gak suka sama lo haha! Kebetulan banget haha! " Jeno tertawa sumbang mengingat kembali momen saat Alfa menyatakan kalau dia tidak tertarik pada Jennie. Sebetulnya dia juga sedikit tidak percaya kalau sekarang Alfa dan Jennie pacaran. Jeno menyandarkan tubuhnya, melipat tangannya di depan dada, dan memiringkan kepalanya tak yakin.

"Oh, ya? " Anggi menatap Alfa dan Jennie bergantian. Matanya menyipit menatap keduanya dengan pandangan menilai.

Jennie menyeruput jus jeruknya dengan gugup. Cewek itu tersenyum ke arah Anggi. "Well, lo bener soal benci dan cinta yang bedanya tipis itu. "

Anggi terkesiap dan membekap mulutnya dengan rasa tidak percaya. "Bener kan? Lo berdua berantem mulu tapi sebenernya diam-diam saling suka kan? "

Jennie meringgis dan mengusap lehernya dengan tidak nyaman. "Ya, kira-kira gitu. "

"Kalau gitu, selamat ya, lo berdua, " ucap Anggi sambil tersenyum hangat. Ia merangkul lengan Jeno dengan mesra. "Nanti kalau bisa kita double date. Biar seru! "

Jennie membuang pandangan dari Alfa, begitu juga dengan cowok itu. Entah kenapa mendengar kata 'ngedate' membuat kepalanya gatal. Pasalnya, dia tidak berniat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan pasangan pada umumnya dengan Alfa. Membayangkan hal itu saja sudah membuatnya geli.

Anggi menyipitkan matanya curiga pada mereka berdua. "Jangan-jangan lo berdua gak mau ya, jalan sama kita? "

Alfa balas menatap Anggi dingin, namun Anggi tidak takut sama sekali. Jennie tersenyum salah tingkah. Sementara Jeno melihat tingkah ketiganya berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan.

"Ah, ayang. Biarin deh mereka! Lagian ngedate berdua aja lebih asik, ya kan?" ucapnya sambil tertawa tidak nyaman. Pasalnya Alfa terus terusan menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Emang apa susahnya sih?" Protes Anggi tak habis pikir. Kenapa reaksi Alfa sampai seperti itu. Padahal kan hanya doubledate. Apanya yang sulit? "Kecuali mereka berdua gak bener-bener pacaran, " ia menatap curiga pada Alfa.

"Kenapa gue pacaran atau enggaknya harus gue buktiin sama lo? " Alfa berujar malas. Dia paling tidak suka jika seseorang ikut campur urusannya. "Hubungan gue sama Jennie cukup kita aja yang tau. "

Jennie balas menatap Alfa malas. Kenapa sih, cowok itu ketus banget? Padahal kan Anggi nanya baik-baik? "Lo bisa gak, sopan dikit sama sahabat gue? Gak perlu ketus gitu. "

"Sahabat lo yang gak sopan duluan, " balas Alfa membela diri. Dia tidak peduli dengan reaksi Anggi yang terlihat terluka karena ucapannya. Ia merasa cewek itu pantas menerimanya.

Jennie menghela napasnya. Ia malas berdebat dengan Alfa. Apalagi di depan Anggi. Setelahnya dia hanya diam. Begitu pula dengan Alfa. Anggi pun merasa bersalah karena menyulut pertengkaran diantara keduanya. Ia menatap Jeno dengan tatapan memelas meminta bantuan.

"Ya udah kalau gitu kita tunggu aja sampai Alfa mau diajak jalan. Gak perlu buru-buru kok. Toh kita lulusnya masih lama, ya gak? " Jeno merangkul Anggi dan tersenyum lebar. Ia memberi kode pada Alfa agar mengakhiri perang dingin itu.

"Ya udah, " ucap cowok itu cuek.

Jennie hanya tersenyum singkat. Ia mengaduk-aduk jus jeruknya sementara Alfa menatapnya. Ia bisa merasakan tatapan intens cowok itu kepadanya; membuatnya sedikit merasa tak nyaman.

"Ntar pulang sekolah gue anterin pulang ya? " ucap Alfa.

Jennie menoleh ke arahnya. Cowok itu kembali tersenyum; senyum yang bisa membuat cewek mana pun meleleh. Tapi tidak dengan Jennie.

Jennie menganggukkan kepalanya menyetujui rencana itu. Well, lagi pula banyak yang harus dia bicarakan dengan Alfa. Dan pulang bersama adalah kesempatan bagus untuknya membicarakan itu.

"Oke, kalau gitu sampai jumpa pulang sekolah, sayang. " Alfa bangkit berdiri dan mengelus kepala Jennie singkat. Kemudian dengan kaki panjangnya ia berlalu meninggalkan kantin diikuti oleh Jeno.

"Kyaaa, sayang! " jerit Anggi tertahan setelah Alfa beranjak dari sana.

Jennie mengusap lehernya dan tersenyum tidak nyaman pada Anggi. Tatapan penasaran dari Anggi dan siswa-siswa dikantin membuat perutnya terasa mulas. Jennie menyeruput jus jeruknya seraya membuang pandangan. Ia pura-pura tidak peduli.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang