42. ALVANDRA PERGI

385 26 3
                                    

ENJOY THIS NEW PART SPOILER😺

|- ALVANDRA PERGI

-------------

“Alva kenapa jadi seperti ini?” tanyanya pilu. Mengusak kasar air matanya yang panas karena suhu tubuhnya yang tengah naik.

“Ra, ka-kamu demam” Kiara menggeleng keras, dengan terus mengusap kening Alvandra, dirinya berujar pelan.

“Ra, istirahat, ka-kamu pucet banget Ra” Kiara memang merasa sangat lemas, namun dirinya membenci Alvandra yang selalu menyepelekan keadaannya sendiri.

“Alva jangan gini, katanya mau beli permen kapas lagi kan?” Alvandra dengan susah payah mengusap air mata Kiara yang terisak tepat di samping wajahnya. Sekejap Alvandra meringis merasakan sangat panas pada pipi Kiara.

“Nan-nanti kalau ketemu lagi, kita beli permen kapas yang banyak ya?” susah payah Alandra mengatakan itu, merasakan semakin sakit pada dadanya, pada detak tepat di mana jantungnya tersemat.

----------

“Alva pu-pulang dulu, bo-boleh?” hanya dengan pertanyaan itu, Kiara merasa lemas bukan main, menggeleng keras tanda tak menyetujui sepatah kata pulang yang Alvandra ucap.

Lalu dengan perlahan Alvandra menuntun tangan Kiara untuk menuju detakkan jantung perempuan itu.

“Dengar, kapanpun.. aku ada di sini, enggak akan pernah pergi”

Kiara meraung pilu, mencium pelipis Alvandra lama takut hal sepele itu tak akan dirinya bisa lakukan lagi. Meski dengan tetesan demi tetesan air matanya, Kiara menarik sudut bibirnya tipis, sangat tipis, lalu berujar pelan.

I love you. But if I may beg, I don’t want you to go

------

Dngan sisa-sisa tenaga yang dirinya miliki, tangannya meraih tangan Papa lalu hanya dengan tatapan sendu yang dirinya dapat, hatinya semakin tercabik-cabik lara.

“Pa.. Alva izin pe-peluk awan boleh?”

Hanya dengan melihat senyum tanpa beban Alvandra, hati Gara rasanya mencelos sampai kedasar-dasarnya. Memandang dalam Alvandra berharap cowok itu mau menyabut ucapannya barusan.

“Alva” ujar Papa pelan. Mencium berulang telapak tangan Alvandra yang terasa sangat dingin.

“Bo-boleh Pa? Sa-sakitt” lantas dengan setengah nyawanya, Gara mengangguk tipis bahkan sangat tipis hingga Alvandra dapat menarik sudut bibirnya.

-------

Jari-jarinya menarik pelan ujung kaos Riko yang berada tepat di samping Kiara membuat fokus cowok itu teralihkan.

“Rik..”

“Bantu gu-gua baca tahlil.. bisa?” hanya dengan sepenggal ucapan itu, Riko meluruhkan pundaknya yang terasa sangat berat, berpegangan erat pada sisi brankar kala pijakannya hampir tak sempurna saat dadanya bergemuruh hebat mendapati keinginan terakhir sahabatnya.

Bahkan semasa hidup mereka, Alvandra tak pernah meminta sesuatu padanya, baru kali ini dalam sejarah hidup Alvandra, nahas mengapa harus pada akhir hidup cowok itu?

“Al—

“Gua mohon” pintanya pilu hingga tak ada alasan lain lagi bagi Riko untuk menolaknya. Mensejajarkan wajahnya yang kali ini dengan derai air mata lalu dengan teramat pelan, dirinya menuntun Alvandra menuju jalan terbaik cowok itu.

“Laa”

Alvandra menarik nafas dalam sebab merasakan teramat sesak dalam dadanya.

Laa

“Ilahaa”

I-ilahaa

“Illalah..”

I-illa.. illalahh..

Lalu dengan sesak yang semakin menderanya, matanya perlahan terpejam. Melepaskan lara yang kunjung tanpa massa, menghembuskan nafas panjang untuk yang terakhir kalinya. Dengan tangis pilu mereka dan dengan jiwa yang diujung sana memandang sendu sebab melihat mereka menangisi dirinya.

“ALVAAA, ALVA ENGGAK ALVA!”

“Kia—

---------------

#alvandra
#spoiler

ALVANDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang