Cemburu

87 8 20
                                    

Kening gadis yang masih berpakaian sekolah itu berkerut dengan ekspresi dingin. "Ngapain lo disini? "  Ujarnya dengan tatapan mengusir. Ia tidak ingin berurusan lagi dengan cowok bernama Leo itu. Dia adalah cowok yang paling Jennie hindari dari sekian banyak deretan mantannya --cowok yang paling banyak meninggalkan kenangan buruk dan memalukan baginya.

"Hei, Relax! Gue cuma kebetulan ada disini! " Leo duduk dibangku yang sebelumnya di duduki Alfa tanpa permisi.

Jennie mendengkus dan melipat tangannya di depan dada. Cowok itu masih saja sama. Dia sama sekali tidak berubah dari saat terakhir Jennie bertemu dengannya.

Jennie menatap Leo dengan satu alis terangkat.

"Kenapa sih, kok lo ga bales chat gue?" tanya cowok itu serius.

"Kenapa gue harus? " balas Jennie dingin.

Cowok yang dipanggil Leo itu tertawa keras, cukup keras hingga mengundang perhatian pengunjung yang lain. Jennie mendesah malas melihat kelakuan cowok dihadapannya ini.

Haruskah dia pergi dari sini sekarang? Tapi Alfa masih di toilet. Jennie juga segan meninggalkannya sendirian begitu saja.

"Look, gue tau lo marah sama gue karna kejadian waktu itu. Tapi semua itu udah berlalu oke? Dan udah saatnya lo dan gue buka lembaran baru, " ucap Leo dengan percaya dirinya.

Jennie membersitkan tawa tak percaya. Ini cowok saat tuhan bagi-bagi otak gak hadir kali ya? Kok bisa dia pikir Jennie bakalan maafin dia begitu saja setelah perselingkuhannya. Dan itu gak cuma sama satu cewek, tapi empat cewek! Tolol gak sih?

"Gue heran. Lo punya kaca gak sih di rumah? " jawab Jennie malas. Ia pun tertawa miris. "Lo pikir cowok kayak lo bakal punya kesempatan sama gue? Kalo bukan karna dulu lo ngemis-ngemis sama gue gak bakal gue mau sama lo. Najis tau gak! "

Leo menggigit bibir bawahnya dengan tawa sinis di sudut bibirnya. Sorot matanya berubah marah mendengar kata 'najis' terlontar dari cewek dihadapannya itu. Jennie --cewek itu-- lumayan bernyali juga. Bagi Leo tak seorang pun boleh meremehkannya dengan cara seperti itu. Apalagi ini hanya seorang cewek.

"Lo kalo ngomong bisa sopan dikit gak? " tanya Leo dengan tatapan mengintimidasi.

"Sopan?" tanya Jennie sinis. Dia sama sekali tidak takut pada Leo. "Gak ada gunanya ngomong sopan sama cowok gak tau diri kayak lo! "

"Lo kalo cowok udah gue gampar Jen!" ucap Leo emosi.

"Oh, mau main tangan lo? GAMPAR! GAMPAR KALO LO BERANI! DASAR COWOK GAK ADA OTAK LO! SOK KECAKEPAN! MUKA KAYAK BEKICOT AJA BANGGA LO!"

Mendengar teriakan Jennie, cowok itu pun bangkit berdiri dan tak bisa menahan emosinya. Tangannya bergerak hendak membekap mulut Jennie tapi tubuhnya di dorong dengan kasar oleh seseorang. Seorang cowok yang jauh lebih tinggi dari dirinya, dengan visual yang jauh melampaui dirinya, berdiri membelakangi Jennie. Cowok itu menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Kamu gak papa? " tanya cowok itu pada Jennie.

Gak papa apanya? Justru sebenernya yang harus ditanyai itu dirinya! Batin Leo tak terima. Jennie sudah membuatnya malu karena ucapannya hingga sekarang mereka menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe. Ada banyak mata yang menatap mereka penasaran.

"Gak usah ikut campur deh lo! " ucap Leo geram pada cowok itu. "Ini urusan gue sama nih cewek gila! "

Sorot mata cowok itu berubah tajam. Ia melangkah mendekat pada Leo. "Dia cewek gue. Jadi urusan dia jadi urusan gue. Lo, ada urusan apa sama cewek gue? " tanya Alfa dengan tatapan tak kalah mengintimidasi dari Leo. Rahang cowok itu mengetat dan tatapannya yang tajam seolah menantang. Satu helai rambut saja Leo menyentuh gadisnya, cowok itu takkan segan-segan melayangkan tinjunya.

JeNa (Jennie and Alfa)  || COMPLETE ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang