Break

45 4 0
                                    

"Lo darimana aja sih?" tanya Jeno.

Alfa hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Cowok itu menjatuhkan tubuhnya dibangku sebelah Jeno. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan menyandar pada tembok yang ada di sebelahnya.

"Kenapa sih lo, suntuk banget gitu," ucap Jeno penasaran. Ia menatap layar ponsel Alfa yang memajang foto Jennie sebagai wallpapernya. Harus ia akui, Jeno sedikit geli melihat sahabatnya yang semula dingin itu bersikap layaknya orang kasmaran. Tapi setelah beberapa waktu, ia menjadi terbiasa. Bagaimana pun dinginnya Alfa terlihat di luar, ia juga manusia biasa yang punya perasaan.

Alfa tampak menggeser layar dan scrolling instagram. Tak lama keduanya sama-sama melihat instagram story Jennie bersama dengan Anggi. Jeno segera menjauhkan diri setelah melihat story itu. Dia masih dalam proses move on dari sahabat Jennie itu. Jadi sebisa mungkin ia tak ingin melihat postingan yang ada Anggi.

"Anak-anak pada nyariin lo. Hari ini kita kan final basket."

"Lo cari yang lain deh. Gue lagi males," ujar Alfa terdengar kesal.

"Al, ini final! Dan lo kapten tim basket kita! Yang bener aja lo!"

Alfa tak menyahut. Air mukanya tak ada semangat. Jeno merasa ada yang salah dengan sahabatnya itu.

"Lo kenapa sih?" desak Jeno.

"Gue udah bilang ke Jennie soal rencana gue kuliah di Jerman," jelas Alfa.

Kedua bola mata Jeno membulat. Cowok itu menutup mulutnya dengan dramatis. "Trus Jennie bilang apa?"

"Dia minta break sama gue."

Lagi, Jeno menutup mulutnya tak menyangka. Ia tahu Jennie tak akan mudah menerima keputusan Alfa. Tapi ia tak menyangka Jennie akan sejauh itu menanggapinya.

"Trus lo setuju?" tanya Jeno penasaran.

"Yaiya. Trus mau diapain lagi," jawab Alfa lesu.

"Yaelah. Kalau udah gitu mending lo pepet terus dia. Bilang lo gak mau kehilangan dia. Bukannya terima-terima aja. Nyesel kan lo jadinya?"

Alfa menggeleng. Itu bukan ide yang bagus menurutnya. "Biarin aja. Gue gak mau dia nerima gue karna terpaksa."

Alfa bangkit berdiri. Ia merangkai langkah hendak meninggalkan ruangan kelasnya.

"Woi Alfa, lo mau kemana?"
"Kantin."

Jeno bangkit dan menyusul Alfa. Kedua cowok itu pun melangkah menuju kantin sekolah.

***

Setibanya di kantin tatapan Alfa tampak terpaku menatap Jennie yang juga sedang berada disana.

Jennie tampak tertawa menanggapi ucapan Anggi. Entah apa yang lucu. Tapi menurut Alfa pemandangan yang dilihatnya sama sekali tidak lucu. Apa hanya dia yang tersiksa karena tidak bisa menghubungi Jennie dari semalam? Walau hanya untuk mengatakan 'good night, have a nice dream.'

Ya, Alfa sangat merasa tersiksa. Ia tak bisa melakukan rutinitasnya yang biasa. Ia tak bisa menghubungi Jennie pagi ini dan menjemputnya seperti biasa. Ia hanya bisa menatap Jennie dari kejauhan seperti ini.

Dan hal yang membuat Alfa semakin kesal adalah disana Jennie juga ditemani cowok-cowok anak kelasnya. Ardito, Marko, Rafa, you name it. Alfa tidak pernah suka pada cowok-cowok dikelas Jennie karena menurutnya mereka suka caper pada gadis itu. Tapi sekarang? Apa Alfa masih berhak marah melihat pemandangan ini?

"Maksudnya break itu gini ya?" ujar Alfa dengan rahang mengetat.

Jeno tak berani membuka mulut karena tatapan Alfa saat ini sangat menyeramkan. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Alfa pergi dari kantin. Jeno mengikutinya dibelakang dengan prihatin.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang