Alfa merasakan gelombang marah menguasainya. Cowok itu melirik layar ponsel yang berisi pesan-pesan dari Jennie.
Al, lo lagi sibuk ya?
Yah, di read aj
Hellow?
Missed voice call
Al, ntar kalo udah ga sibuk telpon gw y
Alfaaaaaaaaa
Kemana sih? Ih
Nyebelin tau gak loCowok itu berdecih. Dewa batinnya mengejek tindakannya akhir-akhir ini. Cewek itu sudah memperbudaknya. Dia membuat Alfa melakukan segala hal untuknya. Hal-hal yang sebenarnya mengganggu bagi Alfa. Tapi dia membiarkan cewek itu berlaku sesukanya.
Alfa mendengkus. "Ya, gue bodoh. Gue tolol, " pikir Alfa.
Ia menyingkirkan ponselnya begitu saja dan melanjutkan permainannya. Matanya bisa saja berada pada layar LCD dihadapannya. Namun pikirannya berada ditempat lain. Alfa mengingat pembicaraannya dengan Jeno kemaren.
"Lo cemburu ya?"
Pertanyaan Jeno itu membuat Alfa kelimpungan. Cowok itu tertawa dengan rasa tak percaya. "Gue? Cemburu?" tunjuknya pada dirinya sendiri. Ia menatap Jeno seakan Jeno baru saja mengatakan bahwa gajah bisa terbang.
"Ya siapa tau aja. Lo tadi bukannya mau nyamperin Jennie ya? " ujar Jeno.
"Enggak, " kilah Alfa.
"Lo gak usah bohong deh Al. Gue itu kenal lo udah dari lama jadi gue gak mungkin salah. "
"Sok tau lo! " Alfa meninggalkan Jeno begitu saja. Dimata Jeno sudah jelas sahabatnya itu tengah menghindar.
Alfa menghela napasnya. Cowok itu berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang ada dihatinya saat ini. Ia berusaha memusatkan pikirannya pada game yang sedang dimainkannya. Tapi tak bisa. Tiba-tiba saja dia kehilangan mood untuk bermain.
Alfa menatap ponselnya. Cowok itu menghela napas berat. Pesan-pesan itu begitu menggoda baginya. Ia ingin sekali membalasnya namun egonya menahannya.
***
"Lo mestinya ngomong baik-baik sama dia, " nasehat Jeno saat mereka tengah berada di kelas.
Alfa hanya diam saja. Cowok itu tidak merasa punya kewajiban menanggapi ucapan Jeno. Selama beberapa hari ini Jeno sedang aktif-aktifnya berusaha mendamaikan Alfa dan Jennie. Tentu saja itu karena Anggi meminta bantuannya. Cewek itu tidak tahan melihat sahabatnya kebingungan menghadapi sikap Alfa yang menurutnya berubah dengan tiba-tiba. Alfa kembali lagi pada habitat lamanya --dingin.
Dia tidak membalas chat Jennie dan bersikap dingin pada cewek itu saat bertemu. Mereka bahkan belum belajar bersama lagi sejak ujian selesai satu minggu lalu. Setiap kali Jennie mengajaknya belajar atau pulang bersama, Alfa selalu saja ada alasan untuk membatalkannya. Hal itu tentu saja membuat Jennie galau dibuatnya. Cewek itu kebingungan menghadapi sikap Alfa.
"Hadeh Al, lo dengerin gue gak sih? " ucap Jeno malas karena dari tadi dia bicara panjang lebar namun sama sekali tidak digubris Alfa.
Alfa bangkit dari tempat duduknya. "Gue ke kantin dulu, " ucap cowok itu pamit.
Jeno menghela napasnya. Memang sulit memberi masukan pada Alfa. Cowok itu tidak akan mau mendengarkan ucapannya jika ia memang sedang tidak ingin. Ia memiliki jalan pikirannya sendiri.
Langkah Alfa terhenti di depan pintu kelasnya. Matanya menatap pintu kelas Jennie yang berada di ujung koridor. Disana dia melihat Jennie sedang tertawa dengan anak-anak cowok kelasnya. Hatinya pun mencelos. Entah kenapa. Kenapa hanya dirinya saja yang merasakan kegalauan ini padahal Jennie sebenarnya sama sekali tidak peduli? Cewek itu memiliki terlalu banyak cowok disekelilingnya. Jennie terlalu mudah membuat cowok bertekuk lutut karna kecantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JeNa (Jennie and Alfa) || COMPLETE ||
Teen Fiction"Gue tau lo kesulitan di mata pelajaran eksak, dan gue ahli dibidang itu. Gue bisa bantu lo jadi tutor lo supaya misi lo semester ini berhasil. " Ucapan Alfa tersebut berhasil menarik perhatian Jennie. Cewek itu terlihat tengah memikirkan ide yang d...