Tangis

77 9 16
                                    


Bel tanda pembelajaran hari ini telah usai berbunyi. Seluruh siswa yang ada dikelas berhamburan keluar. Kecuali siswa kelas XII MIPA 5. Beberapa siswa tampak gelisah karena masih belum menyelesaikan tugas yang diberikan bu Andin.

"Ck, kenapa ga dijadiin PR aja sih? Pusing nih gue! " rutuk Anggi karena sudah sepuluh menit sejak bel berbunyi mereka masih belum selesai juga. Padahalkan dia ingin segera pulang!

Jennie hanya diam seraya tetap fokus menyelesaikan soal Kimia yang diberikan bu Andin. Cewek itu bergegas karena ada yang hendak dilakukannya setelah ini. Tak lama kemudian ia berhenti menulis dan memberikan bukunya pada Anggi. "Nih, udah selesai."

"Huaaa, thank you Jeeeen. Lo emang sahabat gue yang paliiiiing baik, " ucap Anggi dengan tatapan memuja. Seolah Jennie baru saja menyelamatkan hidupnya.

Jennie memutar bola matanya malas. Bu Andin sudah keluar sejak tadi. Mereka diminta menyelesaikan tugas tersebut dan mengumpulkannya ke kantor majelis guru. "Kalo gitu lo kumpulin tugas gue ntar ya. Gue mau cabut nih, " ucap Jennie sambil menyandang tasnya.

"Emangnya lo mau kemana? " tanya Anggi heran. "Kenapa gak bareng aja? "

"Gue mau nyari si Alfa nih. Mau ngomong sama dia, " jelas Jennie. Semalam dia sudah membulatkan tekadnya untuk berbicara lagi dengan Alfa siang ini. Jennie tidak akan menyerah hingga dia mendapatkan jawaban. Ya, jawaban atas sikap Alfa yang dingin padanya akhir-akhir ini.

"Masih belum selesai juga masalah lo berdua? "

Jennie menghela napas panjang. Dan itu sudah cukup menjawab pertanyaan Anggi. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar. "Ya udah, gue cabut duluan ya?" pamit Jennie.

Anggi menggangguk dan menatap Jennie kasihan. Sepertinya sahabatnya itu sesuka itu pada Alfa. Biasanya mana pernah seperti itu pada pacar-pacarnya. Yang ada malah pacar Jennie yang mencari Jennie lebih dulu jika bertengkar. Bahkan saat yang melakukan kesalahan adalah Jennie, tetap saja pacarnya yang mohon-mohon meminta maaf padanya.

"Ya udah, good luck ya! " seru Anggi.

Jennie mengangguk lalu melangkah meninggalkan ruangan kelasnya menuju kelas Alfa. Dia harap Alfa belum pulang karena dia sempat mengirim pesan pada cowok itu agar menunggunya.
Namun sesampainya di kelas Alfa, Jennie harus meneguk kekecewaan karena kelas itu telah kosong.

Akhirnya Jennie berusaha menghubungi Alfa lewat ponselnya. Namun ia justru terhubung pada mailbox. Jennie menghela napas berat. Rasa  kesalnya menukik tajam karna Alfa tidak menunggunya. Apa susahnya sih menunggu sebentar saja?

Ditengah kekesalan itu Jennie mendapati Alfa yang tengah bermain basket dengan teman-temannya di lapangan basket. Cowok itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Tanpa sadar Jennie menghembuskan napas lega. Setidaknya cowok itu masih belum pulang. Jadi dia memutuskan menunggu Alfa selesai latihan di pinggir lapangan.

Cukup lama Jennie menunggu di sana. Kira-kira selama setengah jam Alfa dan teman-temannya selesai bermain. Alfa datang mendekat ke arah Jennie. Tubuh cowok itu dipenuhi keringat. Jennie menyodorkan minuman yang tadi dia beli dikantin kepada Alfa dan cowok itu langsung meneguknya hingga tandas setengahnya.

"Makasih, " ucap cowok itu seraya duduk diatas bangku yang terbuat dari beton yang ada dipinggir lapangan. Mereka duduk bersebelahan. Teman-teman Alfa kembali bermain dilapangan. Alfa melambai pada teman-temannya agar melanjutkan permainan tanpa dirinya.

Hening. Tak ada suara diantara mereka. Alfa mengamati permainan teman-temannya dilapangan. Sementara Jennie sedang menimbang-nimbang dikepalanya bagaimana caranya membuat Alfa terbuka padanya. Sejujurnya dia merasa frustasi karena dirinya sendiri tidak mengetahui kesalahannya.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang