22. LINTAS KEJADIAN

324 31 3
                                    

Assalamualaikum temen-temennnn😺😺

Jangan lupa klik star, comment, and follow me>>🌟🌟🌟

-| LINTAS KEJADIAN

-------------

Bandung, 2006

"Seharusnya dari awal aku bunuh saja bocah nakal itu" geramnya.

"Sebelum itu terjadi, aku yang akan dulu membunuhmu bajingan"

Gara tersenyum sinis dengan gerakan cepat dirinya mencekik leher istrinya.

"Kau sudah tak berguna lagi, aku ingin anak perempuan brengsek"

Rani mendesis pelan, nafasnya mulai tercekat karena Gara mencekik lehernya dengan keras.

"Enggak a-kan per—nah" Rani tak takut sama sekali. Perlakuan kasar Gara membuat Rani menciptakan jati diri baru dari dirinya. Tak kenal takut, tak mudah sakit, kebal dengan segala kekerasan yang Gara berikan.

Dari dulu Gara memang memiliki kelainan, dia lelaki gila yang menghancurkan hidupnya, yang merengut kebahagiaannya dengan membunuh kakaknya setelah diperkosa oleh Gara yang saat itu berusia dua puluh tahun.

Kenyataan bahwa Kakaknya adalah satu-satunya keluarga yang Ia miliki, membuat hidup Rani bergantung kepada Gara sepenuhnya. Dan Rani membenci kenyataan itu ketika dirinya harus terikat dengan lelaki gila berdarah psikopat.

Gara melepaskan cekikannya dengan kasar, dengan nafas terengah engah Rani memukul keras punggung Gara dengan vas yang sedari tadi dirinya pegang sembunyi-sembunyi.

"BRENGSEK"

Rani dengan cepat keluar dari kamar mereka dan menyusuri bilik-bilik yang ada di rumahnya dengan terus berteriak berharap Alvandra mendengarnya.

"ALVA, KAMU DI MANA? INI MAMA SAYANG" Alvandra terperanjat kaget mendengar teriakan Mama tetapi dirinya tak bisa berbuat apa-apa lantaran sakit terus mendera dirinya. Alvandra kecil masih memeluk tubuhnya sendiri dengan bertumpu pada kedua tangan yang Ia lipat sebagai bantalan.

Darah setitik-setitik masih terus mengalir tepat di bagian pinggang kanannya karena Papa menyambuknya dengan ikat pinggang dan itu sakitnya bukan main, di tambah kepalanya yang pusing lantaran Papa mendorong keras dirinya sampai belakang kepalanya menubruk dinding dengan keras.

"Mama—" lirihnya.

"ALVA DENGAKHHH—" Gara dengan keras mendorong tubuh Rani ke dinding.

Rani merasa teramat sakit pada punggungnya, dengan sisa tenaga yang Ia miliki, dirinya mencoba bangkit tetapi tamparan keras di pipinya membuat Rani kembali jatuh terduduk, menengadahkan kepalanya takut melihat Gara.

"Aku mohon, bi—biarin Alva keluar" Gara memposisikan wajahnya di depan wajah Rani. Meraih dagu Rani dan meremasnya kencang.

"Tapi dengan satu syarat" Gara seolah siap menang di hadapan Rani yang memandangnya ketakutan.

"A-pa?"

"Bayar aku dengan lenyapnya dirimu" Rani membolakan matanya, nafasnya tercekat seolah oksigen tak bisa lagi dirinya hirup dengan baik.

Jika dirinya mati, bagaimana dengan Alvandra? siapa yang akan melindunginya? siapa yang akan menemaninya tidur, membacakan buku cerita, menyayanginya juga mencintainya, siapa?

Di bawah sana Rani mengepalkan tangannya erat, menahan amarah, sedih, takut yang diolah menjadi satu ketika mengingat ucapan Gara yang memberi pilihan salah satu dari kita harus berhasil Gara lenyapkan. Dan Rani tak menginginkan itu terjadi pada Alvandra, putra kecilnya itu belum cukup bahagia, putra kecilnya itu masih cukup belia untuk pergi meninggalkan dunia.

ALVANDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang