14

193 33 22
                                    

Rupanya semua ini hanyalah rekayasa.

-Mallika Clarissta Richard-

HAPPY READING!❤️

Hening sebentar karena perkataan Mallika barusan, Revan melepas cekalan tangannya membuat Mallika langsung menarik tangannya.

"Makasih. Jangan lupa besok PAS, gue balik dulu," pamitnya langsung pergi dari situ.

Mallika mengangkat bahunya acuh, toh dia tak peduli mau PAS atau UN sekalipun. Sejak kapan Mallika memperhatikan hal-hal yang berbau sekolah, ya kecuali nyusahin orang.

"Btw kenapa dia bilang makasih tadi?" gumam Mallika sedikit heran.

Mallika menepis pemikiran itu, lalu berjalan pergi menuju kontrakannya.

***

Sore hari tiba, Mallika kembali berangkat kerja ke Jakarta Utara. Tidak peduli dengan PAS juga sikap Revan tadi pagi, dia memilih untuk mencari uang agar kebutuhannya selalu tercukupi.

Siapa lagi jika bukan dirinya sendiri yang melakukannya?

Oh dia hanya rutin check-up setiap hari sekolah, yakni Senin-Sabtu. Memang sekolah Mallika bukan fullday yang hanya bersekolah sampai hari Jum'at, tidak masalah yang terpenting bisa bertemu dengan sang pujaan hati Sumedh.

Huhh... memikirkan wajah Sumedh membuat Mallika mabuk kepayang. Mata hazel dengan sorot tajamnya, hidungnya yang mancung bak perosotan, rambut ikalnya yang seperti mie, lengan kokoh yang pernah mengangkat dan menahannya saat hampir terjatuh.

Rasanya Mallika ingin berteriak mengingat semua itu, sampai tidak sadar bahwa dirinya tengah senyam-senyum sendiri untungnya cafe belum ramai pengunjung dan tidak ada yang memperhatikannya.

Oh gadis ini juga tengah melakukan rutinitasnya, mengelap meja cafe.

Namun bukannya mengelap mejanya, ia malah menarik lalu mengulur serbet yang ia gunakan karena keterusan memikirkan Sumedh.

"Ris. Kamu tolong elapin meja nomer 7 ya, aku mau ke dapur dulu bentar," titah Hani disampingnya tapi tak digubris oleh Mallika.

"Rista."

"Clarissta."

"Denger aku ga?"

"Badgirl cantik."

"Tukang malak!"

"WOE MONYET BUDEG!" pekik Hani kesal membuyarkan lamunan Mallika.

Mallika tersentak kaget, rupanya Hani si gadis polos itu ketularan olehnya.

Ya memang Hani tahu semua tentang Mallika, Mallika sendiri yang menceritakan segalanya kepada Hani. Kecuali tentang keluarga dan kesedihannya.

"APAAN ANJIR!" sahut Mallika tak kalah kesal.

"Kamu daritadi aku panggil ga nyaut-nyaut. Yaudah aku teriak aja."

Mallika menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

"Iya. Ada apa tuan putri Hani?" katanya dengan senyum terpaksa.

IT'S ME MALLIKA [END] '⁰¹'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang