Orang lain tak pantas tahu, bagaimana
baiknya diriku.-Mallika Clarissta Richard-
HAPPY READING!❤️
Meski Revan tidak membalikkan badannya, ia bisa menebak bahwa sahabatnya itu tengah berpura-pura marah padanya agar ia bisa menjawab pertanyaannya tadi.
Revan terkekeh, ia suka menggoda sahabat karibnya sejak SMP itu.
Sahabat Revan--Tiara Xaquila Maheswari, atau sering dipanggil Ara oleh semua orang tapi tidak dengan Revan.
Dia malah memanggil Ara dengan nama 'Dora', itu karena kemampuan stalker juga rasa kepo nya yang tinggi sejak dini.
Revan membalikkan badan menghadap Ara, ia terkejut karena kali ini dugannya salah. Ara bukannya berpura-pura marah, malah menatapnya nyalang sambil terus maju mengikis jarak diantara mereka.
Tentu Revan refleks mundur, ia gelagapan takut akan dipukul oleh Ara.
Oh Revan terkadang bingung, padahal dirinya memiliki badan atletis, otomatis badannya kebal dari serangan kecil seorang gadis seperti Ara.
Tapi ia selalu menghindar dan ketakutan saat Ara akan memukulnya.
"Ra, lo mau ngapain! mundur atau gue cium lo!" ancam Revan. Yah, Ara selalu takut saat diancam begitu, tapi sepertinya kali ini tidak.
"Gue ga takut," sahutnya menantang dan terus maju.
Brukk!
Revan terjatuh ke lantai, itu karena tadinya ia ingin berlari menghindar dari Ara. Tapi bodohnya ia malah menginjak tali sepatunya yang terlepas, siapa yang akan menyelamatkannya sekarang.
Apakah dia akan dipukul habis-habisan oleh Ara?
"Hahahaha," tawa Ara pecah seketika.
"Gila seorang Revan jatoh? gimana harga diri lo sebagai ketos yang cool, Van? hahaha," Ara memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa terlalu berlebihan.
Revan mendengus, malu sekali ia jatuh di hadapan sahabatnya sendiri. Lalu sebuah ide jail muncul di otaknya, ia menatap Ara yang masih tertawa terbahak-bahak.
Posisi Ara ada di sebelahnya dan masih berdiri, ia kemudian menarik tangan Ara yang masih memegangi perutnya.
Refleks, Ara terjatuh di atas Revan. Gadis belia itu melebarkan matanya, Revan tersenyum miring dan membalikkan posisi nya menjadi ia yang berada di atas Ara.
Ekspresi Ara berubah tegang seketika, pipi nya merona dan keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya.
Benar adanya ia selalu takut saat diancam akan dicium oleh Revan, dan sekarang apa yang akan terjadi?
Revan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara, dan berbisik tepat di telinga Ara. "Ancaman gue bakal jadi nyata, Ra."
Jantung Ara berdegup kencang, ia akui sejak pertama kali bertemu Revan memang terdapat perasaan lebih sebagai seorang sahabat.
Yah, Ara mencintai Revan, sayangnya Ara terjebak friendzone karena Revan tidak memiliki perasaan yang sama kepadanya.
Jadi Ara memutuskan untuk memendam perasaannya sendiri, tanpa diketahui oleh Revan.
"ARA!! REVAN!! APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN HAH?! INGIN MERUSAK NAMA BAIK SEKOLAH?!" pekik seorang guru wanita--Bu Hamidah, ia adalah guru killer di sekolah ini.
Revan dan Ara buru-buru bangkit dari posisinya tadi, mereka berjalan menghampiri Bu Hamidah dengan cengiran tak berdosanya.
"Ehh Bu Idaa, kita masuk ke kelas dulu ya. Byee bu!!" Revan langsung membawa Ara berlari menuju kelas, dengan menggandeng tangan Ara.
Bu Hamidah geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. "Anak jaman sekarang," gumamnya lalu pergi menuju perpustakaan sekolah.
***
Sementara itu, Mallika di kelas barunya saat ini tengah memalaki siswa/i disana. Tanpa perduli apakah mereka memiliki uang saku banyak atau tidak, ia bekerja kan? lalu untuk apa uang itu?
Pertanyaan bagus, uang itu bukan untuk Mallika sendiri. Gadis itu mengumpulkan uang mereka menjadi satu, lalu menyerahkannya kepada panti asuhan sekitar.
Niat yang mulia, tapi sayang cara nya salah.
"Mana uang lo? sini cepet! atau lo mau gue pukul hm?" ancam Mallika tanpa perduli siapa orang yang ia palak.
Ia saat ini tengah memalak pada seorang gadis berkacamata, bisa dibilang gadis itu cupu.
Dia mengikat rambutnya menjadi dua menyamping, terdapat tompel yang cukup besar di pipi kanannya.
Dan dia mengalungkan sebuah note book kecil di lehernya, serta menaruh pulpen di saku rok nya.
Gadis itu menggeleng kuat, matanya mulai berkaca-kaca karena takut pada Mallika. Sayang Mallika sama sekali tidak luluh, ia malah dibuat geram olehnya.
Mallika hendak menjambak rambut gadis itu. Tapi gadis itu--Monica Agnesia Geraldine/Monica, dia lebih dulu merobek selembar kertas dari note book nya dan menulis sesuatu disana.
Kerutan alis Mallika memudar, oh rupanya gadis ini bisu. Sedari tadi ia hanya bungkam dan menggeleng, sama sekali tidak berbicara.
Mallika bersedekap dada menunggu apa yang ditulis oleh Monica.
Monica selesai menulis, dan menyerahkan kertas nya pada Mallika, Mallika menerima nya secara kasar dan membacanya.
Maafin aku, aku gapunya banyak uang. Jangan palak aku.
Mallika kembali menatap gadis itu, ada rasa iba di hatinya melihat tatapan memelasnya.
Tapi Mallika tidak mau menunjukkannya, ia tidak ingin dianggap baik oleh siapapun dan selamanya.
"Oke, kali ini lo lepas. Tapi besok-besok ngga! camkan itu," pungkasnya meninggalkan Monica yang menghela napas lega.
Terimakasih Tuhan batin Monica.
TO BE CONTINUED...
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME MALLIKA [END] '⁰¹'
Fiksi Penggemar#01 di highschool Mendapatkan bahagia untukku, sama dengan menimba air dengan ember yang bocor. ✪ IT'S ME MALLIKA ✪ Started : 03/07/2021 Finished : 19/03/2022 By : another_peoplee