24. HUJAN MENJELANG MALAM

254 35 10
                                    

Jangan lupa klik star, comment and follow me<<🌟🌟🌟

-| HUJAN MENJELANG MALAM

---------------

Kiara masih tak beranjak dari duduknya meski waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Awan hitam pekat, angin kencang serta rintik air hujan yang perlahan membasahi ujung sepatunya seolah mendukung perasaannya saat ini.

Ajakan Mita, Sasa, serta paksaan Riko sudah tak berfungsi untuknya yang tetap memilih duduk tenang di halte dengan pandangan kosong.

Jika saja Mang Ujang tak mengelilingi kelas demi kelas untuk mengunci semua ruangan, sudah dipastikan Kiara masih duduk cantik di sana. Dirinya masih ingin menunggu Alvandra, Alvandra tak mungkin melupakan dirinya bukan? pesan yang Alvandra kirim setelah jam istirahat tadi untuk mengajaknya pulang bersama masih berlaku kan?

Tetapi meski tubuh mungilnya berada di sini, pikirannya melalang jauh pada waktu bel pulang baru saja berdering.

"Alva ada?" Deka terkejut melihat Kiara yang menampakkan wajahnya pada balik pintu kelasnya.

"I-tu emm Alva" Deka sedikit menunjuk Alvandra yang akan hilang pada ujung lorong dengan ragu.

Kerongkongannya mendadak tercekat melihat Alvandra yang berjalan beriringan dengan Nessa yang mengapit manja lengan Alvandra. Padahal dirinya sudah bergerak cepat menghampiri kelas Alvandra ketika bel baru saja berbunyi, tetapi Alvandra sudah lebih dulu meninggalkan kelas.

Niatnya Kiara ingin meminta maaf karena meninggalkan kantin begitu saja dengan egoisnya padahal Nessa adalah teman pacarnya dan yang lebih dulu mengenal Alvandra dari pada dirinya.

Kiara dengan perlahan mengikuti langkah Alvandra, hatinya seolah teriris melihat Alvandra membuka pintu samping pengemudi untuk mempersilahkan Nessa masuk. Meski ekspresi Alvandra hanya diam saja, tetapi itu memang kebiasaan Alvandra bukan?

Alvandra tak melihatnya, Alvandra melupakan dirinya, Alvandra meninggalkan Kiara dengan Nessa di sisi cowok itu.

"Alva" lirihnya.

Kiara terkekeh pelan dengan mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya. Seharusnya Kiara tak seperti ini, Kiara lebih berkuasa atas Alvandra, Dia pacarnya dan Kiara bukan perempuan cengeng seperti ini.

Menghirup udara dingin dalam-dalam dan mengehembuskannya pelan.

"It's oke Kiara, Lo kuat"

Dengan kenyataan Alvandra miliknya, membuat Kiara sedikit menarik sudut bibirnya. Cinta memang harus diperjuangkan bukan? dan having a relationship tak semuanya berjalan mulus.

Derasnya hujan yang mengguyur kota Jakarta petang itu, membuat Kiara menarik senyum singkatnya. Sudah lama sekali dirinya tak bermain air hujan membuatnya rindu akan bau khasnya, rasa dinginnya, dan buih-buih perasaan sakitnya perlahan mengalir mengikuti aliran air yang bebas ke mana saja arahnya.

***

Alvandra mengetuk pintu rumah Kiara dengan keras, dirinya terus mengetuk dengan tergesa-gesa membuat sang empu berdecak tak suka.

"IYA-

-Alva? Ki.."

"Maaf Bunda, Kiara di rumah?" Bunda melebarkan matanya bingung.

"Loh memang Kia enggak pergi sama kamu? kata-"

"Maaf Bunda, permisi" Alvandra dengan cepat meninggalkan rumah Kiara, khawatir menyelimuti dirinya. Pesan balasan yang Kiara kirim sore tadi, baru bisa dirinya lihat saat menjelang malam karena ponselnya yang lowbat.

ALVANDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang