Jennie menatap pantulan wajahnya sendiri di hadapan cermin. Wajahnya terlihat sedikit kusam dengan kantung mata di bawah matanya. Ia mengerinyit tidak senang. Ini semua karna Alfa. Cowok itu sudah membuatnya kesulitan tidur tadi malam gara-gara dia tak kunjung membalas pesannya.Bukannya dia seharusnya bicara sesuatu setelah mendapatkan jawaban Jennie? Tapi tidak. Cowok itu justru membiarkan pesannya hanya terbaca. Hal itu membuat Jennie menjadi uring-uringan. Sialan. Apa dia berubah pikiran soal tawarannya? Kenapa Jennie merasa dirinya baru saja ditolak ya? Padahal bukan dirinya yang punya ide untuk pura-pura jadi pacarnya Alfa.
Apa pun itu, Jennie memutuskan untuk tidak peduli sama sekali. Saat ini ada sesuatu yang lebih penting. Dia harus cepat bersiap agar tidak terlambat ke sekolah dan dihukum guru piket. Walaupun bukan anak yang pintar, Jennie paling tidak suka terlibat masalah dengan guru di sekolah.
Dengan terburu-buru Jennie mengaplikasikan skincare ke wajahnya. Skincare itu tidak banyak membantu. Tapi setidaknya wajahnya terlihat lebih baik dari sebelumnya.
Suara ponselnya yang ada di atas meja belajar mengalihkan perhatian Jennie. Cewek itu segera meraih benda persegi panjang itu. Nama Alfa tertera disana membuat jantungnya entah kenapa berdegup kencang.
Setelah menenangkan diri sejenak, barulah Jennie mengangkat telpon itu. "Apa? " jawab Jennie tanpa basa basi. Dia pikir dia tidak perlu bermanis-manis dengan cowok satu itu walau pun statusnya sekarang adalah pacarnya --meski hanya pura-pura. Dan itu pun masih belum pasti karena dia tidak yakin apakah Alfa hendak mengubah keputusannya. Lagi pula, cowok itu duluan kan yang tidak membalas pesannya?
"Halo? Good morning. Selamat pagi. Lo gak bisa salam dikit dulu apa? " tanya Alfa diujung sana.
Ucapannya itu dibalas dingin oleh Jennie. "Lo ngapain sih nelpon gue pagi-pagi? Ganggu tau gak lo! "
"Gue jemput lo ya? " tawar cowok itu.
Jennie geregetan. "Jemput? Ngapain? Males banget! "
"Oh, kalau gitu ya udah. "
Tuuuuut. Panggilan itu pun diputuskan begitu saja secara sepihak. Jennie menatap layar ponselnya yang telah kembali ke wallpaper semula dengan perasaan tak percaya. Sialan. Dimatiin gitu aja?
***
Jennie melangkahkan kaki melewati koridor menuju kelasnya dengan perasaan kesal. Kejadian tadi pagi betul-betul merusak moodnya. Coba saja kalau dia bertemu si Alfa nanti. Dia akan mencekik cowok itu hingga lehernya putus.
Langkah kaki Jennie tiba-tiba saja terhenti di koridor. Bola matanya menangkap sosok familiar yang kini berdiri di depan kelasnya. Jennie berdecih tidak percaya sosok yang sedang dia maki-maki dalam hati itu muncul di depannya. Alfa tengah bersandar di tembok kelasnya sambil menatap dirinya yang tengah melangkah mendekat. Cewek itu pun datang menghampiri Alfa.
"Lo ngapain ada disini? " tanya Jennie tanpa basa basi. Ia menatap Alfa tidak percaya. Berani-beraninya cowok itu muncul setelah memutuskan sambungan telpon begitu saja!
Alfa menggedikkan bahunya. Sebuah senyuman iblis melekat di bibir cowok itu. Ia menatap Jennie dari ujung kaki hingga kepala dengan jenaka. Seolah dia sudah mendeteksi kekesalan yang ada pada cewek itu saat ini. "Nungguin pacar gue? " ucapnya menggoda.
Jennie tertawa tak percaya. Setelah pengabaian yang dia dapatkan tadi malam dan juga pagi ini, Jennie sedang tidak ingin melihat wajah cowok itu. "Pergi lo!" usirnya seraya mendorong Alfa agar segera enyah dari hadapannya.
Alfa tertawa renyah. "Pagi-pagi udah marah ntar cepat tua loh! " ucapnya lembut seraya mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Jennie. Tapi sebelum itu terjadi, Jennie telah lebih dulu menepis tangan cowok itu diudara.
"Emangnya gara-gara siapa gue marah! " seru Jennie tanpa berusaha menyembunyikan emosinya.
Sebuah senyuman bermain disudut bibir Alfa. "Jadi bener lo marah?"
Jennie memicingkan matanya kesal. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ya, trus lo mau apa hah? "
"Gak mau ngapa-ngapain. Marah aja. Lo lucu kalo marah, " ucap Alfa dengan jenaka.
Jennie sentak menendang kaki cowok itu. Tapi Alfa sudah melihat gerakannya lebih dulu. Hingga cowok itu dengan gesit bisa menghindar.
"Ish! "
Kesal, Jennie memilih pergi dari tempat itu menuju kelasnya. Namun, langkahnya terhenti karena Alfa menarik ransel yang ia sandang. Ia terpaksa mundur ke arah cowok itu."Lo kesel karna tadi pagi gak gue jemput? Kan lo sendiri yang nolak tawaran gue,hmmm? " gumam Alfa dalam.
"Siapa yang kesel? Gak usah kegeeran deh lo! "
"Kalau gak kesel, senyum dong! " Alfa menarik kedua sudut bibirnya --tersenyum lebar. Yang dibalas Jennie dengan senyum palsu yang tak kalah lebarnya.
"Udah? Puas kan lo? Sekarang lepasin tas gue! " ujar Jennie sambil menatap tangan Alfa yang sedang menggenggam tali tasnya.
Alfa mengangkat sebelah alisnya. Sikapnya itu membuat Jennie jadi geregetan. Karena kejadian itu mereka sekarang menjadi pusat perhatian anak-anak yang berlalu lalang dikoridor. "Lepasin gak? Keburu anak-anak lain pada salah paham! " ucap Jennie memperingatkan.
"Gue justru disini buat bikin semua orang salah paham," ucap Alfa membuat Jennie menatapnya tak percaya.
Detik berikutnya Alfa merangkul Jennie dan menyeret cewek itu masuk ke kelasnya. Jennie berusaha berontak dari jeratan Alfa namun tenaga cowok itu lebih kuat. Tak lama mereka telah berdiri di depan kelas. Kehadiran dua orang most wanted itu tentu saja menarik perhatian belasan mata yang berada disana. Bahkan anak kelas lain yang lewat di koridor ikut berhenti untuk melihat pemandangan langka itu.
"Perhatian semuanya! Mulai hari ini, gak ada yang boleh gangguin Jennie lagi. Dia udah resmi jadi cewek gue," ucap Alfa dengan suara lantangnya.
Ucapannya itu membuat suasana kelas yang semula tenang sentak menjadi ricuh.
"Wooooooooooooo!! Serius Al?"
"Selamat ya! "
"Wah, berita besar ini! Pasti bakalan heboh satu sekolah! "
Shit! Jennie menutup mukanya karna malu. Ucapan Alfa tentu saja mengundang sorak sorai dari teman-teman sekelasnya. Juga anak lain yang ada di koridor kelas.
Sialan. Si Alfa gak malu apa ngomong gitu di depan anak-anak? Jennie benar-benar tidak menyangka kalau Alfa akan melakukan itu! Begitu juga dengan anak-anak yang lain --mungkin-- tidak menyangka Alfa akan bertindak seperti itu. Alfa yang biasanya terlihat dingin dan kaku, tiba-tiba mengumumkan di depan semua orang agar tidak mengganggu pacarnya. Tindakannya itu benar-benar out of character. Tapi berkat itulah semua anak dikelas itu jadi percaya kalau Alfa benar-benar menyukai Jennie.
Jennie melepaskan dirinya dari rangkulan Alfa dan melangkah menuju bangkunya. Ia masih menutup wajahnya karena malu. Ia tidak sanggup melihat tatapan-tatapan menggoda yang di arahkan teman-teman sekelasnya padanya.
"Cieee pacarnya Alfa cieeee. "
"Cieeee Alfa nih yeeeee. "
"Traktiran Jen, jangan lupa! "
Jennie duduk di mejanya, melipat tangannya, dan membenamkan wajahnya disana. Sorak sorai disekitarnya masih belum mereda.
Tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Jennie bisa langsung menebak siapa dia. Siapa lagi kalau bukan Alfa? Seakan belum puas mempermalukannya, cowok itu pun membelai kepalanya pelan penuh kasih sayang --yang tentu saja dibuat-buat. "Woi udah woi! Malu nih! " ujap Alfa pada cowok-cowok kelasnya yang bersorai tidak jelas. Jennie bisa mendengar suara tawa tertahan Alfa meskipun dia tidak bisa melihat wajahnya.
"Aku ke kelas dulu ya sayang. Kamu hati-hati ya disini, " ucapnya, semakin memperkeruh suasana. Jennie pun bangkit berdiri dan memukul Alfa dengan tas sandangnya.
"Aish, buruan pergi lo dari sini! Pergi gak lo! Pergi! " usirnya kesal.
Dan Alfa tertawa puas. Cowok itu pun melenggang pergi dari kelas Jennie. Meninggalkan Jennie dengan tatapan menggoda teman-temannya. Jennie mengedarkan pandang kesekitarnya. Aish. Sial. Semua orang menatapnya dengan penasaran. Dan ia pun kembali membenamkan wajahnya di dalam lipatan tangan. Menghindar dari tatapan-tatapan ingin tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JeNa (Jennie and Alfa) || COMPLETE ||
Teen Fiction"Gue tau lo kesulitan di mata pelajaran eksak, dan gue ahli dibidang itu. Gue bisa bantu lo jadi tutor lo supaya misi lo semester ini berhasil. " Ucapan Alfa tersebut berhasil menarik perhatian Jennie. Cewek itu terlihat tengah memikirkan ide yang d...