"Al, tunggu Al!"
Alfa terus melangkah meski mendengar suara itu memanggilnya.
"Alfa, berenti. Aku mau ngomong sama kamu!"
Alfa menghentikan ayunan langkahnya dan berbalik. Jennie yang berada tepat dibelakangnya pun menabrak tubuhnya. "Aww," aduh gadis itu. Kemudian mengambil satu langkah ke belakang.
Manik mata Alfa menatap Jennie dalam. Gadis itu begitu dicintainya tapi gadis itu juga menyakitinya. Batinnya berperang diantara ingin merengkuh gadis itu ke dalam pelukan atau mendorongnya menjauh darinya.
"Aku tau kamu marah sama aku," ucap Jennie.
Alfa berkacak pinggang dan mengangguk.
"Oke, aku paham. Aku yang salah." Jennie berusaha menata napasnya yang kembang kempis karena tadi berusaha mengejar Alfa. "Tapi aku, gak ada hubungan apa-apa sama Rafa."
Alfa menyeringai tidak percaya akan ucapan Jennie. "Kamu harusnya liat ekspresi kamu sendiri saat ngomong sama dia. Kamu yakin gak ada apa-apa?"
"Aku gak ada hubungan apa-apa!" tegas Jennie.
"Kamu gak harus dalam satu hubungan buat punya perasaan sama seseorang-"
"Kamu gak percaya sama aku?"
"Kalau kamu jadi aku, kamu percaya gak?"
"Percaya. Aku gak mungkin ngelakuin yang kamu tuduhin!"
"Oh ya?" Alfa tertawa tidak percaya. "Kamu tau Jen, kayaknya gak hanya kamu yang gak siap sama hubungan jarak jauh. Aku juga sama sekarang."
"Maksud kamu apa?" Jennie bertanya tak habis pikir. "Kamu nuduh aku? Kamu udah gak percaya lagi sama aku?"
"Pikir sendiri. Kamu punya otak kan buat mikir?" usai berujar begitu Alfa beranjak meninggalkan Jennie.
Kali ini Jennie tidak mengejarnya. Gadis itu menyugar rambutnya dengan perasaan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
***
Alfa melempar bola ke arah ring. Ia melakukannya berkali-kali namun tembakannya selalu meleset.
Jam pulang telah lewat satu jam lalu. Sekolah telah lengang. Hanya ada dia sendirian di lapangan saat ini.
Alfa menyeka peluhnya. Amarah yang ia pendam di dalam hatinya tak kunjung padam. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini.
"Al..." Jeno datang menghampirinya. Rupanya sahabatnya itu belum pulang. Ia hanya memperhatikan Alfa dari pinggir lapangan sedari tadi.
"Lo bilang mereka udah deket dari kelas sepuluh?" tanya Alfa retoris.
Jeno memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap ring yang ada di atas mereka. "Mereka cuma temenan. Rafa punya cewek, walau sekarang udah putus."
"Gak ada yang namanya temen diantara cewek dan cowok." Alfa kembali melempar bola ke arah ring. Hasilnya meneguk kekesalan karena kembali gagal membuat bola itu masuk.
"Ya kalau lo khawatir, lo harusnya larang Jennie buat deket sama dia. Udah, beres kan?"
Jeno tidak mengerti kenapa Alfa menyiksa dirinya sedemikian rupa. Seharusnya ia hanya perlu meminta Jennie agar tidak dekat lagi dengan Rafa dan berbaikan dengan cewek itu.
Alfa mendecih. "Gue gak bisa setiap saat ngasih tau dia buat deket atau enggak sama orang. Kalau gue mau lanjut, gue bakalan jauh dari dia. Dan selama itu, gue gak akan tau dia deket sama siapa aja."
Jeno menghembuskan napas lelah. Cowok itu menepuk bahu Alfa prihatin. "Kalau lo segitu gak percayanya sama dia, mendingan putus aja. Toh dia bukan satu-satunya cewek di dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
JeNa (Jennie and Alfa) || COMPLETE ||
Teen Fiction"Gue tau lo kesulitan di mata pelajaran eksak, dan gue ahli dibidang itu. Gue bisa bantu lo jadi tutor lo supaya misi lo semester ini berhasil. " Ucapan Alfa tersebut berhasil menarik perhatian Jennie. Cewek itu terlihat tengah memikirkan ide yang d...