26. ALVANDRA GEMOI

242 26 5
                                    

Jangan lupa klik star, comment and follow me<<<<🌟🌟🌟

-| ALVANDRA GEMOI

----------------

Mereka berjalan beriringan menuju koridor kelas IPA setelah menyelesaikan urusan dengan Bu Milah. Tetapi Alvandra bingung kala melihat Kiara yang terus menundukkan pandangannya. Seolah memutus kontak mata dengannya, sampai dirinya harus menepuk pelan bahu kekasihnya.

"Ra?" Kiara hanya berdeham pelan tanpa mengalihkan pandangannya. Sampai pada pembatas lorong, Kiara tersentak kaget kala Alvandra menarik paksa wajahnya untuk berhadapan dengan cowok itu.

"Shh" Kiara meringis pelan karena tangan Alvandra menarik pipinya dengan kencang.

Alvandra melebarkan matanya terkejut, meski tak terlalu kentara, tapi karena sorotan cahaya matahari pada pipi putih bersih Kiara, bekas merah samar-samar nampak di sana.

"Ra, kenapa?" paniknya, pasalnya tadi pagi dirinya tak melihat ini pada pipi Kiara.

"Ah tak apa-apa, tadi jatuh"

Alvandra menjitak pelan kening Kiara, memang kekasihnya itu anak kecil sampai bisa jatuh hingga pipinya mencium lantai?

"Kenapa Ara!" tekan Alvandra. Kekasihnya sekali keras kepala akan semakin keras jika tak ditekan seperti ini.

"It's oke, ayok ke kelas keburu masuk" Alvandra menarik pelan belakang kerah seragam Kiara ketika cewek itu berjalan santai mendahuluinya.

"Ih Alva, jahat!" Kiara mendelik tajam.

Tetapi kali ini Alvandra tak terkekeh bahkan menampakkan wajah kulkasnya, sesekali harus dijuteki sepertinya.

"Kenapa?" dinginnya.

Kiara sampai merinding kala dinginnya Alvandra menjalari tubuhnya. Kiara yang masih diam dengan melihat ke arah Alvandra membuat cowok itu pergi begitu saja tanpa mengeluarkan suara apapun.

Kiara melebarkan matanya lantas dengan cepat menyusul Alvandra untuk menarik lengan cowok itu.

"Alva"

Alvandra hanya berdehem membuat Kiara sedikit merasa takut, apa cowok itu marah padanya?

"Alva jangan diam saja" rengeknya.

Alvandra menghembuskan nafasnya pelan.

"Itu kenapa?" tanyanya lagi, meskipun kini dirinya mengeram tertahan karena tak mendapat jawaban apapun dari Kiara, tetapi tak ayal dirinya merasa khawatir pada kekasihnya.

"Ara" Kiara lagi-lagi hanya menatap ke arah Alvandra.

Dirinya tak mau mengadu ini karena tak mau kekasihnya itu berurusan lagi dengan perempuan yang menamparnya. Pasalnya sudah seminggu ini dirinya mengajak Alvandra untuk sesibuk mungkin agar terhindar dari semut gatal. Bagaimanapun kekasihnya harus Ia jaga agar tak tergigit semut apalagi dengan jenis semut rangrang!

"Itu— emm" Alvandra mengacak pelan rambut Kiara.

"Talk to me honey" cukup! jika Alvandra sudah mengeluarkan jati diri si penghangat ruangan, Kiara sudah tak bisa menahannya.

"Ditampar" cicitnya kala Alvandra melebarkan matanya.

"Who did it?" geram Alvandra.

"Jaga amarah Alva" peringat Kiara dengan mengelus tangan Alvandra yang berada di atas puncak kepalanya.

"Who? talk to me"

"Nessa" disana Alvandra memejamkan matanya erat-erat. Berani-beraninya Nessa melakukan ini. Sudah berapa kali dirinya ingatkan untuk tak menyenggol bahkan menyentuh apa yang sudah menjadi miliknya.

"Al—"

"Ayo diobati" Alvandra menarik Kiara dengan melawan arah yang akan Ia tuju untuk menuju kantin. Yang penting dirinya harus mendapatkan air dingin.

Dirinya bisa menggunakan surat izin MAS jika ada guru atau anggota Osis yang menggerebek mereka seperti apa yang dibilang Kiara barusan.

"Al tak apa-apa, masuk saja nanti terkena marah" Alvandra masih diam dengan terus mengitari sekolah mencari kantin yang rasanya semakin jauh saja sampai tak menampakkan bahkan tercium aromanya.

"Al" Kiara kembali diam kala Alvandra hanya mendudukkan dirinya dan menuju jajaran stand-stand makanan di depan sana.

"Ya Tuhan, punya cowok gini amat dah" batin Kiara.

Alvandra menarik pelan dagu Kiara untuk menghadapnya. Dia tak tahu ini akan berhasil atau tidak, tetapi konon katanya ini bisa meredakkan rasa nyeri.

Dengan kompresan kecil dirinya mengompres luka Kiara. Kiara yang terkejut kala dinginnya kompresan menyentuh lukanya pun mendesis pelan.

"Why? sakit?" Kiara menggeleng dengan senyum tipisnya, dirinya hanya terkejut.

Selagi Alvandra mengompres luka kecilnya, dirinya menatap manik hitam pekat kekasihnya dengan lekat. Entah sudah keberapa kalinya dirinya mengagumi dan mengucapkan kata cinta dalam hatinya pada Alvandra tetapi tak pernah bisa mengatakannya secara langsung.

Kiara tersenyum tipis dan Alvandra yang melihat tarikan pada sudut bibir kekasihnya lantas mengalihkan pandangannya menatap manik hitam redup Kiara.

Sekejap mereka saling mengunci pandangan, seolah memuji ciptakan Tuhan yang tak pernah gagal dan beruntungnya mereka saling memiliki ciptaan Tuhan itu.

Sampai jentikan jari di tengah-tengah mereka membuatnya terkejut.

Mengalihkan pandangan mereka dan menatap jengkel sang pengganggu. Sial mengapa suasananya jadi secanggung ini? bahkan si pengganggu tak pandai mencairkan suasana canggung ini.

Kiara merasa mendadak beku diantara kulkas-kulkas hidup ini, mereka bersahabat tetapi tak banyak berbincang atau gosip seperti Riko dan Deka? duhh kulkas tetap kulkas oke?

Reksa bangkit dari duduknya setelah mendapat pesanannya untuk pagi ini. Sebenarnya tadi dirinya hanya ingin membeli makanan tetapi ketika melihat dua manusia yang sedang bucin pada masanya, Reksa berniat mengganggunya sembari menunggu pesanannya.

"Duluan" singkatnya membuat Kiara mengelus pelan dadanya.

"Apa kalian tak pernah berbincang-bincang?"

"No" Kiara kembali mengelus dadanya.

"Untung tuh kulkas satu tampan, lumayan ada ni—"

"Apa Ara memuji cowok sialan itu?" Kiara yang tak merasa melakukannya pun menggeleng pelan.

"Kan itu memang adanya, lumayan ada nilai plusnya"

Alvandra mendecih pelan "Jangan memuji cowok lain" tegasnya.

Kiara yang seperti mendapat signal pun tersenyum tipis. Apa cowoknya itu sedang dalam mode cemburu? Mengapa Alvandra terlihat gemoi jika sedang cemburu? Kiara sampai terkikik dalam hatinya.

"Kenapa?—"

Cup!

Kiara meraba pipinya pelan ketika dengan kilat Alvandra mencium pipi kirinya yang telah selesai dikompres.

"Sepertinya sudah sembuh" Alvandra dengan cepat bangkit.

Cemburu seolah membakar hatinya dan salah tingkah seakan mengitari seluruh tubuhnya, kini keduanya tengah mendominasi dirinya, Sial!

***

"Eh eh anjir" teriaknya kala rok di atas lutut itu menyangkut pada pohon hias tepat di depan toilet perempuan.

Lantas tangan lain yang membantu melepaskan sangkutannya seolah menarik pandangan untuk melihat siapa pelakunya.

"Asa?" lirihnya.

-------------

HUHUHUU, ASA?😺

see you next part🚀🚀

#alvandra

ALVANDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang