29

73 27 29
                                    

Pahlawanku selamanya, kan?

-Mallika Clarissta Richard-

HAPPY READING! ❤️

Kedua pasangan itu, kini telah sampai di pasar tradisional yang cukup memakan waktu untuk menempuhnya.

Tepatnya ada di belahan Jakarta bagian barat, secara perekonomian pun sangat terlihat perbedaannya.

Mereka semua turun dari mobilnya, bukannya masuk mereka malah menjadi ragu akan pilihannya, kecuali Mallika.

"Udah deh ya, lo pada gausah alay! Tinggal jalan masuk, beli barangnya trus balik," ujar Mallika, memutar bola matanya malas.

Mereka tersenyum kikuk sambil mengangguk samar, "Lagian pasar doang ye kan, bukan ke rawa-rawa," ujar Revan sok-sokan.

Jesselyn yang masih di belakang mereka untuk bersembunyi, justru yang paling jijik seperti sehina itu tempat tradisional.

Beginilah jadinya, jika seseorang terlalu dimanjakan oleh kekayaan yang dimiliki keluarganya.

"Jaga sikap lo pada! Gosah sok jijik," tekan Mallika berjalan mendahului, lalu disusul oleh tiga insan yang kicep karena perkataannya barusan.

Ramai, berisik, seolah tengah dikelilingi lebah di tempat.

Itulah yang dirasakan keempat oh atau kelima anak kota itu, yang mereka lakukan hanya lah berjalan sambil menatap was-was kebawah takut menginjak yang tidak-tidak.

Untuk masalah bau, Sumedh, Ara, Revan, dan Jesselyn yang menguntit. Mereka sudah memakai masker dari dalam mobil, hanya Mallika yang tidak. Justru bagi gadis itu, bau seperti inilah yang selalu didambakannya.

Mallika merasakan bagaimana kehidupan jaman dahulu sebelum adanya gedung-gedung seperti adanya saat ini, uhh! pasti menyenangkan.

Ditambah banyak anak kecil yang berlarian, dan pengamen yang mengelilingi tiap kios penjual.

Brukk!

"Eh kak, maaf maaf Anna ga sengaja!" ujar seorang gadis berusia sekitar 11 tahun, usai menabrak Mallika.

Sejenak mereka tertegun dengan penampilan anak itu, kulitnya yang kotor dan pakaiannya yang terdapat banyak lubang. Sontak membuat mereka merasa iba, lain hal dengan Jesselyn.

Jesselyn malah menatap jijik anak itu dari kejauhan, dia berpikir ternyata serendah ini kehidupan masyarakat kurang mampu atau menurutnya adalah miskin.

Sementara Mallika hanya tersenyum dan berjongkok, "Gapapa kok, adek ngapain disini? Orang tua kamu mana?" tanyanya lembut.

Bahkan Sumedh, Revan, dan Ara yang hanya menyimak dari tadi, dibuat tercengang karena perlakuan lembut Mallika. Tidak menyangka, badgirl itu bisa selembut ini.

"Anna yatim piatu kak, orang tua Anna meninggal satu tahun lalu karena dibunuh sama juragan. Mereka gabisa bayar utang," lirihnya menatap Mallika, dengan mata yang berkaca-kaca.

Begitu sadis lelaki paruh baya itu, Anna yang masih kecil menyaksikan bagaimana mirisnya kedua orang tuanya dibunuh di depan mata.

Hatinya begitu teriris, ingin meminta tolong pun kepada siapa? Semua nya merasa takut, dengan juragan itu.

Mallika dibuat sangat terkejut, nasibnya ternyata sama dengan anak kecil ini. Tapi dia tidak boleh menunjukkan kesedihannya, dia harus terlihat kuat apalagi di depan anak kecil sepertinya.

"Nama kamu, Anna ya?" tanya Mallika, mengalihkan topik berusaha mencairkan suasana.

Raut anak kecil itu seketika berubah senang, "Iya kak. Nama aku Anna!"

IT'S ME MALLIKA [END] '⁰¹'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang