Jennie menarik pintu mobil Alfa hingga terbuka. Cewek itu masuk ke dalamnya dan mendapati Alfa yang sedang bermain game diponselnya.
"Hai, sorry. Kamu nunggunya gak lama kan?" tanyanya seraya merapikan rambutnya yang tertiup angin. Ia menoleh ke arah Alfa yang tengah menatap layar ponselnya dengan serius.
Alfa menggeleng. "Gak kok. Tapi bentar ya, aku seleseiin mainnya dulu? " ucap cowok itu tanpa memberi atensi pada Jennie.
Jennie mengangguk dengan senyuman yang terkesan dipaksakan. Gadis itu menunggu dengan gelisah karena Alfa tak kunjung menyelesaikan permainannya. Selang 20 menit kemudian, setelah kurang lebih dua kali game over, barulah Alfa berhenti dengan raut kesal sekaligus menyesal. Jika saja dia tidak menoleh ke arah Jennie yang tengah memasang raut wajah kesal mungkin ia akan bermain satu game lagi.
"Oke, kita mau kemana? " tanyanya pada Jennie seraya memasang wajah ceria yang dibuat-buat.
"Terserah, " Jawab Jennie tanpa menoleh ke arah Alfa. Cewek itu menatap kuku jari tangannya yang baru selesai di manikur.
"Hmm, kamu mau makan dulu? "
"Terserah."
"Atau kamu mau nonton? "
"Terserah sih. "
"Kok terserah?"
"Ya, terserah. " Jennie membuang pandangan keluar Jendela. Dia kesal karena harus menunggu Alfa bermain game. Bukankah ini pertama kali mereka jalan setelah jadian? Dia pikir Alfa akan antusias menyambutnya. Atau paling tidak cowok itu akan terpesona saat melihat penampilannya hari ini. Padahal dia sudah berusaha keras agar terlihat cantik dihadapan cowok itu.
Alfa menghela napasnya dan memutar tubuhnya ke arah Jennie. Ia perhatikan raut wajah pacarnya itu dengan saksama. Jennie menatap ke arah lain asalkan tidak padanya. Dari situ Alfa menarik kesimpulan kalau dia tidak buru-buru menyelesaikan masalah ini Jennie akan semakin kesal padanya.
"Marah ya?" tanya Alfa lembut. Cowok itu mengelus puncak kepala Jennie pelan.
Hening. Jennie sama sekali tidak menyahut.
"Aku harus ngapain nih supaya kamu ga marah lagi, hmm? " tanya Alfa lagi. Cowok itu menatap Jennie lekat.
"Ga tau, " balas Jennie, masih saja kesal.
"Ya udah. Hari ini kamu yang pegang hp aku. Aku ga bakal main game lagi seharian ini. Gimana? "
Sebuah senyuman tertahan muncul dibibir Jennie. Alfa ikut tersenyum dan mengecup punggung tangan Jennie. Cowok itu meronggoh ponselnya dan menyerahkannya pada Jennie. "Nih."
Jennie menerima ponsel itu dan menatap tangannya yang tadi dikecup oleh Alfa. Serangan itu tentu saja membuat detak jantungnya tak beraturan. Ia menatap cowok itu. Alfa juga menatapnya dengan tatapan yang hangat. Cowok itu mengelus rambutnya.
"Ya udah, yuk. Mau kemana? "
"Terserah kamu, " balas Jennie. Kali ini tidak ada lagi nada kesal di suaranya. Hanya ada nada manja yang terdengar. Alfa tertawa kecil.
"Ya udah. Terserah aku. Tapi nanti jangan protes ya. "
Jennie mengangguk. Dan tak lama mobil itu pun melaju meninggalkan perumahan tempat Jennie tinggal.
***
"Kok kesini? " tanya Jennie begitu mereka sampai di parkiran basement sebuah Mall.
"Karna disini semua yang kamu suka bakalan ada, " Alfa menggedikkan bahunya seraya turun dari mobil.
Jennie memutar bola matanya malas dan mendengkus. "Good, " ucapnya kesal pada diri sendiri. Sepertinya hanya dirinya yang merasa kencan hari ini sangat spesial. Padahal seseorang yang kini menyandang status sebagai cowoknya menganggap ini hanya biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JeNa (Jennie and Alfa) || COMPLETE ||
Teen Fiction"Gue tau lo kesulitan di mata pelajaran eksak, dan gue ahli dibidang itu. Gue bisa bantu lo jadi tutor lo supaya misi lo semester ini berhasil. " Ucapan Alfa tersebut berhasil menarik perhatian Jennie. Cewek itu terlihat tengah memikirkan ide yang d...