Jennie oh Jennie

127 18 34
                                    

Seperti biasanya saat jam istirahat, kantin sekolah itu sesak oleh lautan manusia yang berlomba hendak mengisi perut. Siswa siswi dari berbagai penjuru sekolah berdatangan memenuhi stand makanan yang berjejer dari pintu masuk kantin. Stand tersebut menawarkan berbagai jenis makanan mulai dari bakso, gado-gado, batagor, hingga makanan berat seperti nasi goreng dan ayam kecap.

Jeno mengelus perutnya yang dipenuhi cacing-cacing yang telah anarkis minta diberi makan. Berbagai menu yang tersedia menggugah selera makannya. Tanpa ragu ia menghampiri stand yang menjual bakso karena itu adalah menu favoritnya.

Alfa menghela napasnya dengan malas. Cowok jangkung itu paling tidak suka jika harus berdesak-desakan. Ada bau keringat yang menyengat. Ditambah lagi kebisingan yang disebabkan oleh penghuni kantin memekakkan telinganya. Matanya mengedar keseluruh penjuru kantin. Mencari tempat yang paling sepi pengunjung.

"Minggir, " ucap seseorang yang tiba-tiba telah berdiri dihadapannya --seorang cewek cantik dengan rambut panjang terurai. Cewek itu menatapnya kesal dan sinis. Alfa mengangkat sebelah alisnya. Dia merasa dia tidak melakukan kesalahan.

"Kenapa ya? " tanya Alfa berpura-pura bodoh.

"Gue bilang minggir! " ucap cewek itu ngotot.

Cewek yang ada dihadapannya ini adalah Jennie --cewek paling modis, cantik, dan paling populer di sekolah ini. Satu-satunya cewek yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada Alfa. Bahkan bisa dibilang cewek ini adalah satu-satunya cewek yang membencinya.

"Lo yang minggir, " ucap Alfa tak mau kalah.

Rahang cewek itu terbuka lebar. Urat lehernya tampak menegang. Dia menatap Alfa seolah hendak membakar cowok itu hidup-hidup. Ya, memang sejauh itu cewek bernama Jennie ini membencinya. Kalau saja ini zaman purba dimana membunuh itu tidak mendapat ganjaran, cewek itu pasti sudah melempar kapak padanya.

"Heh, yang ngalangin jalan tuh elo tau gak. Gak liat ini gue bawa makanan segini banyak? " hardik cewek itu. Ia menunjuk nampannya yang berisi bakso, tekwan, nasi goreng, dan dua gelas jus jeruk. Alfa meneguk liurnya. Cewek yang badannya sekecil ini ternyata makan segitu banyak.

"Terus hubungannya sama gue? " ucap Alfa menantang.

"Lo budek ya? Atau telinga lo itu pajangan doang? Gue bilang lo ngalangin jalan! "

Alfa mengorek kupingnya malas. Sikapnya acuh tak acuh. Pandangannya mengedar ke sekitar. Mereka berdua mendadak jadi pusat perhatian anak-anak yang ada di kantin. Well, tanpa membuat keributan pun biasanya keduanya sudah menarik perhatian. Dengan tubuh yang tinggi menjulang bak model, ramping, dan wajah good looking, kemana pun mereka pergi, tatapan terpesona selalu mengikuti keduanya. Apalagi dua makhluk paling menarik di SMA itu sedang berdiri berhadapan seperti ini. Keduanya bak tokoh fiksi yang baru keluar dari komik.

"Resek banget sih lo jadi cewek, " umpat Alfa. Dia sebenarnya bisa saja memperpanjang perdebatan, tetapi ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Cowok itu memberi jalan pada Jennie agar cewek itu bisa lewat. Cewek itu melangkah melewatinya tanpa mengucapkan terima kasih. Alfa meliriknya dengan risih.

"Woi Alfa, lo gak jadi pesen makan? " teriak Jeno dari stand penjual bakso. Cowok itu dari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan sahabatnya itu. Khawatir kalau Alfa kembali ke kelas tanpa memberi tahunya. Kan tidak seru kalau makan sendirian dikantin!

Alfa dengan langkah malas-malasan menyusul cowok satu itu. Tingkah Jeno kadang seperti anak ayam yang kehilangan induk. Cowok itu tidak bisa kehilangan Alfa sebentar saja saat mereka ditempat ramai.

"Kenapa lagi lo sama Jennie? " tanya Jeno yang rupanya memperhatikan tingkah kedua orang itu dari tadi. Cowok itu sekarang sedang menikmati goreng tahu yang tersedia disana.

"Biasa, resek! " ujar Alfa malas. Ia tidak mau membahas cewek itu.

Bukan rahasia lagi kalau dari kelas dua kedua orang itu bak tom and jerry. Jennie adalah Tomnya, dan Alfa tikusnya. Mereka dulu satu pengurusan OSIS. Kebetulan Jennie itu sekretaris OSIS sedangkan Alfa adalah Ketua bidang Olahraga. Keduanya terlibat pertengkaran setiap kali ada acara OSIS dan Alfa secara kebetulan menjadi bawahan Jennie. Jennie sering kali memarahi Alfa karena kerja cowok itu tidak becus. Well, jangan salahkan Alfa. Ia juga terpaksa masuk OSIS karena Jeno mendesaknya. Dan dia juga terpaksa melakukan tugas-tugas yang dibencinya --terutama kalau sudah berurusan dengan orang banyak.

"Dia suka kali sama lo! " ucap Jeno sambil tertawa tidak jelas. Entah bagian mana yang lucu dari perkataannya itu.

Alfa mengerutkan dahinya dan menatap Jeno seolah mengatakan lo-udah-gila-ya? Mana mungkin cewek resek sok cantik yang seenaknya sendiri itu menyukainya. Dia dan Jennie itu seperti air dan api yang tidak mungkin bersatu.

"Ya kali aja. "

"Mau neraka jadi es juga gak bakal kejadian! " decak Alfa malas.

"Lagian kenapa sih, lo berdua itu anti banget satu sama lain. Padahal banyak yang bilang lo berdua itu cocok. "

Alfa menatap Jeno seolah ada tanduk yang mendadak muncul dikepala cowok itu. Apa yang diucapkan Jeno sama sekali tidak masuk diakal baginya. Pernyataan itu terdengar menggelikan ditelinganya.
"Idih, cocok. Cocok dari mananya coba. Dari hongkong!" ujar Alfa risih.

"Eh, tapi dipikir-pikir, kayaknya Jennie itu tipe ideal lo deh."

"Maksud lo? "

"Bukannya satu-satunya cewek yang gak suka sama lo di sekolah ini tuh Jennie ya? " Jeno tertawa pelan saat mengingat kejadian-kejadian di masa lalu. Bagaimana Jennie dengan entengnya memukul kepala Alfa dengan berbagai benda saat cowok itu tidak melakukan tugasnya dengan benar. Belum lagi kata-kata sadis yang sering dilontarkan cewek itu saat memarahi Alfa. Sama sekali tidak menunjukkan kasih sayang dan belas kasihan sedikit pun. Sepertinya pesona Alfa sama sekali tidak bekerja pada cewek satu itu.

Alfa memikirkan ucapan Jeno dengan serius. Benar juga ya. Kalau dipikir-pikir Jennie memang termasuk pada tipe idealnya -- minus lembut dan penurut tentu saja.

"Yah, tapi justru itu kali ya. Elo gak mungkin dapetin dia, " Jeno menepuk bahu Alfa prihatin. Sepertinya memang mustahil sekali Alfa dan Jennie bisa bersatu. Bukan hanya karena Alfa tidak mau pacaran, tapi juga karena Jennie sama sekali tidak menyukai Alfa. Bahkan cewek itu sepertinya alergi bertemu Alfa. Jennie selalu saja marah-marah setiap kali mereka berpapasan.

"Kenapa gitu? " Alfa menatap Jeno penasaran.

"Dia itu cewek most wanted di sekolah ini. Setahu gue, banyak banget cowok yang udah di tolak sama dia."

"Gue kan belum nembak dia, " Alfa mengangkat bahunya tak peduli. "Siapa tau kan? " Alfa ikut mengambil dan mengunyah goreng tahu yang ada dihadapannya.

"Percaya sama gue, gak semudah itu nakhlukin Jennie. Mantan-mantannya itu cowok berkelas semua. Ga hanya cakep, tapi juga pinter sama tajir. "

"Gitu ya? "

Sebuah senyuman misterius terbentuk dibibir Alfa. Cowok itu menatap Jennie lama. Sebuah ide cemerlang tiba-tiba saja muncul dibenaknya.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang